NovelToon NovelToon
The Dark Prince

The Dark Prince

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:747
Nilai: 5
Nama Author: PASTI SUKSES

Di negeri Eldoria yang terpecah antara cahaya Solaria dan kegelapan Umbrahlis, Pangeran Kael Nocturne, pewaris takhta kegelapan, hidup dalam isolasi dan kewaspadaan terhadap dunia luar. Namun, hidupnya berubah ketika ia menyelamatkan Arlina Solstice, gadis ceria dari Solaria yang tersesat di wilayahnya saat mencari kakaknya yang hilang.

Saat keduanya dipaksa bekerja sama untuk mengungkap rencana licik Lady Seraphine, penyihir yang mengancam kedamaian kedua negeri, Kael dan Arlina menemukan hubungan yang tumbuh di antara mereka, melampaui perbedaan dan ketakutan. Tetapi, cinta mereka diuji oleh ancaman kekuatan gelap.

Demi melindungi Arlina dan membangun perdamaian, Kael harus menghadapi sisi kelam dirinya sendiri, sementara Arlina berjuang untuk menjadi cahaya yang menyinari kehidupan sang pangeran kegelapan. Di tengah konflik, apakah cinta mereka cukup kuat untuk menyatukan dua dunia yang berlawanan?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon PASTI SUKSES, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Lorong-Lorong Gelap Noctis Hall

Langit malam di Umbrahlis semakin pekat, seakan menghalangi setiap cahaya yang ingin masuk. Arlina duduk di tepi tempat tidur, tatapannya terpaku pada pintu besar yang menjadi satu-satunya jalan keluar dari kamarnya.

"Haruskah aku mencobanya?" gumamnya pada diri sendiri.

Pikirannya penuh dengan rasa frustrasi. Ia tidak tahan menjadi tawanan, bahkan jika kamarnya lebih nyaman daripada rumahnya sendiri di Solaria. Dengan tekad bulat, ia berdiri, mengenakan jubah sederhana yang diberikan pelayan tadi pagi.

“Tidak ada salahnya mencoba,” bisiknya sambil membuka pintu perlahan.

Lorong di luar kamar gelap dan sunyi, hanya diterangi oleh lilin-lilin biru yang menyala redup. Arlina melangkah perlahan, memastikan kakinya tidak menimbulkan suara.

“Baiklah, ke mana sekarang?” gumamnya, mencoba mengingat arah yang diambil pelayan saat membawanya ke sini.

Namun, setelah beberapa belokan, ia sadar dirinya tersesat. Lorong-lorong itu terlihat sama, dengan dinding batu hitam yang dingin dan tidak ada tanda apa pun untuk membedakan arah.

“Astaga, kenapa istana ini seperti labirin?” Arlina mendesah frustrasi, menghentikan langkahnya di depan sebuah persimpangan.

Saat ia ragu-ragu, suara langkah kaki terdengar mendekat dari belakang. Panik, Arlina cepat-cepat masuk ke salah satu lorong gelap, menahan napas.

“Siapa di sana?” suara berat seorang pria bergema.

Arlina mengepalkan tangan, berusaha tetap tenang. Tapi suara langkah itu semakin dekat, dan bayangan seseorang mulai terlihat di ujung lorong.

“Kalau kau pikir bisa kabur dari Noctis Hall tanpa tertangkap, kau sangat naif.”

Arlina mengenali suara itu. Ia menoleh dan melihat seorang pria tinggi dengan mata tajam berdiri di depannya. Ia mengenakan zirah hitam berukir simbol Umbrahlis.

“Eryx…” gumam Arlina, mengingatnya sebagai pengawal pribadi Kael.

Eryx menyilangkan tangan di dadanya, menatapnya dengan ekspresi campuran antara penasaran dan kesal. “Apa yang kau lakukan di sini, Nona Solstice?”

“Aku… hanya berjalan-jalan,” jawab Arlina gugup.

