Hitam tak selamanya buruk dan kotor, putih tak selamanya bersih dan suci. Hidup seorang diri membuat Letnan Rilanggana menjadi pribadi yang keras, dingin dan tidak mudah di taklukkan. Banyak yang tidak paham atau mengerti akan jalan pikir serta 'caranya bekerja'.
Berawal dari pertemuan pertama yang tak terduga, dirinya bertemu dengan adik kesayangan seniornya yang membuatnya kesal. Namun menang taruhan dengan rekannya membuat takdirnya harus mendekati gadis itu kembali.
Niatnya yang hanya bermain-main akhirnya menimbulkan perkara dan harus berhadapan langsung dengan seniornya tersebut. Hingga waktu berganti, kisah masa lalu di antara mereka membuat prahara.
KONFLIK, silakan SKIP bagi yang tidak tahan KONFLIK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NaraY, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Gonjang-ganjing perasaan.
Nikmati dulu alurnya.. Dilarang tebak spoiler dan percaya dengan authornya..!!
🌹🌹🌹
"Siap.. sudah, Bang." Jawab Bang Yusril saat Danyon memintanya datang ke ruangan kantornya.
"Bagaimana analisamu di 'lapangan'?"
"Seperti dugaan Abang, Rilo memang ada hati dengan Lira, sedangkan Bayu hanya merasa bersalah karena mantan kekasihnya merebut Sertu Priyadi dari Lira." Jawab Bang Yusril.
Tak lama Mbak Niken masuk ke dalam ruangan dengan perut besarnya. Bang Ribas pun berdiri dan mengarahkan sang istri agar duduk di kursinya tapi Mbak Niken memilih duduk di sofa sambil mengatur nafas.
Melihat istrinya duduk di sofa, Bang Ribas dan Bang Yusril segera menyusul.
"Ada kabar apa dari Anriya??" Tanya Bang Ribas sambil membukakan sebotol air mineral dari dalam lemari es.
"Menurut Mas???? Adiknya Mas itu naksir sama Om Rilo. Ayolah Mas..!! Jangan keras hati begitu..!!" Bujuk Mbak Niken.
"Lebih baik Lira menikah dengan Bayu saja. Kamu tidak paham, dek. Watak Rilo itu kaku, dia kasar, matanya jelalatan, pemarah.. apalagi kamu lihat sendiri sifat cemburuan nya kemarin. Saya nggak akan pertaruhkan kebahagiaan adik saya di tangan laki-laki seperti itu. Bisa-bisa Lira menangis setiap hari." Jawab Bang Ribas.
"Inilah yang namanya maling teriak maling. Bisa ya Mas bicara begitu padahal yang Mas bicarakan itu adalah sifat dan watak Mas sendiri." Omel Mbak Niken.
"Mana ada. Kapan Mas tidak memikirkan kamu, dek??" Bang Ribas terdiam sejenak seakan kehabisan kata namun juga tidak merasa memiliki sifat demikian.
"Mas mulai hilang ingatan???"
Bang Yusril hanya bisa menunduk menahan tawa, Danyon gagah itu sungguh tidak bisa berdebat dengan istri tercinta.
"Oke.. Saya putuskan tidak ada ikatan apapun bahkan pertunangan. Rilo dan Bayu hanya boleh berteman hingga nanti memang Tuhan benar menunjukan jalan untuk mereka bertiga." Kata Bang Ribas.
...
Bang Rilo dan Bang Bayu menghela nafas namun agaknya keputusan Bang Ribas menjadi yang terbaik apalagi Lira pun masih sangat muda juga masa perkuliahan belum juga usai.
"Cepat sembuh, Ting. Aku dan kamu tidak ada yang memiliki Lira. Kita saling menjaganya saja hingga mungkin nanti aku, kamu atau siapapun itu.. menjadi penjaga Lira yang sesungguhnya." Ujar Bang Bayu.
"Iya, Bay." Jawab Bang Rilo.
