NovelToon NovelToon
Ace Disciple

Ace Disciple

Status: tamat
Genre:Action / Fantasi / Sci-Fi / Tamat / Mengubah Takdir / Fantasi Isekai / Pendamping Sakti
Popularitas:4.6k
Nilai: 5
Nama Author: Mobs Jinsei

Seorang pemuda yatim piatu dan miskin yang tidak memiliki teman sama sekali, ingin merubah hidupnya. Buku warisan nenek nya menjawab tekadnya, 7 mentor atau guru yang berasal dari dunia lain yang jiwanya berada di dalam buku mengajari nya macam macam sampai dia menjadi orang yang serba bisa.

Kedatangan seorang gadis bar bar di hidupnya membuat dia mengetahui apa yang sebenarnya terjadi kepada keluarganya dan membuat dirinya menjadi yatim-piatu. Ternyata, semuanya ulah sebuah sekte atau sindikat yang berniat menguasai dunia dari balik layar dan bukan berasal dari dunia nya.

Akhirnya dengan kemampuan baru nya, dia bertekad membalas dendam pada musuh yang menghancurkan keluarganya dan menorehkan luka di keningnya bersama gadis bar bar yang keluarganya juga menjadi korban sindikat itu dan tentu juga bersama ke tujuh gurunya yang mendampingi dirinya.

Genre : Fantasi, fiksi, action, drama, komedi

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 32

Evan membuka matanya, dia sudah bisa melihat ibukota dari jendela, dia merasakan ada yang menempel di pundak nya, ternyata Bella merebahkan kepalanya di pundak nya dan tertidur, Evan mengangkat tangan nya kemudian merangkul Bella.

“Ehm,”

Bella menggeliat dan tersenyum di pelukan Evan yang juga jadi tersenyum melihat nya. Mata Evan kembali menatap kota yang di lewatinya dari balik jendela, dahinya mengernyit dan alisnya menyatu di tengah. Dia meneguhkan hatinya karena sebentar lagi dia akan kembali ke tempat semua bermula.

Tak lama kemudian, kereta mulai memasuki stasiun, Evan membangunkan Bella dengan mengusap kepalanya,

“Uhm...udah nyampe ?” tanya Bella.

“Baru saja masuk stasiun,” jawab Evan.

“Pagi sayang,”

“Cup,” Bella mengecup bibir Evan dan tersenyum, dia tidak bangun dan terus berada di pelukan Evan.

“Oi, masa mau tidur lagi ?” tanya Evan.

“Enggak, tapi posisi lagi enak nih hehe,” jawab Bella.

“Dasar kamu, akhirnya kita kembali ke sini ya Bel,” ujar Evan.

“Iya, tempat kita kecil dulu dan tempat semua bermula,” balas Bella.

Kereta pun berhenti, Evan dan Bella bersiap siap turun, kemudian mereka keluar dari kereta dan berjalan ke arah pintu keluar stasiun. Ketika keluar, langsung terlihat pemandangan yang berbeda dari kota tempat dia tinggal sebelumnya, banyak sekali kendaraan mengisi jalan sampai terlihat sesak. Banyak orang yang memanggil manggil mereka menawarkan jasa untuk mengantar menggunakan kendaraan mereka masing masing.

Akhirnya Evan memilih naik taksi karena membawa koper dan tas yang cukup besar, setelah naik Evan memberikan alamatnya kepada pengemudi yang kebetulan mengetahui lokasi nya. Langsung saja taksi bergabung dengan banyaknya kendaraan di jalan raya.

“Yak macet dah,” ujar Evan.

“Hehe emang seperti ini kan kalau di sini,” balas Bella.

“Iya sih, ya sudah lah,” balas Evan.

Selama perjalanan melintasi kota, Evan dan Bella melihat keluar jendela menikmati pemandangan gedung gedung tinggi yang menyerupai hutan di tengah kota, ruas jalan yang luas dan bertumpuk, tugu peringatan yang tinggi menjulang ke langit dan banyaknya pedagang juga pejalan kaki di trotoar sepanjang jalan.

“Kota ini makin ramai ya,” ujar Evan.

“Iya, waktu aku pergi dari sini juga sudah seperti ini,” balas Bella.

“Tapi waktu aku pergi dulu kayaknya ga seramai ini, tapi ya ga tau juga sih, waktu itu aku ga terlalu perhatikan,” balas Evan.

“Haaah...balik lagi ke sini haha,” ujar Bella.

“Kamu menyesal ?” tanya Evan.

“Tentu saja tidak, kenapa juga aku harus menyesal,” jawab Bella.

“Syukurlah kalau begitu,” balas Evan.

Setelah dua jam perjalanan, akhirnya mereka sampai di sebuah komplek perumahan lama yang berada di sisi timur kota, Evan mengenali komplek itu karena hampir setiap hari dia berkeliling di dalam komplek mengais tong sampah untuk mencari penghasilan. Dia juga menoleh melihat sekolah sd tempat dia bersekolah dulu,

“Sekolah kita,” ujar Evan.

“Iya, sekolah kita dulu,” tambah Bella.

Taksi berhenti di sebuah rumah besar namun kuno peninggalan jaman penjajahan yang nampak sudah lusuh dan kotor. “Klek,” Evan dan Bella turun setelah membayar taksi, mereka menurunkan koper dan tas mereka. Keduanya berdiri menatap rumah tua yang ada di depan mereka. Evan menggandeng tangan Bella, kemudian keduanya melangkah masuk setelah membuka pagar.

