Kamu anak tuhan sedangkan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin kita akan bersatu dengan dalam ikatan suci dan menjadikanmu imam yang tidak sujud pada tuhanku ?. Tetapi jika kita tidak berjodoh kenapa kita di pertemukan dan kenapa perasaan ini begitu kuat padamu ?. Dari pertemuan yang tidak di sengaja Muhkta dan Satria di perpustakaan kampusnya, menimbulkan perasaan dihati Satria untuk perempuan yang tak sengaja menambaraknya. Apakah dari pertemuan tidak disengaja itu cinta mereka akan tumbuh ? Yuk ! Baca selengkapnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon indah Mayaddah f, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kondisi Satria dan Kehamilan Mukhta
"Tidak ada rumah tangga bebas dari pertengkaran, namun kuncinya adalah bagaimana kita mengelolanya agar tetap saling percaya"
_Adzkia Rahmayani_
sudah terhitung 2 Minggu Satria belum sadar, yang diperkiraan dokter sangat melenceng. Mukhta masih setia menunggu di samping suaminya, dan sekarang kondisi tubuh Mukhta menjadi menurun karena ia kurang nafsu makan membuat keluarganya merasa khawatir akan kondisinya.
"Dek, makan yuk. Kakak khawatir melihat kondisimu seperti ini" Ajak Yufraj
"Kan aku puasa kak, masa makan" Jawab Mukhta
"Tapi kamu sahur tidak ikut makan, dek" Ucap Yufraj khawatir
"Aku masih kuat kak" Jawab Mukhta
"Ya sudah kalau begitu, kakak keluar dulu ya" Ujar Yufraj
Yufraj yangelihat kondisi sang adik, matanya menghitam, tubuhnya mengecil. Kakak mana yang melihat sang adik seperti itu, tidak sedih. Yufraj menyerah dia keluar dari ruangan adik iparnya, di luar keluarganya menunggu.
"Gimana a ?, apa Mukhta mau makan ?" Tanya Adzkia
"Dia masih belum mau makan, sayang" Jawab Yufraj sambil mengelus perut istrinya yang sudah membesar karena sudah memasuki 7 bulan, dan pada saat Yufraj mengelusnya sang anak meresponnya dengan menendang perut istrinya
"Masyaallah, kamu tahu aja kalau yang mengelusnya ini ayah" Ucap Yufraj sedihnya teralihkan karena sang buah hati meresponnya
"Itu tandanya a, kamu harus kuat karena kamu adalah kekuatan untuk kita termasuk Mukhta juga." Jawab Adzkia yang sama-sama mengelus perutnya
"Iya sayang, ayah tidak akan bersedih lagi" Ucap Yufraj menegelus perut istrinya.
*****
Semakin hari kondisi Mukhta makin lemas dan hari ini adalah puasa ke 21 hari, Uma menyarankan Mukhta untuk periksa ke dokter akan kesehatannya karena kondisinya mengkhawatirkan.
“Sayang periksa yuk Kesehatan mu, uma sangat khawatir sayang” Ajak Uma Rahma
“Benar kata umamu nak, mami juga khawatir kesehatanmu. Mami anta rya ke dokter mumpung kita di rumah sakit” Ujar Maminya Satria
“Uma sama mami jangan khawatir aku baik-baik saja kok” Jawab Mukhta masih kekeh tidak ingin di periksa
“Pokoknya tidak ada penolakan, sekarang mami antar kamu ke dokter. Bu saya akan mengantar Mukhta ke dokter, bolehkan bu ?” Tanya Mami Satria
“makasih ya bu, telah mengkhawatirkan anak saya” Jawab Uma Rahma
“Ibu bilang apa sih, ibu juga begitu sangat baik terhadap anak saya dan menganggapnya sebagai dari bagian dari keluarga ibu malah ibu menganggapnya sebagai anak ibu sendiri” Ucap Mami Satria
*****
Mami Satria mengantarkan Mukhta untuk di periksa oleh dokter, setelah mendatangi dokter tetapi dokter tersebut menyuruhnya untuk periksa ke dokter kandungan, membuat Mukhta merasa khawatir akan penyakit kandungan.
“Mami aku sangat takut, kita pergi saja yu” Ucap Mukhta
“Semuanya akan baik-baik saja nak” Jawab Mami Satria
“Tapi aku takut, mi” Ucap Mukhta merasa cemas
“Ada mami yang menemanimu” Jawab Mami Satria
“Baiklah” Ucap Mukhta pasrah
Mereka pun mendatangi dokter kandungan, awalnya Mukhta menolak takut terkena penyakit dalam kandungannya tetapi ia tepis dan mengikuti keinginan mertuanya untuk diperiksa oleh dokter kandungan.
“Silahkan masuk bu, ada yang bisa saya bantu ?” Ucap Doter kandungan
“Ini dok, anak saya terlihat pucat dan lemas sebelum ke sini kami memeriksa ke dokter lain di sini tetapi dokter tersebut menyuruh kami untuk mendatangi dokter kandungan” Jawab Mami Satria karena Mukhta masih bigung harus menjawab apa
“Ayo bu, saya periksa dulu” Ajak dokter
Lalu dokter tersebut mengUSG Mukhta, dari layar monitor tersebut terdapat tanda-tanda kehamilan dan membuat Mukhta dan momi Satria begitu bahagia.