Eryx tertawa kecil, tetapi nadanya sarkastik. “Berjalan-jalan di tengah malam? Di lorong paling terpencil istana? Itu jawaban terbaikmu?”

Arlina mengerutkan kening. “Baiklah, aku mencoba kabur. Tapi itu bukan urusanmu.”

Eryx melangkah mendekat, membuat Arlina mundur hingga punggungnya menempel ke dinding. “Kau tahu tindakanmu ini sangat berbahaya?”

“Berbahaya? Untuk siapa? Aku hanya ingin kembali ke rumahku!”

Eryx mendesah panjang, seolah berbicara dengan anak kecil. “Kalau kau berhasil keluar dari sini dan tertangkap oleh penjaga perbatasan, mereka mungkin menganggapmu mata-mata Solaria. Itu bisa memicu perang. Apa kau ingin itu terjadi?”

Arlina terdiam, merasa dadanya sesak. “Aku… aku hanya tidak tahan terkurung di sini.”

“Kalau begitu, kau harus bicara dengan Yang Mulia Kael, bukan bertindak gegabah seperti ini,” ujar Eryx dengan nada tegas.

Arlina mengalihkan pandangannya, merasa malu. “Aku tidak percaya dia akan mendengarkanku.”

“Percayalah, dia akan lebih mendengarkan daripada penjaga perbatasan yang tidak mengenalmu,” balas Eryx.

Ia meraih lengan Arlina dengan lembut tetapi tegas. “Ayo, aku akan membawamu kembali ke kamarmu.”

Arlina mencoba melepaskan diri. “Aku bisa kembali sendiri!”

Eryx mendekatkan wajahnya, membuat Arlina mundur lagi. “Dengar, Nona. Aku sedang membantumu. Jangan membuatku menyesal melakukannya.”

Arlina mendengus tetapi berhenti melawan. “Baiklah. Tapi aku tidak akan berterima kasih padamu.”

“Tidak masalah. Aku juga tidak mengharapkannya.”

---

Eryx memimpin Arlina kembali melalui lorong-lorong gelap, langkahnya mantap seperti seseorang yang sudah hafal setiap sudut istana.

“Kau tahu,” kata Arlina tiba-tiba, mencoba memecah keheningan, “kenapa Kael begitu curiga padaku? Aku bahkan tidak membawa apa pun yang bisa membahayakan Umbrahlis.”

Eryx meliriknya sekilas tetapi tidak menjawab.

“Apa dia selalu seperti itu? Selalu berpikir setiap orang dari Solaria adalah ancaman?” Arlina melanjutkan.

Eryx akhirnya menjawab dengan nada datar. “Kael punya alasan. Kau tidak tahu seberapa banyak yang telah dia korbankan untuk menjaga kedamaian di Umbrahlis.”

“Lalu apa salahku? Aku tidak pernah melakukan apa pun padanya!”

“Bukan kau, tapi negerimu,” balas Eryx tajam. “Solaria dan Umbrahlis memiliki sejarah panjang yang tidak bisa dijelaskan hanya dalam satu malam.”

Arlina terdiam, merasa argumen apa pun yang ia miliki tidak akan berguna.

“Kalau begitu,” gumamnya, “apa aku tidak akan pernah bisa mendapatkan kepercayaan kalian?”

Eryx berhenti tiba-tiba, membuat Arlina hampir menabraknya. Ia berbalik dan menatapnya serius. “Kepercayaan bisa didapat, tapi butuh waktu. Dan tindakan seperti mencoba kabur ini tidak membantu.”

Arlina menggigit bibirnya, merasa dirinya seperti anak kecil yang dimarahi. “Aku mengerti. Aku akan berhenti mencoba.”

“Bagus,” balas Eryx sambil melanjutkan langkahnya.

Ketika mereka akhirnya sampai di kamar Arlina, Eryx membuka pintu dan mengisyaratkan agar ia masuk.

“Jangan mencoba hal bodoh lagi, Nona,” katanya tegas.

“Aku tidak janji,” balas Arlina dengan nada memberontak.

