Elowen, seorang wanita muda dari keluarga miskin, bekerja sebagai asisten pribadi untuk seorang model internasional terkenal. Hidupnya yang sederhana berubah drastis saat ia menarik perhatian dua pria misterius, Lucian dan Loreon. Keduanya adalah alpha dari dua kawanan serigala yang berkuasa, dan mereka langsung terobsesi dengan Elowen setelah pertama kali melihatnya. Namun, Elowen tidak tahu siapa mereka sebenarnya dan menolak perhatian mereka, merasa cemas dengan intensitasnya. Lucian dan Loreon tidak menerima penolakan begitu saja. Persaingan sengit antara keduanya dimulai, masing-masing bertekad untuk memenangkan hati Elowen. Saat Elowen mencoba menjaga jarak, ia menemukan dirinya terseret ke dalam dunia yang jauh lebih berbahaya daripada yang pernah ia bayangkan, dunia yang hanya dikenal oleh mereka yang terlahir dengan takdir tertentu. Di tengah kebingungannya, Elowen bertemu dengan seorang nenek tua yang memperingatkannya, “Kehidupanmu baru saja dimulai, nak. Pergilah dari sini secepatnya, nyawamu dalam bahaya.” Perkataan itu menggema di benaknya saat ia dibawa oleh kedua pria tersebut ke dunia mereka, sebuah alam yang penuh misteri, di mana rahasia tentang jati dirinya perlahan mulai terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon adelita, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Two Alpha's And Mate
Valerie, yang berdiri di samping Elowen, tampak biasa saja. Walaupun ia tahu situasi ini sangat dramatis, terutama bagi Elowen, ia hanya diam dan menunggu. Sepertinya Valerie sudah terbiasa dengan tingkah laku keduanya yang penuh ketegangan ini. Namun, ia juga tidak bisa menutupi senyum kecil yang tersungging di bibirnya saat melihat Elowen yang tampak begitu emosi, sementara Loreon tidak sedikit pun terganggu.
"Kenapa kau tidak bicara? Aku tahu kau marah, Elowen," ujar Valerie, mencoba mencairkan suasana meskipun ia tahu itu takkan mudah.
Elowen hanya bisa menatap Valerie dengan penuh kebencian, seolah ia bisa membakar semuanya dengan tatapannya. "Kau tahu kenapa aku marah, Valerie."
Loreon, yang mendengar itu, hanya menyeringai sedikit. "Kalian berdua terlalu dramatis," katanya santai, matanya tetap fokus pada kasir yang menghitung total harga. "Kau bisa sedikit lebih tenang, Elowen. Tidak perlu meledak seperti itu. Aku tidak melakukan apa-apa yang buruk, bukan?"
Elowen ingin berteriak, ingin melepaskan semua kemarahan yang tersimpan, tetapi ia tahu ini bukan tempat yang tepat. Ia hanya bisa mengatupkan gigi, merasakan tubuhnya kaku karena menahan amarah yang semakin besar.
Valerie yang sudah selesai memilih gaunnya, melirik Elowen dengan senyum kecil. "Kau terlihat seperti mau meledak, Elowen," katanya dengan nada yang agak santai, namun sedikit mengejek.
Elowen mendengus, mencoba menahan diri. "Tentu saja, siapa yang bisa tenang kalau diperlakukan seperti itu?" jawabnya tajam, matanya tidak lepas dari Loreon yang masih menyendiri di kasir.
Valerie mengangkat alis, sedikit terkejut dengan nada Elowen. "Maksudmu... dia yang membuatmu marah, ya?" tanyanya, berusaha mengerti.
"Dia!" Elowen hampir berteriak, tapi segera menahan suaranya agar tidak menarik perhatian orang lain di sekitar mereka. "Sukanya seenaknya mengatur hidupku, ngelarang ini, ngelarang itu. Dan sekarang, dia malah bayar semua belanjaan kita, seolah dia bisa beli hidupku juga! Apa dia pikir aku butuh dia untuk semuanya?" Elowen menggertakkan giginya, masih memandang Loreon dengan kesal.