“Bisa di lihat ya, ibu sedang mengandung dan usianya memasuki 2 bulan” Ucap Dokter kandungan membuat keduanya mengicapkan syukur
“Alhamdulillah”
“Puji Tuhan”
Dokter yang mendengar ucapan tersebut membuatnya merasa bingung, karena ucapan mereka yang berbeda tetapi ia tetap diam.
“Terima kasih dok” Ucap mami Satria
“Sama-sama bu, tolong dijaga ya bu kandungannya” Jawab Dokter kandungan tersebut
“Insyallah bu” Ucap Mukhta
Mukhta dan mami Satria Kembali ke ruang rawat Satria, uma dan yang lain langsung menanyakan kondisi Mukhta.
“Bagaimana ?, apa kata dokter ?, kamu tidak papa kan dek ?, hasil pemeriksaanya baikkan dek ?” Tanya mereka beruntun
“Satu-satu dong nanyanya, aku bingung harus yang mana dulu yang harus aku jawab” Jawab Mukhta sambil mengeucutkan bibirnya
“Ayo jawab, kami khawatir ini” Ucap Adzkia
“Hasil pemeriksaannya baik kok, kata dokter aku gini karena …. ” Jawab Mukhta sengaja menjeda ucapannya
“Karena apa ?” Tanya mereka kompak membuat Mukhta tersenyum geli
“Aku hamil” Jawab Mukhta sambil memberikan senyuman bahagia membuat aba Rasyid bersyukur bisa melihat Mukhta senyum Kembali
“Alhamdulilah” Ucap semua orang bahagia, di balik kebahagian itu Mukhta merasa sedih karena suaminya masih belum sadarkan diri
“Tpi aku merasa sedih, karena harusnya yang pertama tahu aku hamil adalah Satria” Jawab Mukhta
“Kamu harus yakin, sebentar lagi pasti Satria akan sadar” Ucap seseorang yang baru datang
“Kakak, kakak datang ke sini” Seru Mukhta
“Maaf ya, aku baru datang” Ucap kakaknya Satria
“Tidak papa kak, makasih kakak mau datang ke sini” Jawab Mukhta
“Jangan bilang begitu, di aitu masih adikku” Ucap Kakaknya Satria sambil memeluk Mukhta
“Makasih kak, ayo kakak mau masuk ke dalam aku temani. Ayo kakak ipar” Ajak Mukhta
Mereka memasuki ruang rawat Satria sebagai sorang kakak, ia merasa sedih melihat adiknya terbaring lemah di atas blankar rumah sakit.
“Cepat sembuh dek, kamu sebentar lagi akan menjadi papa. Apakah kamu tidak mau menemani istrimu itu ?” Tanya kakaknya Satria
“Iya hubby, aku sedang mengandung anak hubby cepat bangun ya kami tunggu” Ucap Mukhta sambil meneteskan air matanya
“Jangan bersedih nanti anakmu juga ikut merasakan sedih” Ucap kakaknya Satria sambil menghibur adik iparnya
“Ia kak” Jawab Mukhta
“Apakah ada sesuatu yang ingin kamu makan ?” Tanya kakaknya Satria
“Tidak ada kak, aku belum merasakan ngidam” Jawab Mukhta
“Kamu sudah makan ?” Tanya Kakaknya Satria
“Aku sedang puasa kak, nanti aku makan waktu magrib” Jawab Mukhta
“Kamu jangan dulu puasa, nanti takutnya kurang asupan gizi karena kalau kandungan masih muda harus banyak makan makanan yang tinggi protein, karbohidrat, dan vitamin” Ucap Kakaknya Satria
Mereka pun keluar dai ruangan yang Satria rawat, kakaknya Satria meminta izin kepada orang tua Mukhta agar Mukhta dapat membatalkan puasanya karena ia sangat mengkhawatirkan kandungan adik iparnya itu.
“Om tante, maaf kalau saya lancang akan kepercayaan om dan tante. Bolehkah Mukhta membatalkan puasanya ?. saya merasa khawatir melihat wajahnya begitu pucat” Izin kakaknya Satria dengan hati-hati
“Apakah kamu agak pusing, nak ?” Tanya Uma Rahma
“Sedikit uma” Jawab Mukhta sangat lemah
“Cepat kamu batalkan niat puasamu, uma takut kamu kenapa-napa nak” Ucap uma Rahma memohon
“Iya nak, batalkan saja” Lanjut maminya Satria
“Baiklah aku akan membatalkannya” Jawab Mukhta
“Ayo sama kakak, makannya di luar” Ajak kakaknya Satria
“Aku makan disini saja kakak” Jawab Mukhta
“Ayo aku juga sama mau makan dulu, barengan saja sama aku dan kakaknya kak Satria” Ajak Adzkia
“Baiklah” Jawab Mukhta mematuhinya karena ia merasa kalau semua orang itu benar
“Kalau begitu kami keluar ya, semuanya. Kalau ada apa-apa langsung hubungi saya yah” Ucap Mukhta
“Itu pasti, nak. Ayo sana kamu makan dulu” Jawab maminya Satria
Mukhta dan ke empat kakaknya (3 kakak iparnya karena hanya 1 kakaknya) pergi dari rumah sakit, meraka mencari apa yang ingin mereka makan.