"Oke, aku mau menikah dengan Kiara," putus pria.
"Alhamdulilah, aku sangat bahagia Bang mendengar keputusan kamu. Kak Ara pasti sangat bahagia karena bisa menjadi istri Abang," balas gadis itu dengan senyum sumringah, ia bahagia karena Kakak sepupu kesayangannya bisa menikah dengan pria yang dicintainya.
"Tapi aku ada syarat yang harus kamu lakukan."
"Katakan apa syaratnya Bang, aku bakal ngelakuin apapun agar Abang mau menikah dengan Kak Ara."
"Aku mau kamu jadi istriku, aku mau kamu menjadi istri pertamaku. Kiara tetap akan aku nikahi, tetapi dia akan menjadi istri keduaku." Mendengar ucapan dari pria yang ia panggil Abang barusan, jelas gadis itu kaget sekali. Bagaimana bisa punya ide gila seperti itu.
"Aku mau, Bang," putus gadis itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Donacute, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 9
Zatta
Oh gitu ya, makasih ya udah mau jawab pertanyaaku. Maaf ya, kalau aku kayak enggak sopan. Tanya tentang privasi kamu.
AmandaSF
Enggak papa, kok. Santai aja kali, kalian kan juga sahabatku. Aku yakin kalian bisa aku percaya.
Mereka tetap chattan sampai tengah malam, satu persatu sahabat Manda tidur. Namun, Manda sama sekali belum bisa tidur. Dua hari tidur dengan suaminya, sekarang tidur sendirian. Sepi, itulah yang membuat Manda susah tidur.
Begitu juga Digo yang ada di rumah sakit, tubuhnya memang di rumah sakit. Namun, hati dan pikirannya ada di hotel. Digo terus memikirkan Manda, ia sangat merasa bersalah meninggalkan Manda di hotel sendirian.
Digo ingin menelfon Manda, tetapi ia tidak mau mengganggu tidur Manda maupun Kiara. Kan Digo sedang berada di ruang rawat Kiara, kalau Manda mengangkat telfon. Membuat berisik pasti Kiara akan terbangun, untuk keluar juga tidak mungkin. Nanti tidak ada yang menjaga Kiara, memang malam ini Kiara meminta hanya Digo yang menemaninya.
***
Pagi buta, Digo pamit pada Kiara untuk pulang ke hotel dengan alasan ganti baju dulu. Di rumah sakit sendiri sudah ada orang tua Kiara, yang sedang berbicara Dokter mengenai pemindahan Kiara ke rumah sakit singapure. Selain orang tua Kiara, Naina juga ada di rumah sakit untuk menemani Kiara.
Digo membuka knop pintu dengan perlahan, setelah menscan kartu masuknya. Terlihat Manda tidur dengan posisi duduk di soffa sambil memegang ponselnya, Digo menghampiri istri cantiknya. Mengambil ponsel Manda terlebih dahulu, entah keberanian dari mana. Digo agak nekad mengecek ponselnya Manda, ia berdo'a kalau Manda tau ia mengecek ponselnya Manda tidak akan marah padanya.
Digo tau apa password ponsel Manda, yang tidak lain adalah hari akad nikah siri mereka kemarin. Bukan hanya Manda yang memakai password itu, Digo pun memakainya. Yang terbuka pertama kali adalah room chat grup Manda bersama sahabatnya, Digo membaca chattannya dari atas tetapi tidak terlalu atas sih. Lebih tepatnya, chattan paling atas semalam. Akhirnya Digo tau, mengapa Manda bersikeras agar ia menikah dengan Kiara.
Manda tiba-tiba terbangun, ia padahal baru tidur sepuluh menit sebelum kedatangan Digo. Manda terkejut melihat suaminya memegang ponselnya.
"Mas Digo, sudah datang? Kok enggak bangunin Manda sih," kata Manda dengan cemberut.
"Maafin Mas ya, harusnya Mas enggak ninggalin kamu di hotel sendirian, sayang. Mas sangat merasa bersalah sama kamu, cantiknya Mas. Iya, Mas baru saja datang. Mas engga bangunin kamu, karena Mas lihat kamu tidurnya nyenyak banget sayang," jawab Digo lembut. "Oh, iya. Mas baru buka ponsel kamu, Mas juga enggak sengaja baca chat kamu sama sahabat kamu di grup. Kamu enggak marah kan sayang?"
Manda tersenyum mendengar ucapan dari suaminya, apalagi sampai ngomongnya langsung panjang lebar, enggak satu persatu. "Aduh, Mas Digo. Ngomongnya bisa pelan-pelan enggak sih, Mas. Kan aku jadi bingung mau jawab yang mana dulu."
