Luke Bryan Smith adalah pria yang paling di takuti di SMA Alexander High school, ia merupakan cucu dari pemilik sekolah ternama itu. Dimana di sekolah hanya di isi oleh orang kalangan atas, ada beberapa siswa yang masuk lewat jalur beasiswa juga.
Ia punya pacar yang bernama Agatha Christie, mereka sudah pacaran selama 2 tahun sejak Agatha sekolah SMP, tapi sayangnya ketika mereka SMA Agatha harus pindah keluar Negeri karena berbagai alasan.
Walaupun begitu Hubungan mereka masih berjalan cukup baik hingga sekarang, tetapi semua itu berubah ketika ada seorang siswa baru jalur beasiswa masuk ke sekolah yang sama dengan Bryan.
Bryan justru malah lebih peduli pada wanita itu, masalah dalam hubungan Bryan dan Agatha semakin banyak.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Rumah Sakit Jiwa
Saat pulang sekolah Bryan mengajak Anita untuk pulang bareng karena ia kesal Agatha malah memilih pulang dengan Michael, niat awalnya Bryan melakukan itu untuk membuat Agatha cemburu, tapi sayangnya Agatha tidak peduli dengan apa yang Bryan lakukan.
Di perjalanan menuju ke rumah Bryan sama sekali tidak mau bicara apapun pada Anita, sementara Anita terlalu takut untuk mulai pembicaraan dengan Bryan, jadi keadaan di dalam mobil benar-benar hening seperti tidak ada kehidupan.
Tadi di sekolah Alvaro juga setuju dengan apa yang mau Bryan lakukan asalkan Bryan mau menepati janjinya untuk membiayai ibunya di rumah sakit dan tidak memecat ayahnya.
Bryan sangat senang untuk itu, kini satu musuhnya telah menjadi bawahannya juga.
Sesampainya di rumah Bryan langsung masuk ke kamar dengan marah, Bryan bahkan melemparkan kunci mobil dan tasnya ke sembarangan arah di ruang tamu.
Para pelayannya langsung mengambil tas juga kunci mobil itu untuk di simpan di tempatnya, "Sialan, kenapa sih Agatha semarah itu cuman karena cowok sialan macam dia," Bentak Bryan sambil mengacak-acak rambutnya.
Di dapur Anita malah kesenengen karena di ajak satu mobil dengan Bryan, ia merasa kalau kini mungkin Bryan lumayan tidak membencinya, ia juga yakin kalau nanti ia bisa berteman dengan baik dengan Bryan.
"Sepertinya mereka sedang bertengkar," Gumam Anita tersenyum penuh misteri.
"Tapi kalau itu bisa membuatku tidak di permainkan yang lainnya itu adalah hal yang bagus," lanjut Anita.
"Anak ibu senyum-senyum sendiri aja, ada apa ini?" Tanya ibunya yang tiba-tiba datang ke samping Anita.
"Ibu jangan kepo, pokoknya hari ini aku lagi bahagia," Gumam Anita tersenyum memeluk ibunya.
_________
Sementara itu Agatha dan Michael telah sampai di rumah sakit jiwa tempat ibunya Michael di rawat, suster yang mengawasi ibunya Michael langsung mengantar mereka berdua ke ruangan ibunya Michael berada.
Agatha masuk ke ruangan itu, saat ibunya Michael melihat Agatha ia tersenyum lebar dan wajahnya terlihat sangat bahagia.
Agatha datang memeluk ibunya Michael, "Bunda, aku kangen banget sama bunda," Agatha memang memanggil ibunya Michael dengan sebutan bunda sejak dulu.
"Bunda juga kangen sama kamu, kamu kemana aja? Kamu abis darimana sayang?" Ibunya Michael menangis sangking merindukan Agatha selama ini.
"Aku habis melakukan perjalanan panjang," Agatha melepaskan pelukannya lalu menghapus air mata di pipi ibunya Michael.
"Bunda jangan nangis, aku janji. Mulai sekarang aku akan sering ke sini lagi."
"Janji Yah."
"Iya aku janji."
Mereka mengobrol lumayan panjang, setelah malam ibunya Michael mulai tidur karena habis minum obat. Michael langsung mengantarkan Agatha pulang, "Makasih yah," Gumam Michael.
"Makasih buat apa?"
"Pokoknya makasih aja, lu gak perlu tau untuk apanya."
"Dih manusia aneh."
"Besok lu ke sekolah sama siapa? Sama Bryan? Bawa mobil sendiri? Atau mau gue jemput?"
"Lu jemput aja yah, gue masih males ketemu Bryan dan gue juga males kalau harus nyetir sendiri ke sekolah."
"Ya udah gue jemput, tapi jangan terlambat. Gue males nungguin lu."
"Okey."
"Okey kalau lu sampai terlambat bangun lagi, gue gak akan nungguin lu."
"Ini udah yang ke seratus kalinya lu ngancem gue begitu, tapi pada akhirnya lu tetep selalu nungguin gue kan?"
"Pokoknya besok jangan terlambat, gue gak mungkin mau nungguin lu kayak dulu."
"Iya bawel banget sih jadi manusia."
