Kisah Dania yang bertahan dengan suami yang tak mencintainya. Dania bertahan karena cintanya pada Cilla anak dari suaminya. Akankah Pram membuka hati untuk Dania? Sanggupkah Dania bertahan? Atau Dania akan menyerah menjadi bunda pengganti bagi Cilla? Ikuti ceritanya ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nonny Afriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cinta Bunda Pengganti 12
Jam makan siang datang. Reyhan yang singgah ke kantor Pram, langsung menuju lantai dimana Pram berada. Keluar dari lift yang menghantarkan nya, Reyhan pun melihat Dania yang sepertinya sedang menahan rasa sakitnya.
" Dani, kamu kenapa?"
Dania pun mengangkat wajahnya. Lalu mencoba tersenyum.
"Gak apa-apa, Mas."
Namun Reyhan bukan orang yang mudah di bohongi, melihat wajah pucat Dania dan keringat di dahi nya, menunjukkan Dania sedang tidak baik-baik saja.
" Dania...jangan bohong. Katakan kamu kenapa?"
Dania pun menceritakan kalau saat ini penyakitnya sedang kambuh. Lalu dengan cepat, Reyhan mengambil kertas dan juga pena yang ada di meja Dania. Namun karena melihat wajah Dania yang pucat, membuat dirinya meninggalkan Dania sebentar.
" Jangan kemana-mana, kamu disini aja. Awas kalau sampai aku datang, kamu gak ada."
Ucap Reyhan dengan nada sedikit mengancam. Dania hanya mengangguk, mengiyakan. Sekitar lima belas menit kemudian, Reyhan datang dan membawa dua kresek.
" Kamu makan dulu obat ini, baru makan ini. Ingat setengah jam lagi ya."
Ucap Reyhan lalu masuk ke ruangan Pram. Dania menatap dua bungkusan itu. Dania pun menuruti perintah Reyhan.
" Woy, boss...Gak makan siang Lo?"
" Ngapain Lo disini. Buat sepet mata gue aja."
Bukannya sakit hati, malah Reyhan tertawa melihat wajah kesal Pram.
" Makan Lo. Biar gak sakit kayak sekretaris Lo itu."
Pram menghentikan gerakan tangannya di atas keyboard komputer. Lalu menatap Reyhan.
" Dari mana Lo tau kalau tu cewek sakit?"
" Ya tau lah, Kan gue yang beliin obat sama makan siangnya tadi. Maag nya kambuh. Sampe gemetaran gitu dia. Mana pucat lagi. Lagian Lo kok seneng banget sich, liat dia kerja keras gitu? Lo seneng nyiksa dia? "
" Gue gak nyiksa, lagian itu kan emang kerjaan dia."
Reyhan memajukan badannya dan menopang tangan di meja Pram.
" Pram, gue tau, Lo gak suka bokap Lo jodohin Lo ke dia. Tapi dia gak salah, di aja gak tau kalau bokap Lo menjodohkan kalian. Trus kenapa dia yang Lo siksa sich? Gue tau juga Pram, beberapa bulan ini, Dia itu kerja ngurusin anak Lo kan pagi sama malam. "
" Itu juga maunya dia. Kalau emang dia gak mau, kan bisa nolak."
Jawab Pram acuh. Reyhan mendengus kesal.
" Serah Lo, Deh. Tapi yang jelas, suatu saat Lo bakalan nyesel udah berbuat gitu ke Dania."
Tak lama terdengar suara ketukan pintu. Setelah di izinkan masuk, Dania pun masuk membawa paper bag berisi makan siang untuk Pram dan Reyhan.
" Maaf, Pak. Ini makam siangnya."
"Letakkan di meja itu aja, Dania. Makasih ya."
Bukannya Pram yang berkata, tapi Reyhan. Saat Dania akan keluar, Reyhan bertanya pada Dania.
" Dani, jangan lupa makan siang kamu. Dan obat yang lainnya. Ingat Dani, kamu itu manusia biasa, bukan robot. Ingat kesehatan kamu. Kalau orang gila ini, nyuruh kamu kerja di luar jam kantor, kamu minta upah lembur kamu, atau kamu bisa menolak."
Ucap Reyhan santai, yang di balas dengan lemparan bolpoint dari Pram. Sedangkan Dania hanya mengangguk patuh. Lalu berpamitan keluar dari ruangan itu.
" Napa Lo?"
Walau kesal dengan sepupunya ini. Tapi Pram tetap saja tidak bisa marah. Mereka makan dan saling bertukar cerita.