Eryx hanya menggeleng pelan. “Istirahatlah. Kau butuh itu lebih dari apa pun sekarang.”

Sebelum Arlina bisa menjawab, ia sudah pergi, meninggalkan gadis itu sendirian di kamarnya.

---

Ketika Eryx kembali ke aula utama, ia mendapati Kael berdiri di depan jendela besar, memandang keluar ke arah hutan Abyssal.

“Dia mencoba kabur,” lapor Eryx tanpa basa-basi.

Kael menoleh, wajahnya tetap dingin. “Aku sudah menduga.”

“Aku membawanya kembali ke kamarnya. Tidak ada yang terluka, dan dia berjanji tidak akan mencoba lagi.”

Kael mengangkat alis. “Kau percaya pada janjinya?”

Eryx tersenyum tipis. “Tidak sepenuhnya. Tapi aku juga tidak berpikir dia cukup bodoh untuk mencoba lagi setelah tahu konsekuensinya.”

Kael menghela napas panjang. “Aku akan bicara dengannya besok. Jika dia benar-benar tidak bersalah, aku tidak ingin dia merasa seperti tahanan selamanya.”

“Itu keputusan yang bijak, Yang Mulia,” kata Eryx, membungkuk sedikit sebelum pergi.

Kael kembali menatap keluar jendela, pikirannya dipenuhi oleh sosok gadis Solaria yang berani tetapi ceroboh itu.

“Arlina Solstice,” bisiknya pelan. “Apa yang sebenarnya kau sembunyikan?”

*****

Setelah Eryx pergi, Arlina duduk di tepi tempat tidurnya, mengutuki nasib buruknya.

“Kenapa aku harus bertemu dengan pria berzirah itu? Kalau bukan dia, mungkin aku sudah jauh dari sini!” gumamnya kesal.

Namun, saat ia melihat ke luar jendela, rasa frustrasi berganti dengan keingintahuan. Umbrahlis terlihat sangat berbeda dari Solaria. Langit malamnya hampir selalu gelap, tetapi dihiasi dengan cahaya biru yang berasal dari kristal-kristal besar di kejauhan.

“Tempat ini… indah, tapi juga menyeramkan,” bisiknya.

Ketukan di pintu mengejutkannya. “Siapa di sana?” tanyanya dengan nada waspada.

“Ini aku,” jawab suara tegas Eryx dari luar.

Arlina mengerutkan kening. “Untuk apa kau kembali? Aku sudah di kamar!”

“Aku ingin memastikan kau tidak mencoba hal bodoh lagi.”

Pintu terbuka, dan Eryx masuk tanpa menunggu izin. Ia membawa nampan berisi secangkir teh dan beberapa kue kecil.

“Aku bukan tahananmu,” protes Arlina sambil menyilangkan tangan.

“Benar, tapi kau juga bukan tamu kehormatan,” balas Eryx sambil meletakkan nampan di meja. “Minumlah ini. Teh Umbrahlis dikenal bisa membantu menenangkan pikiran.”

Arlina menatapnya dengan tatapan curiga. “Apa ini cara lain untuk mengawasiku?”

Eryx mendesah panjang, duduk di kursi di dekat jendela. “Aku hanya menjalankan tugasku, Nona. Kau bisa minum atau tidak, terserah.”

Arlina mendekati meja, mengambil cangkir teh itu, dan mencium aromanya. “Hm, baunya tidak seperti racun.”

“Kalau aku ingin meracunimu, kau sudah mati sejak tadi,” jawab Eryx datar, membuat Arlina hampir tersedak.

“Kau tidak perlu mengatakan itu dengan santai!” serunya marah.

Eryx tersenyum tipis, seolah menikmati reaksinya. “Kau terlalu paranoid. Tidak semua orang di Umbrahlis ingin menyakitimu.”

Arlina meminum teh itu sedikit, dan matanya melebar. “Ini… enak.”

“Sudah kubilang,” balas Eryx sambil menyilangkan kakinya. “Jadi, apa rencanamu selanjutnya?”

