"Aliza suka kak diva!!"
"gue gak suka Aliza!!"
"kak diva jahat!!"
"bodo amat"
apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?
"Aliza,kenapa ngejauh?"
"kak diva udah pacaran sama Dania"
"itu bohong sayang"
"pret"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
pameran date
Aliza dan Diva sudah sampai di pameran. Mereka melihat banyak wahana menarik yang memancing antusiasme mereka. Sesampainya di depan pameran, mereka bertemu teman-teman yang sudah menunggu. Dengan semangat, mereka semua masuk ke dalam pameran bersama. Sepanjang perjalanan, Aliza menggenggam tangan Diva erat, dan Diva pun melakukan hal yang sama.
Nathan, kakak laki-laki Aliza, berjalan di belakang mereka. Ia menunduk melihat adiknya tampak begitu bahagia bersama Diva, bukan dengannya. Nathan merasakan perasaan campur aduk sebagai seorang kakak yang posesif terhadap adik perempuannya.
Saat Aliza melihat wahana rollercoaster, matanya membelalak penuh semangat, sama seperti Cesya. Namun, tidak demikian dengan Velyn dan Zia yang terlihat ketakutan.
"Naik itu, yuk!" ajak Aliza penuh antusias.
Cesya langsung mengangguk setuju. Mereka berdua berjalan menuju loket tiket dengan ceria, sementara yang lain mengikuti dari belakang. Aliza dan Cesya bahkan bergandengan tangan saat membeli tiket, membuat Diva yang semula ragu akhirnya memberanikan diri untuk ikut naik. Di sisi lain, Nathan berdiri terpaku memandangi rollercoaster dengan perasaan takut, meskipun wajahnya tetap terlihat tenang.
"Lo yakin, Nat?" tanya Bagas ragu melihat Nathan melangkah ke arah wahana.
Nathan hanya mengangguk tanpa menoleh.
"Gue takut banget, babi!" Gavin tiba-tiba memeluk Bagas, membuat Bagas mendorongnya menjauh.
"Lo mau naik juga?" tanya Gavin pada Bagas. Namun, Bagas menggeleng kuat-kuat.
"Gue trauma," jawabnya singkat.
Mendengar itu, Gavin tertawa terbahak-bahak. "Trauma? Kenapa, Gas?"
"Pertama kali gue naik wahana itu, gue pingsan di tengah perjalanan. Parahnya lagi, gue sampai masuk rumah sakit!" Bagas menjelaskan dengan nada santai, namun cerita itu justru membuat yang lain semakin tertawa.
Tiba-tiba, suara teriakan terdengar dari arah rollercoaster yang sudah mulai berputar dengan cepat. Mereka langsung menoleh ke arah wahana tersebut. Pemandangan di depan mereka membuat tawa pecah semakin keras. Diva dan Nathan terlihat memeluk Aliza erat-erat karena ketakutan, sementara Cesya malah memeluk seorang bapak-bapak yang tidak mereka kenal.
"Anjir, si Cesya! Hahaha!" Gavin tertawa sampai terpingkal-pingkal.
Teriakan dari wahana semakin keras.
"MAMAAAA!!! ALIZA TURUUUN!!!" Diva berteriak ketakutan.
"KAMU AJA YANG TURUN!!!" balas Aliza histeris.
"ALIZA, LO BANGSAT!!!" teriak Nathan frustrasi.
"BERANI LO NGOMONG GITU SAMA CEWEK GUE?!!!"Diva menatap marah Nathan
"Anjayy cewek gue"ledek Bagas membuat mereka tertawa sekencang itu
"MAMIH!!! CESYA TAKUT!!! HUAAAA!!!" suara Cesya ikut memenuhi udara.
Gavin hampir terjatuh karena tawa yang tak tertahankan. "Astagaaa, si Cesya peluk bapak-bapak random! Hahahaha!"
Sementara itu, suara Aliza terdengar berbeda di tengah keramaian, "Mommy!!! I'm scared, I want to get off!!! Mommy!!! Huaaaa!!!" Teriakannya dengan aksen British membuat yang lain terpingkal-pingkal.
"LO NGOMONG APA, LIZA??" Nathan yang panik malah ikut bingung dengan aksen mendadak Aliza.
Di tengah kekacauan, Aliza berteriak lebih keras, "POKOKNYA GUE PENGEN JADI PACAR HAECHAN!!!"
Mendengar itu, mereka yang di bawah langsung meledak tertawa tanpa bisa berhenti.
---
"Huekkkk..."
