"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
terungkap
Setelah istirahat berlalu 15 menit, Diva masuk ke kelas tempat Carissa dan Dania berada. Begitu melihat Diva, Dania langsung berdiri dengan semangat, lalu menghampirinya. Namun, sebelum sempat berbicara, suara dingin Diva menggema.
"Kapan lo ungkap?" tanya Diva sambil melirik Carissa yang sibuk bermain ponsel.
Carissa menoleh perlahan. "Buat apa ungkap? Emang ben—"
BRAKKKK!
Diva menghantam meja keras-keras. Suara itu membuat seluruh kelas membeku, termasuk Carissa yang awalnya santai, kini berubah tegang. Dania mencoba menenangkan Diva dengan memegang tangannya, tetapi—
"Lo bisa diem gak, jalang?" ucap Diva tajam. Kata-katanya menyayat hati Dania, membuatnya terdiam.
"Kalau lo gak mau ungkap, oke," lanjut Diva dengan seringai sinis, tatapannya menusuk Carissa yang mulai terlihat panik. "Gue yang bakal ungkap."
Diva menatap semua murid di kelas itu dan berteriak lantang. "Carissa hamil dan udah aborsi anaknya sendiri!"
Murid-murid mulai berbisik-bisik. Carissa berdiri, menggelengkan kepala dengan wajah pucat.
"Anak kepala sekolah hamil di luar nikah? Tercemar dong nama sekolah," tambah Diva penuh sindiran sebelum pergi meninggalkan kelas.
Kepergian Diva membuat suasana makin kacau. Bisikan dan ejekan mulai terdengar.
"Lo hamil, Carissa? Wah, sampai aborsi lagi," ejek seorang murid.
"Mau jadi panti asuhan, tapi isinya anak lo sendiri, ya? Hahaha."
Carissa menutup telinganya sambil gemetaran. "Berisik!!!" teriaknya, suaranya parau.
---
Di kelas lain, Diva menunggu Aliza yang sedang makan bersama teman-temannya. Aliza enggan ke kantin karena takut bertemu banyak orang yang akan menatapnya sinis meski semua itu tak benar.
Begitu selesai makan, Aliza kembali ke kelas dan langsung memeluk Diva. Diva mengelus rambutnya lembut.
"Sayang, kenapa gak ke kantin?" tanya Diva lembut.
"Aku takut," jawab Aliza pelan, menggelengkan kepala.
Diva tersenyum, mengangguk paham. "Ya sudah, kalau begitu."
Aliza tersenyum kecil dan mengeluarkan manik-manik dari sakunya. "Aku bikin ini. Ada nama kita berdua."
Diva melihat manik-manik itu dengan senyum gemas. "Kiyowo!" serunya dalam bahasa Korea, membuat Aliza tertawa.
"Kamu mau pakai nama aku atau nama kamu?" tanya Aliza.
Diva mengambil manik bertuliskan nama Aliza dan memasangnya di tangannya. "Aku lebih suka nama kamu di tangan aku."
Mereka tertawa bersama. Diva kemudian mengeluarkan cincin berbentuk kupu-kupu dari sakunya dan memasangkannya di jari tengah Aliza.
"Aku beli cincin ini supaya kamu bisa 'terbang tinggi' tanpa peduli omongan orang lain. Mau mereka ngomong apa pun, kamu harus tetap maju. Aku bakal selalu jagain kamu."
Aliza terharu hingga menitikkan air mata. "Makasih, Diva," ucapnya sambil memeluk kekasihnya.
---
Tak lama kemudian, Gavin datang dan duduk sembarangan di meja.
"Diva, tumben makan di kelas. Biasanya di aula," celetuk Gavin sambil makan.
"Turun dari meja itu!" tegur Diva tajam, membuat Gavin buru-buru turun dan duduk di tempatnya.
Mereka makan bersama, hingga telepon video dari Nathan datang ke ponsel Aliza.
"Enak banget lo, Div, disuapin adik gue. Gue aja gak pernah," protes Nathan dari layar ponsel.
Mereka semua tertawa mendengar keluhan Nathan, hingga suasana santai kembali menghangatkan ruangan.
---
Sementara itu, Carissa akhirnya berdiri di aula sekolah, berani mengakui kesalahannya.
"Nama saya Carissa dari kelas IPS 2. Saya mau mengaku bahwa Aliza tidak pernah membully saya. Saya yang sebenarnya membully Haira karena dia tidak memberi saya uang. Tapi saya bilang ke ayah saya kalau Aliza yang melakukannya. Untuk Aliza Exelyn Zamora, saya meminta maaf. Terima kasih."
Diva tersenyum puas mendengar pengakuan itu.
"Kalau gue gak paksa, gak mungkin dia ngaku," ujar Diva sambil tertawa kecil.
"Demi seorang Aliza, Diva rela jadi 'iblis'," goda Gavin sambil menepuk pundak Diva.
Mereka semua tertawa bersama, menghargai perjuangan Diva untuk membersihkan nama baik Aliza.
---
Like komen ya...saran dan kritik kalian berarti buat akuu...makasihh