NovelToon NovelToon
GrayDarkness

GrayDarkness

Status: sedang berlangsung
Genre:Horor / Fantasi / Romansa
Popularitas:589
Nilai: 5
Nama Author: GrayDarkness

Gray adalah seorang anak yang telah kehilangan segalanya karena Organisasi jahat yang bernama Shadow Syndicate dia bahkan dijadikan Subjek Eksperimen yang mengerikan, namun dalam perjalanannya untuk menghentikan Organisasi tersebut, ia menemukan teman yang mengalami nasib sama sepertinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon GrayDarkness, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

014 - Neraka (9)

Taro, dengan kecerdasannya yang khas kaum Elf, memulai perencanaan.

“Lembah Racun bukanlah tempat yang mudah dilalui,”

Katanya, jari-jarinya menunjuk ke sebuah peta kasar yang ia lukis di tanah dengan ranting. Peta tersebut hanya menunjukkan garis-garis sederhana yang menandai sungai beracun dan beberapa jalur yang tampak berbahaya.

 “Ada beberapa jalan masuk, namun semuanya berisiko. Jalan utama dijaga oleh raksasa batu yang kita temui sebelumnya. Jalan alternatif… lebih berbahaya, penuh jebakan dan makhluk-makhluk yang tak terduga.”

Anya menatap peta dengan cemas.

“Apakah ada jalan yang lebih aman?”

 tanyanya, suaranya masih terdengar sedikit gemetar karena kesedihan atas kepergian Kelund. Ren, yang hingga saat ini tetap pendiam, tiba-tiba bersuara.

“Ada satu jalan,”

Katanya, suaranya serak,

“Tapi… itu jalan yang panjang dan penuh misteri. Aku pernah mendengar cerita tentangnya dari rumor. Jalan itu melewati… Hutan Bayangan.”

Hening sejenak. Hutan Bayangan. Nama itu saja sudah menggelitik bulu kuduk mereka. Gray mengingat pelatihan kejam Jordan, di mana ia dilatih untuk bertahan hidup di berbagai kondisi ekstrem. Tetapi Hutan Bayangan… itu berbeda. Legenda menceritakan bahwa Hutan Bayangan adalah tempat di mana waktu dan ruang terdistorsi, tempat di mana makhluk-makhluk gaib dan ilusi berkeliaran.

Bahkan para petualang berpengalaman pun enggan mendekatinya. Gray melihat ke arah Taro, mencari petunjuk. Taro mengerutkan kening.

“Hutan Bayangan… risikonya sangat tinggi. Tetapi… mungkin itu satu-satunya jalan yang dapat menghindari raksasa batu tersebut.”

Gray memandang ke arah Anya. Ia melihat tekad yang baru kembali ke dalam mata biru Anya.

“Saya setuju dengan Taro,”

Kata Anya, suaranya kokoh.

“Kita harus menghadapi resiko tersebut. Lebih baik menghadapi bahaya yang tidak kita kenal, daripada menghadapi bahaya yang telah kita kenal, yang lebih besar.”

Ren hanya mengangguk setuju, matanya tetap tertuju pada peta kasar yang dibuat Taro. Keputusan telah diambil. Perjalanan menuju Lembah Racun akan melewati Hutan Bayangan, sebuah tempat yang jauh lebih berbahaya daripada yang mereka bayangkan. Langkah kaki mereka semakin berat, beban tanggung jawab dan bahaya tampak semakin nyata. Petualangan mereka baru saja memasuki babak baru yang penuh tantangan dan misteri.

Langkah pertama memasuki Hutan Bayangan terasa seperti melangkah ke dunia lain. Udara menjadi dingin dan lembap, seakan-akan menyelimuti mereka dengan lembaran kain basah. Sinar matahari yang sebelumnya menembus dedaunan lebat kini tersaring, menciptakan suasana remang-remang yang mencekam. Pohon-pohon menjulang tinggi, cabang-cabangnya saling bertaut membentuk kanopi yang rapat, menghalangi pandangan ke langit. Gray merasakan sensasi aneh, seperti ada banyak mata yang mengawasi mereka dari balik bayangan.

“Hati-hati,”

Bisik Taro, tangannya menggenggam erat pedangnya.

“Di tempat ini, ilusi dan kenyataan sangat sulit dibedakan.”

Anya, meskipun tampak sedikit ketakutan, tetap teguh.

Ia memegang erat kantong kecil berisi ramuan-ramuan penyembuh, bersiap untuk menghadapi apapun yang akan terjadi. Ren, diam seperti biasanya, namun langkah kakinya tetap mantap. Mereka melangkah maju, suara langkah kaki mereka hampir tak terdengar di antara dedaunan yang basah dan gemerisik. Tiba-tiba, sebuah bayangan melintas cepat di depan mereka.

“Apa itu?”

Seru Anya, terkejut. Gray menyipitkan mata, mencoba menembus kegelapan. Ia melihat sesosok makhluk samar-samar, seperti manusia namun lebih tinggi dan kurus, dengan kulit pucat dan mata yang menyala-nyala.

Makhluk itu menghilang begitu cepat seperti munculnya, meninggalkan rasa dingin yang menusuk tulang punggung mereka.

“Itu… mungkin salah satu penghuni Hutan Bayangan,”

Kata Taro, suaranya sedikit gemetar.

“Kita perlu berhati-hati. Di tempat ini, bahkan bayangan pun bisa membahayakan.”

Ren tiba-tiba berhenti, matanya tertuju pada sebuah pohon besar yang tampak lebih tua dan lebih besar daripada pohon-pohon di sekitarnya.