"Gitu donk, kita ini saudara. Nggak enak ribut karena perempuan." Imbuh Bang Yusril.
\=\=\=
"Om Bayu, nanti bisa temani Lira cari buku??" Tanya Lira.
"Waduuuhh.. saya nggak bisa. Tumben mudi Abangmu nggak standby. Saya ada tugas di luar kota. Eehh.. Rilo ada di tempat, lagi dinas dalam.. hubungi saja dia." Saran Bang Bayu.
"Batalyon dan Markas sedang banyak kegiatan, Om. Wajarlah mudi dan ajudan tidak ada di tempat. Semua sibuk sama Bang Ribas dan Mbak Niken. Okeeyy lah Om. Lira hubungi Om Rilo dulu..!!"
~
"Waalaikumsalam. Kenapa, dek??" Jawab Bang Rilo saat melihat panggilan telepon dari Lira.
"Om Rilo.. apa bisa nanti temani Lira cari buku??" Tanya Lira di seberang sana.
Bang Rilo melihat jam tangannya, ia pun menatap langit yang mulai bersemu mendung.
"Kamu masih di kampus? Setelah lepas dinas, sore saya jemput..!!"
"Iya, Om. Lira tunggu di kampus."
Bang Rilo terdiam sejenak, ia mengurut pangkal hidungnya. Memejamkan mata mengurai rasa gelisah.
'Aku tidak mungkin seperti ini terus. Bahaya juga untuk Lira.'
Sesaat kemudian matanya terbuka. Ia pun menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Bang Rilo menguatkan hati, memberanikan diri mengambil langkah dan tegas menentukan keputusan.
'Maaf, dek..!! Semoga kamu tidak marah.'
...
Jika biasanya Bang Rilo dan Bang Bayu lebih banyak bersama jika keluar rumah untuk bertemu Lira, tapi kali ini Bang Rilo menemui Lira sendirian saja. Tak ayal terbersit rasa canggung di antara keduanya.
Dua kali berdua saja dengan Bang Bayu tidak pernah menimbulkan kecanggungan seperti saat ini, saat bersama dengan Bang Rilo.
Sepanjang perjalanan, Lira dan Bang Rilo lebih banyak diam membisu seperti kehilangan kata. Lira lebih sibuk dengan kaca di mobilnya dan membenahi riasan wajah sedangkan Bang Rilo konsentrasi menatap jalanan.
"Tumben Om Rilo nggak dapat tugas di luar. Biasanya lebih banyak kerja di luar." Kata Lira membuka kecanggungan di antara mereka.
"Abangmu lagi baik." Itu saja jawaban yang akhirnya membingungkan untuk menyambung arah pembicaraan.
Tak berapa lama, Bang Rilo menepikan mobilnya pada sebuah jalanan yang lumayan sepi, jalanan yang menuju sekitar daerah perkampungan di sisi kota sore itu.
"Ada apa, Om?? Mobilnya bermasalah??"
"Maaf, saya melanggar aturan dan perintah Abangmu. Dua bulan ini saya sudah berusaha menekan dan menahan perasaan saya, tapi nyatanya saya tidak kuat.. batin saya begitu tersiksa. Saya ingin melamarmu sekali lagi..!!"
Lira terdiam, jantungnya berdetak kencang cemas dalam ketakutan. Apalagi matahari sudah terbenam.
"Bang Ribas pasti marah besar." Jawab Lira.
Bang Rilo mengarahkan wajah Lira agar menatapnya. Sungguh Lira begitu gugup saat bibir itu mengecup bibirnya.
"Jangan Om, Lira takut."
"Om Rilo nggak akan lari dari tanggung jawab..!!" Janji Bang Rilo.
.
.
.
.
apa Lira dan Sitha ga bisa lepas dr Priyadi??
semoga menjadi Keluarga yg samawa yah Bang Rilo dan Bang Bayu😇
bikin penasaran...
lagi rame ini,
ayo lanjuuut kak 💪💪💪♥️♥️♥️