Zia harus menelan pahit, saat mendengar pembicaraan suami dan juga mertua nya, Zia tak percaya, suami dan mertua nya yang selalu bersikap baik padanya, ternyata hanya memanfaatkannya saja.
Zia tidak bisa diam saja, saat tahu sikap mereka yang sebenarnya.
"Awas kalian, ternyata kalian selama ini hanya ingin memanfaatkan aku!" gumam Zia, mencekal tangannya.
Instagram:Coretanluka65
FB:Pena Tulip
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lukacoretan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Melamar
"Alisa adalah hasil kesalahan kami," kata Dinda.
"Kesalahan, maksudnya?" tanya Roy.
"Aku dengan Yanto berpacaran selama satu tahun, tapi keluarga Yanto tidak merestui kami, seperti yang kamu tahu," jawab Dinda.
"Salahnya, aku melakukan hal bodoh, aku memberikan kehormatanku, sebelum kami menikah, karena kata Yanto, kalo aku hamil, ibunya akan merestui kita, tapi kenyataannya. Setelah aku hamil, keluarga dia semakin membenci aku, dan aku menikah siri dengan Yanto," lanjut Dinda.
Roy benar-benar terkejut dengan ucapan Dinda.
"Aku memang bodoh, tapi aku sangat menyesalinya, dan tidak ada guna juga, aku terus-terusan terpuruk karena menyesali kejadian yang lalu," ucap Dinda.
"Karena setelah kejadian itu, aku memiliki putri kecil, yang membuat aku semangat untuk hidup kembali," lanjut Dinda.
"Dasar laki-laki gak guna, tidak bisa memutuskan hidupnya," gerutu Roy, ia kesal, sebagai lelaki, seharunya tanggung jawab.
"Kamu tidak ilfil dengan aku? Setelah tahu bagaimana masalalu aku?" tanya Dinda.
"Itu kehidupan masalalu kamu, sebelum bertemu denganku, dan aku juga memiliki masalalu, bahkan semua orang, mungkin. Memiliki masalalu yang buruk, tapi kita sebagai manusia, tidak berhak mencela seseorang karena masalalunya," jawab Roy, dengan bijaknya.
Dinda tersenyum, karena baru kali ini bertemu dengan orang yang tidak mencela masalalunya.
"Tau gak sih, setiap ada laki-laki yang deketin aku, terus kita cocok, pasti ujungnya mereka menyuruh aku melepaskan tanggungjawab aku sebagai ibu, katanya Alisa anak pembawa sial," kata Dinda.
"Anak selucu itu, dikatakan anak pembawa sial, memang rada aneh otaknya," ujar Roy, tidak habis pikir.
"Terima kasih, sudah peduli dengan Alisa, disaat orang lain menjauhi Alisa, bahkan menghina, kamu datang menyelamatkannya," ucap Dinda.
"Makanya kita harus buat Alisa bahagia, dengan cara mengabulkan permintaannya," ujar Roy.
"Soal tinggal satu rumah?" tanya Dinda.
"Iya, Alisa sangat menginginkan semua itu, bagaimana?" ucap Roy.
"Gini aja, aku bisa jadi pembantu dirumah kamu, jadi kita bisa tinggal dalam satu rumah," jawab Dinda.
"Aku tidak mau seperti itu, karena itu bukan keinginan Alisa," ucap Roy.
"Tidak mungkin bagi kita untuk menikah, mengingat kita baru kenal," jawab Dinda.
"Kita bisa saling mengenal, setelah menikah," ujar Roy.
"Apa harus secepat itu?" tanya Dinda.
"Demi kebaikan Alisa," jawab Roy.
"Lalu bagaimana dengan keluargamu, apa mereka akan setuju, dan yang paling penting, apa mereka akan menerima Alisa?" ucap Dinda, karena yang ia pikirkan adalah anaknya, kalo ia menikah.
"Mereka akan setuju," jawab Roy.
"Kenapa seyakin itu?" tanya Dinda.
"Karena mereka sudah tahu, aku sedang dekat dengan perempuan yang sudah memiliki anak," jawab Roy.
"Terus, respon mereka bagaimana?" tanya Dinda.
"Orangtuaku tidak pernah ikut campur dalam hubungan asmara, selagi cocok dengan kami, silahkan," jawab Roy.
"Kalo boleh jujur, aku jatuh cinta pada pandangan pertama, denganmu," kata Roy, memberanikan diri, mengatakan perasaannya.
"Alasan jatuh cinta denganku, apa?" tanya Dinda.
"Aku juga bingung, aku merasa cocok denganmu, melihat dirimu, seperti akan ada kehidupan selanjutnya," jawab Roy.
"Dan yang paling penting, aku sangat menyayangi Alisa," lanjut Roy.