Arlina memiringkan kepalanya. “Rencana? Apa maksudmu?”

“Kau tidak terlihat seperti orang yang menyerah begitu saja. Apa kau akan mencoba kabur lagi?”

Arlina tersenyum kecil. “Mungkin. Tapi kali ini aku akan memastikan tidak ada pengawal menjengkelkan yang menangkapku.”

Eryx tertawa pendek. “Kalau begitu, aku akan menunggumu di lorong berikutnya.”

Arlina mendengus, tetapi ada sedikit senyum di wajahnya. “Kau ini selalu serius atau bagaimana? Tidak pernah santai sedikit pun?”

“Pekerjaanku tidak memungkinkan untuk bersantai,” jawab Eryx. “Tapi kau, Nona, harus berhenti membuat masalah. Kau sudah cukup menarik perhatian Kael, dan itu belum tentu hal baik.”

“Kenapa? Apa dia sangat berbahaya?” tanya Arlina, setengah bercanda.

Eryx menatapnya tajam. “Kael bukan orang yang bisa dianggap remeh. Tapi dia juga bukan monster. Jika kau jujur, mungkin kau bisa memenangkan kepercayaannya.”

Arlina menghela napas panjang. “Aku tidak tahu bagaimana caranya. Dia bahkan tidak memberiku kesempatan untuk berbicara.”

“Beri dia waktu,” ujar Eryx sambil berdiri. “Dan sementara itu, jangan lakukan hal-hal bodoh lagi. Kalau kau butuh sesuatu, panggil aku.”

Arlina memandangnya dengan tatapan bingung. “Kenapa kau begitu peduli padaku? Bukankah aku hanya seorang gadis asing yang tersesat di tempat ini?”

Eryx berhenti sejenak, menatapnya dengan serius. “Karena aku tahu seperti apa rasanya kehilangan tempatmu di dunia ini. Aku tidak ingin kau membuat kesalahan yang akan kau sesali.”

Sebelum Arlina bisa menjawab, Eryx membungkuk hormat dan pergi, meninggalkan gadis itu termenung di kamarnya.

---

Di tempat lain, Kael berdiri di ruangannya, memandangi peta besar di dinding. Velric berdiri di sampingnya, membawa laporan tentang situasi Solaria.

“Apa kau yakin dia tidak berbahaya?” tanya Velric hati-hati.

Kael mengangguk perlahan. “Aku tidak yakin. Tapi aku tahu satu hal, dia terlalu ceroboh untuk menjadi mata-mata.”

“Namun, keberadaannya di sini tetap menjadi risiko,” kata Velric. “Solaria bisa memanfaatkan ini untuk menuduh kita menahan salah satu warga mereka.”

Kael tersenyum tipis. “Jika mereka ingin menggunakan itu sebagai alasan perang, biarkan mereka mencoba. Umbrahlis tidak akan gentar.”

Velric mengangguk, meskipun masih terlihat cemas. “Bagaimana dengan gadis itu? Apa rencanamu?”

Kael memandang keluar jendela, ke arah kamar Arlina. “Aku akan berbicara dengannya besok. Jika dia benar-benar tidak bersalah, aku akan memutuskan apa yang harus kulakukan.”

Velric mengangkat alis. “Kau mulai melunak, Yang Mulia.”

Kael tertawa pelan. “Jangan salah paham. Aku hanya ingin memastikan semua ancaman diidentifikasi dengan jelas.”

“Tentu saja,” balas Velric, meskipun nada skeptisnya terdengar jelas.

Kael mengabaikannya, pikirannya kembali pada gadis berani dari Solaria yang kini berada di bawah pengawasannya.

“Arlina Solstice,” gumamnya pelan. “Apa rahasia yang kau sembunyikan dariku?”

1
Aini Nurcynkdzaclluew
Jangan nggak baca, sayang banget
amoakakashisensei
Ngga nyangka, seru banget!
gadGoy13
Ngagetin deh! 😱
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!