Valerie tertawa pelan, melihat Elowen yang begitu terbawa emosi. "Elowen, kau memang selalu dramatis. Tapi aku paham kok, kamu emang nggak suka diatur. Tapi..." Valerie memandang Loreon sejenak, "tapi kamu tahu kan, dia melakukannya karena dia care sama kamu."
Elowen mendengus kesal, "Care? Kalau dia care, kenapa dia nggak bisa sedikit lebih santai? Aku bukan anak kecil yang butuh dilindungi terus-menerus."
"Ah, itu dia," Valerie berkata sambil tersenyum licik, "dia memang tipe yang nggak bisa tenang lihat kamu jadi pusat perhatian. Kalau kamu pakai gaun terbuka, semua mata pasti akan ke kamu, kan?"
Elowen memutar bola matanya, "Iya, aku tahu itu. Tapi bukan berarti dia harus mengatur apa yang aku pakai! Aku tahu diri. Tapi dia..." Elowen menatap Loreon lagi, "dia itu... ngatur hidupku kayak dia pemiliknya."
Valerie menghela napas, menatap Loreon yang kini tampak tenang meskipun situasi sudah tegang. "Kamu tahu, Elowen... kadang, aku merasa Loreon itu terlalu protektif sama kamu. Tapi, di sisi lain, dia nggak bisa lihat kamu didekati oleh orang lain. Bahkan kalau kamu pakai gaun seksi sekalipun."
Elowen mengerutkan kening. "Jadi, menurutmu dia punya hak untuk mengatur aku karena dia nggak suka aku didekati lelaki lain?" tanyanya dengan suara sedikit meninggi, menahan amarah.
"Yup, aku rasa gitu," Valerie menjawab sambil tersenyum nakal, "tapi jangan salah, Elowen. Dia itu punya alasan tersendiri, meskipun caranya agak kasar. Kamu nggak bakal bisa lepas dari pengaruh dia, karena dia... mungkin lebih dari sekedar pelindungmu."
Elowen menatap Valerie dengan ekspresi bingung, tapi juga penuh emosi. "Apa maksudmu?"
Valerie hanya terkekeh, "Aku nggak tahu, Elowen. Tapi aku yakin, kamu lebih tahu jawabannya."
Sambil berkata begitu, Valerie menyentuh pundak Elowen. "Ayo deh, kita pergi. Biar dia selesai bayar, dan nanti kita bicara lagi. Sekarang, kau harus lebih santai."
Elowen hanya bisa mendengus, menatap Loreon yang masih asyik dengan tas belanjaan mereka.
...➰➰➰➰...
Hotel yang menjadi lokasi acara reuni ini adalah The Grand Veloria, sebuah hotel mewah yang terletak di pusat kota. Dengan desain arsitektur yang memadukan gaya modern dan klasik, hotel ini dikenal sebagai salah satu yang paling prestisius di daerah tersebut.
Fasade luar hotel tampak megah dengan dinding kaca besar yang memantulkan cahaya matahari, dihiasi dengan pilar-pilar tinggi yang memberi kesan elegan dan kokoh. Pintu masuk utama terbuat dari kayu ukir yang indah, sementara di kedua sisi pintu terdapat dua patung berlapis emas yang menambah kemewahan hotel ini.
Begitu memasuki lobi, tamu disambut dengan kesan pertama yang luar biasa. Lobi yang luas dihiasi dengan lantai marmer berwarna krem yang mengkilap, sementara langit-langitnya dihiasi dengan lampu kristal besar yang menggantung, memantulkan cahaya dengan gemerlap. Dinding lobi dihiasi dengan karya seni modern, sementara deretan kursi kulit empuk mengelilingi meja-meja kecil, memberikan tempat bagi para tamu untuk bersantai atau berbincang.
Hotel ini memiliki beberapa ballroom besar, namun Grand Ballroom yang digunakan untuk acara reuni adalah yang terbesar dan paling megah. Aula ini memiliki desain langit-langit tinggi dengan ornamen berlapis emas dan lampu kristal besar yang menciptakan atmosfer mewah. Dinding-dinding aula dihiasi dengan panel kayu gelap yang dihias dengan motif elegan, serta lukisan-lukisan klasik yang dipajang dengan sempurna.