"Udah, jawab aja yang mana dulu kek." Digo sok memasang wajah garang, bukan takut Manda malah jadinya tertawa karena itu.
"Aku enggak papa kok, Mas. Enggak usah ngerasa bersalah, kan aku emang harus terbiasa sendiri, mulai sekarang. Karena kamu harus adil bagi waktu untuk aku dan Kak Ara." Manda berusaha tegar di depan suaminya, ini pilihannya yang harus ia jalani.
Gimana enggak nyenyak, aku tuh baru tidur, sejak tadi sama sekali enggak bisa tidur. Eh aku tidur, Mas Digo datang, kata Manda dalam hati.
"Kamu baik banget sih sayang, aku beruntung punya istri seperti kamu. Kalau aku bisa memilih takdir, aku menginginkan hanya kamulah istriku dunia dan akhirat sayang. Tidak ada wanita lain dihidup kita, selain putri kita kelak tentunya."
"Aku juga beruntung punya suami seperti Mas Digo, aku selalu mendo'akan Mas bisa benar-benar bersikap adil pada istri-istri Mas. Agar Mas bisa membawa kami ke surga, bukan ke neraka karena ketidak adilan Mas Digo."
"Aku terus akan berusaha sayang. Ingatkan Mas terus, jika Mas jalan di jalan yang salah, agar bisa kembali ke jalan yang benar sesuau ajaran agama kita."
"Iya, Mas. Masalah Mas cek ponsel Manda, Manda enggak marah kok. Mas bebas cek ponsel Manda, kan memang di ponsel Manda tidak ada sesuatu yang mencurigakan, jadi untuk apa Manda takut."
"Kamu juga boleh kok, sayang. Cek ponsel Mas." Manda mengangguk, tetapi Manda tidak akan melakukannya. Selain ia percaya sama Digo, tidak akan ada wanita lain selain dirinya dan Kiara pastinya. Manda tidak akan sanggup melihat chat mesra antara suaminya dengan Kiara. Karena sama saja ia mencari penyakit, mana sanggup ia menahan cemburu. Ia bisa dengan mudah menahan rasa sakit, tetapi rasa cemburu itu pasti akan membakar hatinya. Seperti kemarin, Manda sangat cemburu sampai memilih buru-buru keluar dari ruang rawat Kiara.
Digo tiba-tiba menggendong Manda, Manda langsung memekik kaget karenanya. Digo membawa Manda ke ranjang. "Kita masih ada waktu tidur satu jamlah, sebelum kita pergi ke rumah sakit. Jadi kita tidur dulu yuk, sayang. Mas semalaman enggak bisa tidur tau, mikirin kamu yang sendirian di hotel." Manda hanya bisa pasrah mengikuti kemauan suaminya. Ia juga kan masih mau tidur sebenarnya.
Manda dan Digo baru saja mandi bareng, tentu saja mereka tidak hanya mandi semata di kamar mandi. Mereka buru-buru ganti baju. karena mereka harus segera ke rumah sakit. Padahal mereka juga belum sarapan.
Setelah ganti baju, Digo malah tiduran di ranjang. Manda tidak habis pikir dengan kelakukan suaminya itu, lagi terburu-buru Digo malah leyeh-leyeh.
"Mas ayo bangun, kita kan harus segera ke rumah sakit, sebelum itu katanya mau cari sarapan dulu," titah Manda, Digo sama sekali tidak mendengarkan ucapan istrinya. Ia malah mau memenjamkan matanya lagi.
"Mas kok malah merem sih." Manda semakin kesal dengan suaminya, tubuh kecil Manda berusaha menarik paksa tubuh Digo yang tinggi besar berotot. Jelas saja Manda kesusahan, tetapi Manda tidak kehabisan akal. Dengan wajah memelas Manda berusaha membujuk Digo.
"Ayo dong, Mas. Jangan gini ahh."
"Mas maunya disini aja sayang, biar bisa terus-terusan sama kamu. Mesra-mesraan sama kamu, kalau di rumah sakit kan ada Kiara. Mana bisa kita mesra-mesraan."
"Mas jangan egois gini ah, Manda enggak suka Mas Digo gini. Kita kan harus ke rumah sakit terus habis ke Bandara, kita harus nganterin Kak Ara ke singapure loh Mas. Jangan sampai gara-gara kita enggak ke sana, Kak Ara enggak mau berangkat ke singapure." Sambil mengucapkan hal itu, Manda masih terus berusaha menarik paksa Digo. Digo akhirnya bangun, tetapi ia malah menciumi wajah Manda bertubi-tubi. Manda pasrah saja.