“Krieek,” Evan membuka pintu rumahnya, bagian dalamnya masih nampak seperti saat dia tinggalkan dulu hanya saja penuh dengan debu dan kotor, Evan menoleh melihat ke sebelah pintu, dia tersenyum ketika melihat keranjang dan tongkat yang dulu dia pakai untuk mengais sampah dari rumah ke rumah sebelum ke sekolah.

“Bel, lihat....loh kamu kenapa ?” tanya Evan.

Evan melihat Bella yang menangis tersedu sedu berdiri di sebelahnya ketika melihat ke dalam rumah, dia langsung merangkul Bella yang terlihat sangat emosional. Bella langsung berbalik memeluk Evan dengan erat.

“Huaaaaa.....kamu beneran temen ku....aku kangen tau....aku beneran kangen,” ujar Bella memeluk Evan.

“Loh bukannya aku sudah bilang ya ?” tanya Evan bingung.

“Tapi aku belum lihat buktinya, sekarang aku sudah lihat, jangan pergi lagi....jangan tinggalkan aku lagi,” teriak Bella menjawab.

“Oh berarti kamu kemarin ga percaya ya ?” tanya Evan.

“Bukan ga percaya, belum yakin 100%, sekarang udah yakin 100%,” jawab Bella.

“Haha gitu toh, kirain apa,” ujar Evan.

“Janji, jangan pernah tinggalkan aku lagi,” ujar Bella.

“Iya janji, kamu juga,” balas Evan.

“Pasti, aku janji juga, aku ga akan pergi dari kamu, aku cinta kamu tau ga, dari dulu,” balas Bella.

“Serius ? dulu bukannya aku dekil ya, liat nih,” ujar Evan sambil memegang tongkat yang dia gunakan untuk memungut sampah dulu.

“Hehe masih ada ya, kamu ga dekil kali, aku serius,” balas Bella.

“Ok deh, percaya, yuk masuk,” ujar Evan.

Evan menggenggam tangan Bella dan melangkah masuk, jantungnya berdegup kencang, dia melewati ruang tamu yang perabotnya masih sama seperti ketika dia tinggalkan dan di tutupi plastik. Langkah kakinya melangkah ke ruang tengah, ingatannya kembali, dia melihat dirinya sewaktu kecil berlari masuk membawa kertas gambar dan dengan senang ingin memperlihatkannya pada ibu nya.

Ketika Evan masuk ke dalam ruang tengah, yang terbayang pertama kali ketika dia melihat ibunya tergantung menghadap dinding tepat di depannya. Namun sekarang semua gelap dan perabot seperti meja makan, sofa dan meja nya, rak pajangan dan rak televisi, semua di lapisi plastik, tangan Evan tergenggam dan kepalanya tertunduk, air matanya menetes namun raut wajahnya terlihat geram.

“Mama, aku pulang,” ujar Evan dalam hati.

Bella yang melihat Evan menunduk, mengangkat tangannya dan mengelus punggung Evan. Setelah itu, Evan dan Bella keluar dari ruang tengah kemudian berjalan ke dalam menuju ke kamar Evan, dia membuka pintunya dan melihat kamarnya masih sama seperti dulu hanya saja meja belajar, lemari, ranjang dan meja kecil di sebelah lemari di tutupi plastik.

“Sreeek,” Bella membuka plastik penutup ranjang, kemudian dia duduk di sisi ranjang dan menepuk agar Evan duduk di sebelahnya, setelah Evan duduk,

“Kamu ga apa apa kan ?” tanya Bella.

“Ga apa apa, hanya terkenang sedikit saja, sekarang kita tinggal lagi di sini, tapi kita tidur di kamar depan aja ya, lebih gede,” jawab Evan.

“Ga ah, di sini aja, kayak dulu waktu kecil,” balas Bella.

“Tapi di sini kan sempit, lagian ranjangnya kecil,” ujar Evan.

“Emang kenapa kalau kecil,” balas Bella.

Tiba tiba Bella berdiri dan langsung membuka kaus nya, kemudian dia membuka celana panjangnya dan hanya mengenakan pakaian dalam.

“Loh mau ngapain ?” tanya Evan.

“Dulu, kita kan hanya tidur di ranjang ini, sekarang lain hehehe,” ujar Bella.

“Klik,” kancing di buka dan pakaian dalam pun jatuh ke lantai, setelah itu Bella langsung duduk di pangkuan Evan dan menciumnya dengan mesra. “Plop,” Evan mendorong sedikit tubuh Bella,

“Bentar Bel, ranjangnya kan belum di bersihk....”

Belum selesai Evan berbicara, Bella sudah kembali menciumnya, “blugh,” “ohok,” debu debu berterbangan, walau batuk namun keduanya melanjutkan pertempuran panas mereka.

1
Stay Stronger
/Scream//Scream//Scream/
Amara❤️
good job
Mobs Jinsei: makasih kakak
total 1 replies
Anna
udah aku beri kopi
Mobs Jinsei: makasih ya kak
total 1 replies
marrydiana
semangat kak, mampir juga ya di cerit aku❤️
Dian
Lanjut thor semangat❤️
Dian
Semangat thor,💪🏻💪🏻ayo saling dukung mampir jg ke karya aku “two times one love”❤️
Mobs Jinsei: Sudah mampir ya kak, makasih support nya /Pray/
total 1 replies
Aulia Nur
good job 🔥
darryl gunawan
Luar biasa 👍
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!