Suara muntah terdengar dari Aliza dan Cesya di selokan dekat roller coaster. Diva dengan sigap memijat leher Aliza, sementara Gavin melakukan hal yang sama pada Cesya. Di sisi lain, Nathan hanya berdiri diam, menerima sebotol air dari zia. Sementara itu, velyn dan Bagas tertawa terpingkal-pingkal di depan mereka, menikmati kekacauan kecil itu.
Setelah selesai, Aliza mendongak, matanya berkaca-kaca, lalu memandang Diva sambil menangis. Diva segera memeluknya erat dan mengusap punggung Aliza dengan lembut.
"Hiks... pusing banget," lirih Aliza. Diva mengangguk penuh perhatian, menyuruhnya duduk, lalu memberikan air minum yang disodorkan Evelyn.
"Pusing banget, babi!" keluh Cesya sambil duduk di samping Aliza. Gavin yang melihat ekspresi Cesya tak bisa menahan tawa lagi.
"Tawa lo, anjrit!" bentak Cesya kesal, tapi itu justru membuat Gavin tertawa semakin kencang.
"Mau pulang?" tanya Diva dengan nada lembut.
Aliza menggeleng pelan, kemudian mencoba berdiri. Namun, tubuhnya masih oleng, membuat Diva harus menopangnya.
"Ayo nyoba itu!" Aliza menunjuk kincir angin besar yang tak jauh dari sana. Matanya berbinar seperti anak kecil yang baru menemukan mainan favorit.
"Inner child-nya keluar, bjir," celetuk Zia, yang kini tertawa geli melihat tingkah Aliza yang penuh semangat, meski ujung-ujungnya selalu muntah.
"Mau kemana?" tanya Nathan dengan nada datar, memandang Aliza yang tampak penuh antusias.
"Kincir! Gue sama Diva ya?!" sahut Aliza penuh semangat. Nathan hanya mengangguk pelan, lalu mengawasi mereka berjalan menuju kincir angin bersama printilan kelompoknya.
Di tengah semua kekacauan itu, Nathan tersenyum kecil. Dalam diam, ia merasa seperti seorang kakak yang hanya ingin melihat adiknya bahagia, menjaga agar senyum itu tak pernah pudar.
---
Diva menggenggam tangan Aliza erat saat mereka naik kincir raksasa. Aliza tertawa kecil melihat ekspresi ketakutan Diva, lalu merangkulnya dengan lembut. Diva terus melihat ke bawah dengan raut wajah cemas.
Aliza memegang pipi Diva, memalingkan wajahnya agar tidak terus menatap ke bawah. "Kalau takut, kenapa ikut naik, By?" tanya Aliza lembut.
Diva tersenyum kecil dan menjawab, "Kalau aku nggak naik, kamu sendirian, By."
Mendengar itu, Aliza mengangguk dan memeluk Diva erat. "Jangan takut, ya. Ada aku di sini."
Diva mengangguk pelan, merasa lebih tenang dalam pelukan Aliza. Setelah beberapa saat hening, Diva berkata, "Papah selalu nelepon aku akhir-akhir ini."
Aliza menoleh, heran. "Hah? Papah kamu nelepon terus? Dia maunya apa sih?!" nada suaranya sedikit kesal, membuat Diva tertawa.
"Aku juga nggak tahu," jawab Diva sambil terkekeh. "Tapi dia bilang ada wasiat dari Kakek Haira buat Kakek aku dulu."
Ekspresi Aliza berubah, kini dia terlihat sedikit cemburu. "Emang keluarga kalian sedekat itu?" tanyanya.
Diva mengangguk sambil menyandarkan kepalanya di bahu Aliza. "Dipeluk kamu tuh nyaman banget," gumamnya sambil tersenyum.
Aliza, yang masih penasaran, bertanya lagi, "Wasiat apa, sih?"
Diva hanya menggeleng, tanda tidak tahu.
Setelah hening beberapa saat, Diva menatap Aliza dengan lembut. "Aku selalu doain kamu, By. Semoga kamu terus bahagia sama aku, dan dijauhin dari orang-orang jahat."
Aliza tersenyum mendengar itu. Namun, tiba-tiba Diva berkata dengan suara riang, "Nikah yuk!"
Aliza langsung tertawa keras. "Hahahaha! Serius amat ngomongnya!"
Mereka berdua tertawa bersama, seolah lupa akan ketinggian kincir raksasa yang tadinya membuat Diva ketakutan.
Sepi ya...gak papa nama nya juga usaha.