Sebuah panggung kecil dengan layar besar untuk presentasi dan pidato terletak di salah satu sisi ballroom, sementara meja-meja berhiaskan taplak putih dan bunga segar diletakkan di sekeliling ruang. Di sudut-sudut ruangan, ada beberapa meja bar yang menyajikan minuman dan hidangan pembuka untuk para tamu.
Selain itu, hotel ini juga memiliki area luar ruangan yang terbuka, dengan taman yang indah dan kolam air mancur yang menambah ketenangan suasana. Pada malam hari, kolam tersebut dipenuhi dengan cahaya lampu kecil yang memantulkan keindahan sekitar, menciptakan pemandangan yang menawan bagi mereka yang ingin menikmati udara malam.
Acara reuni kampus yang diselenggarakan di hotel aula yang megah ini menampilkan nuansa yang elegan dan mewah. Aula yang luas dihiasi dengan lampu kristal yang berkilauan, menciptakan cahaya lembut yang memancarkan kesan glamor. Langit-langit aula dihiasi dengan ornamen bergaya klasik, dengan pola floral yang rumit, sementara dindingnya dihiasi dengan lukisan-lukisan karya seni modern yang menyatu dengan desain ruangan.
Lantai aula terbuat dari marmer berwarna putih, bersih dan mengkilap, menciptakan kesan mewah pada setiap langkah orang yang masuk. Meja-meja panjang dipenuhi dengan hidangan lezat yang menggugah selera, dengan taplak meja berwarna biru tua yang senada dengan dekorasi. Setiap meja dihiasi dengan vas bunga segar berwarna-warni yang memberikan kesan hidup pada ruangan yang besar ini.
Di bagian tengah, panggung kecil dengan kursi-kursi menghadap ke arah podium telah disiapkan untuk acara utama, sementara beberapa tamu duduk sambil menikmati minuman di sekitar meja bar yang terletak di sudut ruangan.
Suara musik jazz lembut mengalun, memberikan suasana santai namun tetap berkelas. Orang-orang yang hadir mengenakan pakaian formal yang anggun dan elegan. Para pria mengenakan jas hitam atau biru gelap dengan dasi yang rapi, beberapa bahkan memakai dasi kupu-kupu. Beberapa di antaranya memilih pakaian dengan potongan yang lebih modern dan kasual, namun tetap menjaga kesan formal. Wanita-wanita tampil menawan dalam gaun-gaun panjang berwarna pastel atau hitam, sebagian besar dengan potongan elegan yang memamerkan keanggunan mereka, dan tak sedikit yang mengenakan gaun terbuka dengan bagian punggung yang tertata rapi, seperti yang biasa dikenakan dalam acara resmi.
Suasana malam itu terasa hangat, meski dengan semilir angin yang menambah kenyamanan bagi mereka yang berdiri di luar sambil berbincang. Setiap sudut aula dipenuhi dengan percakapan seru dan tawa, namun ada juga yang lebih memilih menikmati sepi dengan segelas minuman di tangan, menikmati momen reuni yang langka.
Ketika Elowen masuk ke dalam ruangan itu, dia disambut dengan tatapan tak terhindarkan, mata lelaki terarah pada dirinya, menyoroti gaunnya yang menggoda dan memukau. Gaun yang pas di tubuhnya, dengan bagian belakang terbuka, membuatnya tampil seperti bintang yang baru saja datang dari dunia lain. Sementara itu, Loreon, yang ada di belakangnya, memperhatikan dengan tatapan tajam, menyadari banyaknya mata yang tertuju pada Elowen. Keinginannya untuk melindungi wanita itu semakin membara, namun dia tahu, acara ini bukan tempat untuk menunjukkan posesifitasnya secara terang-terangan.
oh iya mampir juga yuk dikarya baruku, judulnya ISTRI PENGGANTI TUAN ARSEN😁🙏