Ayundya Nadira adalah seorang istri dan ibu yang bahagia. Pernikahan yang sudah lebih dari 20 tahun mengikat dirinya dengan suami dengan erat.
Pada suatu sore yang biasa, dia menemukan fakta bahwa suaminya memiliki anak dengan wanita lain.
Ternyata banyak kebenaran dibalik perselingkuhan suaminya.
Dengan gelembung kebahagiaan yang pecah, kemana arah pernikahan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayu Andila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 8. Kekecawaan yang Mendalam.
Evan terdiam saat mendapat pertanyaan dari Ayun, tentu saja diamnya itu membuat hati sang istri semakin terluka.
"Kau tidak mencintaiku, Mas?" tanya Ayun sekali lagi. Jelas dia sudah mendapatkan jawaban, tetapi dia ingin mendengarnya langsung dari mulut sang suami.
"Untuk apa Ibu bertanya padanya?"
Ayun dan Evan langsung menoleh ke arah kiri saat mendengar suara seseorang, terlihat Ezra sedang berdiri di ambang pintu dapur sambil menatap dengan nanar.
"Apa, apa kau ingin sesuatu, Nak?" tanya Ayun sambil berjalan mendekati sang putra, tetapi Ezra tetap diam dan malah menatap ayahnya.
Tanpa menghiraukan pertanyaan sang ibu, Ezra berjalan mendekati ayahnya yang sedang berdiri di samping meja makan.
"Apa Ayah benar-benar punya simpanan?"
Untuk sekali lagi, Ezra bertanya pada ayahnya untuk mendapatkan jawaban secara langsung.
Evan terdiam sambil menatap Ezra dengan tajam, sementara Ayun sudah merasa khawatir jika akan terjadi pertengkaran di antara mereka.
"Kau tidak pantas-"
"Jawab saja pertanyaanku, Tuan Evan yang terhormat!" bentak Ezra.
Deg.
Evan tersentak kaget saat mendengar bentakan dari putranya, begitu juga dengan Ayun yang langsung memeluk lengan laki-laki itu.
"Ayo ikut Ibu, Ezra! Ibu akan-"
"Lepaskan aku!" Ezra menepis tangan sang ibu yang memegangi lengannya. "Kenapa Ayah diam? Apa pertanyaanku sangat susah untuk dijawab, atau Ayah memang tidak mau menjawabnya?" Dia menatap dengan senyum sinis.
Evan mengepalkan kedua tangannya dengan penuh emosi. Untuk pertama kali, putranya sendiri berani meninggikan suara di hadapannya.
"Apa Ayah tidak sadar dengan apa yang Ayah lakukan, hah?" Ezra menatap ayahnya dengan tajam. "Apa Ayah ingin membuat aku dan Adel malu?"
"Cukup, Ezra!" teriak Evan yang sudah tidak bisa menahan diri lagi. Sontak suaranya membuat Adel yang sejak tadi berada di dalam kamar bergegas turun ke lantai 1, begitu juga dengan Endri.
"Aku adalah ayahmu, kau tidak pantas untuk meninggikan suaramu atau pun bicara seperti itu padaku,"
"Lalu, apa sebagai Ayah kau pantas untuk berselingkuh dengan wanita lain?" balas Ezra dengan tidak kalah emosi. Anak mana yang tidak marah jika mengetahui ayahnya memiliki selingkuhan?
Seketika suasana menjadi panas dan juga menegangkan, membuat kepala Ayun berdenyut sakit.
"Kalian berdua, tolong hentikan semua ini," ucap Ayun dengan pelan, wajahnya sudah sangat pucat saat ini.
Evan langsung menatap Ayun dengan sinis. "Ajari anakmu ini untuk menjaga sopan santunnya, Ayun. Bagaimana mungkin dia-"
"Seharusnya Ayah yang mengajari diri Ayah sendiri tentang batasan yang boleh dilakukan. Bukan hanya punya wanita lain, tapi kalian bahkan sampai punya anak. Ayah benar-benar rendahan dan tidak punya harga diri,"
"Ezra!"