Dinda tak bersuara, ia bingung harus menjawab apa.
"Aku berjanji, akan selalu menjagamu, dan juga Alisa," kata Roy.
"Meskipun waktunya cukup cepat, tapi aku mau menikah denganmu, karena Alisa," jawab Dinda.
"Padahal aku juga jatuh cinta denganmu, tapi aku harus jual mahal, masa cewek mengatakan perasaannya sih, rugi kalo laki-laki setampan ini ditolak," gumam Dinda.
"Seminggu lagi, sesuai dengan yang Alisa inginkan, kita menikah," ucap Roy.
"Tapi aku mau acara pernikahannya tidak mewah, hanya dihadiri keluarga saja," pinta Dinda.
"Aku tidak janji soal itu, mengingat aku anak pertama, dan keluargaku akan mengadakan pesta," jawab Roy.
"Aku takut, kalian akan dihina karena menikah dengan janda anak satu," ucap Dinda.
"Itu urusan mereka, urusan kita adalah membangun keluarga yang bahagia," ujar Roy.
Dinda tersenyum menatap Roy, baru kali ini Dinda bertemu dengan laki-laki seperti Roy.
"Ayo kita temui Alisa, dia sedang bersama Zia, adik-ku," kata Roy.
"Ayo," jawab Dinda.
Lalu mereka mencari posisi Zia, dan mereka bertemu di restoran..
"Zia..." panggil Roy.
"Kak, bagaimana sudah?" tanya Zia.
"Sudah, terima kasih sudah membawa Alisa menjauh dari kami tadi," ucap Roy.
"Iya kak," jawab Zia.
"Oh iya, kenalkan ini Zia Kanaya, adik bungsuku," ucap Roy, mengenalkan Zia kepada Dinda.
"Zia Kanaya.."
"Dinda..."
"Dan itu kebetulan sahabat aku, yang punya mall ini, namanya Arka," ucap Roy.
"Arka.."
"Kak, aku izin pergi sama kak Arka ya," ucap Zia, meminta izin.
"Jangan pulang malam-malam," jawab Roy.
"Baik kak," kata Zia.
Zia langsung meninggalkan Roy dengan Dinda, karena Arka mengajak dirinya jalan, katanya ada yang mau dibicarakan.
"Ada apa, kak?" tanya Zia.
"Aku mau mengatakan ini sedari lama, tapi aku baru mempunyai keberanian sekarang," kata Arka.
"Apa? Sepertinya penting sekali?" ucap Zia.
"Sebelumnya maaf, aku sudah menyembunyikan nya sedari lama, jauh sebelum kamu menikah, lebih tepatnya saat kamu masih sekolah," ucap Arka.
"Maksudnya bagaimana? Langsung keintinya aja kak, jangan sungkan, kaya sama siapa aja," ujar Zia.
"Aku suka denganmu, bahkan ini lebih dari sekedar suka," ungkap Arka.
"Suka sebagai kakak, ke adiknya, kan?" tanya Zia.
"Bukan, ini lebih dari itu," jawab Arka.
"Maksud kak Arka, apa?" tanya Zia, tak paham dengan ucapan Arka.
"Saat kamu beranjak dewasa, aku sadar, kalo rasa sayang aku ke kamu, bukan seperti kakak ke adiknya, tapi lebih dari itu," ucap Arka.
"Kak... jangan gila," ucap Zia.
"Aku memang sudah gila, gila karena kamu, selama ini aku sudah menahan agar aku tidak mengungkapkan nya, tapi aku tidak bisa terlalu lama menahan semua ini," ujar Arka.
"Aku sudah merasakan sakit, saat melihat kamu menikah dengan mantan suami kamu, tapi sekarang aku tidak mau menyesal karena tidak mengungkapkan perasaan aku yang sebenarnya sama kamu," lanjut Arka.
"Jangan bercanda kak, gak lucu tau," ucap Zia tertawa.
"Apa kamu melihat kebohongan dimata aku?" kata Arka, menatap Zia.
"Kak ini serius?" ucap Zia.
"Aku menganggap selama ini, kakak peduli denganku, karena kakak menganggap aku sebagai adik kakak," lanjut Zia.
"Apa kamu tidak sadar, selama ini, sikap yang aku lakukan kepadamu, itu lebih dari sayangnya seorang kakak, ke adiknya," jawab Arka.
Zia menggelengkan kepala, karena selama ini Zia tidak pernah berfikir, kalo Arka akan mencintainya.
"Tidak masuk akal," ucap Zia.
"Bukan tidak masuk akal, tapi kamu yang tidak bisa membuka hati kamu, untuk bisa mencintai orang lain, perasaanmu stuk di mantan suami kamu kan?" kata Arka.
"Kak..." ucap Zia terpotong.
***