“Ada sesuatu… di sana,”

Katanya, suaranya hampir tak terdengar. Ia menunjuk ke sebuah ukiran aneh di batang pohon tersebut. Ukiran itu tampak seperti simbol yang sangat kuno, dan memancarkan aura yang sedikit menyeramkan.

Gray, Anya, dan Taro mendekat. Mereka mengamati ukiran tersebut dengan seksama. Apa arti simbol misterius itu? Dan apa yang disembunyikan oleh Hutan Bayangan yang gelap dan penuh misteri ini? Perjalanan mereka baru saja dimulai, dan ancaman yang mereka hadapi jauh lebih besar dari yang mereka perkirakan.

Dengan hati berdebar, Gray mengulurkan tangannya dan menyentuh ukiran kuno di batang pohon besar itu. Ukiran itu terasa dingin dan licin di bawah sentuhannya, seperti batu yang telah terpahat selama berabad-abad. Seketika, sebuah gelombang energi dingin mengalir melalui tubuhnya, membuatnya sedikit gemetar. Dunia di sekitarnya seakan berputar sejenak, bayangan-bayangan di hutan tampak menari-nari dengan liar.

Ketika penglihatannya kembali fokus, Gray melihat ukiran itu telah berubah. Simbol-simbol yang tadinya tampak samar dan acak kini tersusun rapi, membentuk sebuah pola yang rumit dan indah. Di tengah pola tersebut, sebuah cahaya kecil mulai berkedip-kedip, memancarkan cahaya hijau zamrud yang lembut.

“Apa yang terjadi?”

Seru Anya, matanya terpaku pada perubahan yang terjadi pada ukiran tersebut. Taro juga tampak terkejut, pedangnya masih tergenggam erat di tangannya. Ren, yang sedari tadi mengamati dengan tenang, sedikit mengerutkan dahinya.

Cahaya hijau zamrud dari ukiran semakin terang, hingga akhirnya membentuk sebuah gambar holografis di udara. Gambar tersebut menunjukkan sebuah peta, tampaknya peta dari Hutan Bayangan itu sendiri. Jalan-jalan setapak, lokasi-lokasi penting, dan bahkan beberapa titik yang ditandai dengan simbol-simbol kecil yang belum dikenal.

“Sebuah peta?”

Gumam Taro, matanya tertuju pada gambar holografis tersebut.

“Tampaknya ukiran itu adalah semacam kunci, untuk membuka informasi tersembunyi di Hutan Bayangan ini.”

Anya mendekati Gray, memeriksa keadaannya.

“Kau baik-baik saja, Gray?”

Tanyanya dengan khawatir. Gray mengangguk, masih terkesima oleh peta holografis yang muncul di hadapan mereka.

“Aku… aku bisa melihat jalan-jalan rahasia,”

 kata Gray, jari-jarinya menunjuk pada beberapa garis tipis yang terukir pada peta holografis tersebut.

“Jalan-jalan yang tidak terlihat dari mata biasa.”

Ren, yang diam selama ini, akhirnya bersuara.

 “Kita harus memanfaatkan peta ini sebaik mungkin. Hutan Bayangan ini penuh bahaya, dan peta ini mungkin satu-satunya petunjuk yang kita miliki.”

Mereka mempelajari peta holografis dengan saksama. Apakah mereka akan mengikuti jalan yang terlihat, atau mengambil risiko dengan menjelajahi jalan-jalan rahasia yang baru saja terungkap? Keputusan ada di tangan mereka. Petualangan di Hutan Bayangan masih jauh dari selesai.

"Baiklah,"

Kata Gray, suaranya penuh tekad.

"Kita ikuti jalan rahasia itu. Tapi, jika situasi terlalu berbahaya, kita mundur. Keselamatan kita tetap jadi prioritas utama."

Anya mengangguk setuju, tangannya tetap menggenggam erat kantong ramuannya. Taro, meskipun sedikit ragu, mengangguk juga. Ia mempersiapkan pedangnya, bersiap menghadapi apapun yang mungkin mereka temui. Hanya Ren yang diam, matanya menatap peta holografis dengan ekspresi tak terbaca.

Jalan rahasia yang ditunjukkan peta itu tampak sebagai jalur tipis, berkelok-kelok di antara akar-akar pohon yang saling melilit dan semak belukar yang lebat. Mereka menyusuri jalur sempit itu, langkah kaki mereka sangat hati-hati agar tidak menimbulkan suara yang akan menarik perhatian makhluk-makhluk berbahaya yang mungkin bersembunyi di sekitar mereka. Udara semakin dingin dan lembap, dan bau tanah yang basah serta aroma tumbuhan yang aneh menusuk hidung. Tiba-tiba, suara desisan yang tajam memecah kesunyian. Mereka berhenti, tegang. Dari balik semak-semak, mereka melihat sepasang mata merah menyala mengintai mereka.

"Ada sesuatu di sana,"

Bisik Anya, suaranya gemetar.

Gray menyipitkan mata, mencoba melihat lebih jelas. Makhluk itu tampak seperti ular besar, namun tubuhnya ditutupi sisik-sisik berwarna gelap dan berkilauan. Ular itu menggeram, lidahnya menjulur keluar, mencium udara.

"Itu Viper Beracun Hutan Bayangan,"

Kata Taro, suaranya rendah.

"Gigitannya sangat berbahaya."

Ren, yang sebelumnya diam, tiba-tiba melangkah maju. Ia mengeluarkan sebuah pisau kecil dari sakunya, pisau yang tampak seperti terbuat dari tulang, dengan ukiran yang rumit.

"Serahkan padaku,"

Katanya, suaranya tenang namun penuh keyakinan.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!