Evan mengangkat tangannya dan hendak menampar Ezra, tetapi dengan cepat Ayun berlari ke hadapan putranya membuat tangan itu menggantung di udara.
"Cukup, hentikan pertengkaran kalian ini!"
Semua orang langsung diam saat mendengar suara Endri. Laki-laki paruh baya itu berjalan cepat ke arah mereka, sementara Adel sudah terisak di balik dinding.
"Apa kau belum cukup membuat keributan, Evan?" tanya Endri dengan tajam membuat semua orang menunduk. Terutama Evan yang saat ini sedang berdiri menghadap ke arah samping.
Endri mengusap wajahnya dengan kasar. Dia benar-benar tidak menyangka jika putranya sanggup melakukan hal memalukan seperti ini.
"Bawa anak-anakmu ke kamar, Ayun," perintah Endri kemudian membuat Ayun mengangguk.
Ayun segera mengajak Ezra untuk naik ke lantai 2, dia lalu terkejut saat melihat ternyata Adel juga ada di tempat itu.
"Adel? Ayo kita ke kamar, Nak!"
Adel menggelengkan kepalanya membuat Ayun menatap bingung. "Kenapa Ayah menikah dengan wanita lain, Bu?" Dia menatap sang ibu dengan deraian air mata.
Ayun terdiam saat mendapat pertanyaan dari sang putri. Hatinya benar-benar teriris melihat luka di mata anak-anaknya.
"Kau harus bertanya pada ayahmu, Adel. Mungkin dia merasa masih lajang, itu sebabnya menikah dan punya anak dengan wanita lain hingga membuat aku sangat malu," ucap Ezra dengan kuat agar ayahnya mendengar apa yang dia ucapkan.
Ezra berjalan cepat meninggalkan tempat itu, membuat Ayun hanya bisa menatap nanar. Dia lalu membawa Adel ke kamar karena tidak mau jika putrinya mendengar obrolan ayah dan juga kakeknya.
Setelah semuanya pergi, tinggallah Endri dan Evan di tempat itu. Untuk sesaat kedua lelaki beda generasi itu terdiam dengan pikiran masing-masing, hingga akhirnya Endri buka suara.
"Sebenarnya apa yang kau pikirkan, Evan? Kenapa kau sampai melakukan hal serendah ini?" tanya Endri dengan nanar, terdengar jelas kekecewaan dari setiap kata yang dia ucapkan.
Evan kembali diam dengan rasa bersalah. Dia sadar jika perbuatannya telah menyakiti hati banyak orang, tetapi dia sendiri juga tidak bisa mencegah semua ini terjadi.
"Maafkan aku, Yah. Aku, aku tidak bermaksud untuk membuat kalian marah dan kecewa. Tapi aku juga tidak bisa berbuat apa-apa."
Evan mendessah frustasi. Perasaannya pada Sherly benar-benar sangat besar, itu sebabnya dia rela menduakan cinta Ayun yang sudah 20 tahun menikah dengannya.
"Kau bukan lagi remaja yang baru jatuh cinta, Evan. Kau adalah seorang suami, bahkan seorang ayah yang sudah punya anak berusia hampir 20 tahun. Apa kau tidak malu dengan dirimu sendiri?"
Endri benar-benar tidak habis pikir. Sebenarnya apa yang ada dalam pikiran Evan sehingga sanggup menduakan cinta Ayun? Laki-laki itu bahkan sama sekali tidak menyesal sudah melakukannya, Evan hanya menyesal karena sudah membuat mereka kecewa.
"Aku tau, Ayah. Tapi semua terjadi begitu saja, aku bahkan tidak kuasa untuk mengendalikannya."
Evan merasa bingung. Dia tidak bisa melepaskan Sherly begitu saja, apalagi mereka sudah dikarunia buah hati. Namun, dia juga tidak tahu harus melakukan apa untuk meredakan amarah semua orang.
"Jika kau memang sudah tidak mencinta Ayun lagi, maka coba pikirkan anak-anakmu sedikit saja. Ayah benar-benar sangat kecewa padamu, Evan. Ayah sangat kecewa."
•
•
•
Tbc.