____________
Kembali pada Bryan, ia kini sedang mundar-mandir di taman belakang menunggu pesan balasan dari Agatha yang bahkan tidak membaca pesannya sama sekali.
"Dia beneran marah? Sialan, gue harus ngapain kalau dia marah, ayolah Agatha jangan marah dan bales pesan gue," Gumam Bryan.
"Apa jangan-jangan dia tambah marah karena gue tadi satu mobil sama cewek itu?" Bryan masih ngoceh sendirian.
"Ah harusnya gue gak lakuin itu, sialan banget deh."
Anita datang mendekati Bryan, Bryan menatap tajam Anita ketika mendekat.
"Aku datang ke sini cuman mau minta kamu untuk gak lakuin apapun sama Alvaro, kalau kamu marah ke Alvaro karena dia belain aku saat di kolam renang aku benar-benar minta maaf. Aku akan lakuin apapun yang kamu minta asalkan kamu jangan ancam Alvaro dia gak salah apapun," Ucap Anita tanpa menatap wajah Bryan.
"Ngapain juga gue lakuin itu demi lu? Hellow lu gak sepenting itu di hidup gue, gue lakuin itu sama Alvaro karena dia udah marah-marah sama Agatha. Bukan karena belain lu," Balas Bryan Sinis.
Sial Anita salah paham dengan hal itu, ia pikir Bryan melakukan ancaman pada Alvaro karena dirinya.
"Gue gak peduli kalau dia belain lu, dan satu hal lagi. Lu mau sujud di depan gue juga gue gak bakalan lepasin Alvaro, dan gara-gara lu juga sekarang Agatha marah tambah marah sama gue," Lanjut Bryan.
Anita menatap wajah Bryan karena kaget mendengar ucapan Bryan, "Karena aku?" Ia tampak kebingungan.
"Iya, gara-gara lu tadi satu mobil sama gue."
"Tapikan itu kamu yang ajak."
"Yah harusnya lu nolak dong, Ah dongo," Bryan pergi dari sana, ia akan ke rumah Agatha sekarang untuk minta maaf.
Sebelum ke rumah Agatha, Bryan membeli buket bunga, coklat dan eskrim untuk Agatha, sejak dulu Agatha kalau marah di bujuknya harus dengan Eskrim dan coklat, Agatha lebih luluh di beri hal itu daripada di beri perhiasan atau tas mewah, karena Agatha punya semua itu di rumahnya.
Kini Bryan sudah di depan rumah Agatha, saat menyalakan Bel rumah yang membuka pintu utama adalah Arhan.
"Ya ampun Bryan, kamu mau buka toko eskrim sama coklat?" Tanya Arhan karena Bryan membawa banyak coklat dan Eskrim.
"Ini buat Agatha kak, dia lagi marah. Dan kalau di kasih ini pasti dia berhenti marahnya."
"Oh mau ngebujuk ceritanya? Ya udah masuk dulu, biar kakak panggil nanti Agatha nya."
"Makasih kak."
Bryan duduk di sofa ruang tamu sendirian, sementara Arhan sedang memanggil Agatha, saat Agatha keluar dari kamarnya Arhan langsung pergi ia ingin membiarkan mereka berdua menyelesaikan masalahnya, ia tidak mau ikut campur.
Baru saja Agatha melihat eskrim dan coklat yang Bryan bawa ia langsung berlari ke arah Bryan dengan semangat, Bryan tersenyum kecil, ia sudah tau kalau ini akan berhasil.
Bryan ingin buka mulut untuk bicara, tapi Agatha menutup mulut Bryan sambil menatap mata Bryan.
"Jangan ngomong apapun! Aku udah gak marah sama kamu, tapi stop jangan bahas apapun lagi tentang tadi di sekolah, tapi kamu harus janji juga jangan lakuin hal itu lagi," Ucap Agatha.
Bryan menganggukkan kepalanya, kini Agatha kembali fokus membuka eskrim dan memakannya, Bryan juga memberikan bunga yang ia beli tadi.
"Abis makan kalau mau tidur harus sikat gigi, nanti kamu sakit gigi lagi," Ucap Bryan.
"Ya kalau aku sakit gigi itu salah kamu, siapa suruh bawa eskrim sama coklat sebanyak ini."
"Pokoknya besok kita harus ke dokter gigi buat cek gigi kamu."
"Gak mau."
"Harus mau, aku akan temenin kamu."
"Gak mau, dokter gigi itu serem."
Dari dulu Agatha memang selalu takut ketika mau di periksa ke dokter gigi, saat SMP Agatha bahkan pernah kabur saat mau di cabut giginya.
"Udah SMA dan kamu masih takut sama dokter gigi."
"Biarin aja, daripada nanti aku suka sama dokter giginya. Yang ada kamu yang repot."
Agatha makan eskrim sampai mulutnya belepotan, "Kamu tuh beneran kayak anak kecil banget kalau lagi makan eskrim," Bryan membersihkan bibir Agatha dengan sapu tangannya yang ia ambil dari saku baju.
"Sengaja, biar kamu bersihin."
"Bilang aja emang gak bisa makan dengan rapih."