" Pram, gue denger Chelsea udah balik lagi kesini. Tapi-"
Pram langsung menghentikan gerakannya yang sedang membersihkan mulutnya dengan tisu.
" Tapi, kenapa?"
" Tapi sendiri, Revan gak ikut."
" Apa ada masalah dengan hubungan mereka?"
Dahi Reyhan berkerut mendengar dugaan Pram. Sedangkan Pram pikirannya menerawang.
" Napa Lo bisa berasumsi seperti itu?"
Perkataan Reyhan menarik Pram kembali dirinya. Seperti mereka ketahui, bahwa Chelsea akan selalu berada di mana tunangannya itu berada. Dan sekarang Chelsea ada di Jakarta dan sendiri. Tentu saja membuat Pram berasumsi ada yang tak beres dengan hubungan mereka.
Setelah selesai makan siang, dan sedikit bercerita tentang Chelsea, Reyhan pun pamit kembali ke rumah sakit. Sore ini dirinya akan dinas. Lebih tepatnya akan dinas di UGD.
Ya, Reyhan hanya sebagai dokter umum, walau dirinya bisa saja mengambil spesialis, namun saat ini Reyhan belum ingin. Dirinya masih menikmati gelar yang masih satu di dapatnya.
Setelah kepergian Reyhan, Pram tak bisa bekerja dengan baik. Pikirannya berkelana, jauh. Mengenang saat mereka berempat bersahabat, Chelsea, Sabina, Pram, dan juga Riko sepupunya.
Flashback on.
" Maafin aku, Pram. Tapi aku hanya menganggap kamu sebagai sahabat. Aku gak punya perasaan lebih. Maaf."
" Tapi Chel..aku cinta sama kamu."
" Maaf, Pram. Perasaan gak bisa di paksa. "
Lalu Chelsea pergi dari cafe tempat mereka bertemu. Hati Pram hancur, Chelsea adalah cinta pertamanya, namun cinta itu tak bersambut.
Saat-saat dirinya terpuruk, Sabina datang dan selalu menghiburnya. Walau cintanya di tolak, hubungan mereka tetap baik. Pram dapat menyembunyikannya luka hatinya. Apalagi Sabina selalu saja, menghibur dirinya.
Semakin lama, hubungan Pram dan Sabina pun semakin dekat. Bahkan dengan terang-terangan Sabina menyatakan perasaannya pada Pram. Dan Pram pun membalasnya. Walau jauh di sudut hatinya, nama Chelsea masih tersemat di sana.
Hari-hari yang di jalaninya bersama Sabina tak mampu menghapus nama Chelsea disana. Sampai pada akhirnya, Papinya menyatakan ingin menjodohkannya dengan Dania. Pram semakin kacau.
Tiga wanita di hidup Pram, tapi entah mengapa Pram membenci Dania. Mungkin Pram merasa Dania lah yang meminta perjodohan ini. Padahal Dania pun tak pernah tau. Dengan menyakinkan dirinya, Pram memberanikan diri berbicara pada Papinya. Mengatakan akan menikah dengan Sabina.
Flash back Off
Awalnya, Tuan Sofyan menolak, namun Pram melakukan hal nekad, dengan menghamili Sabina.Pram berpikir lebih baik menikah dengan Sabina, dari pada harus menikah dengan Dania yang dirinya tak kenal sama sekali. Apalagi Dania bukan berasal dari keluarga berada.
Dan pernikahan antara Sabina dan Pram pun terjadi. Tuan Sofyan tak pernah lagi mengungkit soal perjodohan. Hati Pram pun mulai menerima Sabina sebagai istri dan ibu untuk anaknya. Namun saat melahirkan Cilla, Sabina pun pergi meninggalkan dirinya selama nya.
Kini saat hatinya sudah tertutup, Pram mendengar kedatangan Chelsea, yang entah mengapa ada segelintir rasa yang belum pernah berakhir. Siang sampai sore tak banyak pekerjaan yang di lakukan Pram.
Dirinya hanya menatap lalu lalang kendaraan di bawah sana dari ketinggian gedung. Pikirannya terus berkelana.
" Chelsea di sini." Gumamnya sambil memegang dadanya.
"Apa aku masih mencintai Chelsea, tapi gak, aku hanya mencintai Sabina. Hatiku sudah miliknya. Sampai kapan pun. Hatiku milik Sabina."
Ucapnya kemudian memantapkan hati. Pram pun membereskan meja kerjanya. Lalu mengambil jas yang tersangkut di sandaran kursi. Melangkahkan kakinya keluar. Dan meninggalkan perusahaan.
catat itu di otak mu Pram