Gadis Kecil Kesayangan Mafia Dingin

‘Tarik nafas, hembuskan, Vin! Kamu pasti bisa bertanya tanpa takut sama sekali!’ gumamnya dalam hati mengambil nafas dalam-dalam.

Vincent berdehem pelan, “Begini, Tuan. Kenapa Anda tiba-tiba menyinggung soal wanita yang menginjakkan kaki di mansion? Apa Anda tahu kalau saya membawa seorang gadis dan mengurungnya di rumah belakang?” tanyanya langsung mendapatkan tatapan tajam dari Noah.

“Apa kamu bilang? Katakan sekali lagi, Vin!”

Noah bertanya dengan nada mengintimidasi. Ingin memastikan kalau ia tidak salah dengar. Karena sebagian dirinya sedang tidak fokus.

‘Untung saja dia tidak mendengar ucapanku yang terakhir. Bisa tamat riwayatku hari ini’ lagi, Vincent memilih diam padahal ia yang bertanya.

“Ah, tidak, Tuan. Sebenarnya saya hanya ingin bertanya bisakah Anda merubah peraturan dan mengijinkan seorang gadis tinggal disini dan—”

Brak!

Mendengar ucapan Vincent, Noah langsung memukul pintu yang berada di sampingnya. Sampai membuat Vincent tersentak kaget.

Suasana tiba-tiba berubah jadi hening seketika tanpa ada yang berani membuka suara. Entah kemana keberanian Vincent tadi, kenapa menghilang seperti ini?

“Apa kamu sudah memiliki kekasih, sampai berani memintaku untuk merubah peraturan yang sudah aku buat sendiri?” tanya Noah.

Vincent diam mematung, tidak tahu harus menjawab apa. Lihat saja, tubuhnya saat ini bergetar hebat mendapat tatapan seperti itu dari Noah.

‘Bagaimana bisa aku memiliki kekasih, jika pagi, siang, sore, malam dan selama dua puluh empat jam Anda menyuruh saya bekerja dan bekerja? Bahkan sudah mirip baby sitter yang selalu setia melayani Anda.’ umpat Vincent dalam hati.

“Kenapa diam, Vin?”

“Begini, Tuan. Sebenarnya saya—”

Lagi, saat Vincent ingin menyelesaikan kalimatnya, Yasmin datang dan menyeretnya dari hadapan Noah.

Mengajak pria itu bicara sedikit jauh darinya.

“Maaf, Tuan ada yang ingin saya bicarakan dengan Vin sebentar,” ucap Yasmin lalu Noah mengangguk sebagai jawaban.

Vincent mengikuti Yasmin dan melihat gelagat aneh pada wanita itu. Terlihat khawatir tidak seperti biasanya.

“Ada apa? Kenapa kamu terlihat gugup dan berkeringat seperti ini? Ada masalah?” tanya Vincent panjang lebar, membuat Yasmin menepuk pundaknya.

“Biarkan aku bicara sebentar, Vin! Ini tentang Aluna,” jawab Yasmin.

Vincent melirik Noah yang masih bersandar di pintu dan memperhatikan mereka berdua.

“Pelan kan suaramu itu. Tarik nafas, hembuskan. Lalu katakan padaku. Jangan sampai pria dingin itu mendengarnya!”

Yasmin menarik Noah mendekat, kemudian berbisik lirih di telinganya. “Aluna hilang. Aku sudah mencarinya kemanapun tapi dia tidak ada,” ucapnya.

“Apa kamu bilang, hilang?!” pekik Vincent namun dengan cepat ia menutup mulutnya.

“Siapa yang hilang?” tanya Noah yang samar-samar mendengar suara teriakan Vincent.

“Bukan siapa-siapa, Tuan. Ce la na dalam Yasmin hilang dibawa tikus, katanya…” jawab Vincent sengaja meninggikan suaranya.

Tidak ada alasan lain selain itu, daripada mengatakan sejujurnya dan nyawanya yang melayang.

Sedangkan Noah, yang mendengar itu berpura-pura tuli. Lalu masuk ke dalam kamar, menutup rapat pintunya dan menguncinya. “Dia itu lama-lama mirip Keanu! Me sum.” gumamnya.

Melihat Noah menghilang dari sana, Yasmin dan Vincent bernafas lega.

Kesal karena Vincent asal bicara, Yasmin mencubit perut pria itu kuat-kuat.

“Aww! Sakit, Yasmin! Apa yang kamu lakukan!” pekik Vincent mengusap perutnya.

“Harusnya aku yang bertanya padamu, Vin. Apa yang kamu katakan pada Tuan Muda! Itu benar-benar memalukan. Astaga, aku yang sudah tua ini benar-benar ternistakan oleh sikapmu!”

Yasmin memijat kepalanya sendiri. Malu sekaligus kesal. Alasan seperti yang Vincent ucapkan sangat-sangat tidak sopan.

“Iya, maaf, Yasmin. Aku keceplosan tadi. Apa kamu mau aku mengatakan yang sejujurnya dan kita berdua dihukum?” tanya Vincent.

Yasmin menggeleng.

“Kalau begitu cepat cari dimana Aluna, sebelum Tuan Noah menemukannya lebih dulu. Bisa habis aku kalau dia tahu aku menyembunyikan seorang ja-lang,” titahnya.

“Aluna bukan gadis seperti itu Vin,” ucap Yasmin tak terima.

“Terserah apa katamu, karena yang sesungguhnya aku membawanya dari club malam dimana banyak wanita menjajakan tubuhnya untuk semua pria,” sahut Vincent tak mau kalah.

“Terserah kamu saja,” jawab Yasmin berjalan mengikuti langkah kaki Vincent yang saat ini sedang menuruni anak tangga.