Desi seorang gadis cantik yang berasal dari kampung. umurnya masih 18 tahun tetapi ia sudah memutuskan untuk merantau ke kota jakarta sendirian demi mencari pekerjaan. 18 tahun cukup muda kan? yeah... dari kecil Desi sudah dididik menjadi anak yang mandiri. di karenakan Desi lahir dikeluarga yang serba kekurangan, gadis itu hanya mampu menyelesaikan pendidikannya sampai kelas 6 SD saja. ia tidak punya cukup biaya untuk melanjutkan pendidikannya ketingkat selanjutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alin26, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
identitas diketahui
Perlahan-lahan Desi terbangun dari tidurnya. Pandangannya langsung tertuju pada seorang wanita muda yang sedang berdiri di dekat pintu.
"Siapa kamu?" tanya Desi yang segera mengubah posisi tidurnya menjadi duduk.
"Anda sudah bangun, Nona? Perkenalkan nama saya Lora. Saya ketua maid di mansion ini," timpal Lora sembari berjalan mendekati Desi.
Desi yang mendengar itu pun hanya menganggukkan kepalanya. Desi celigukan seolah sedang mencari seseorang di kamar itu.
"Nona sedang mencari Tuan Kendra?" tanya Lora.
Desi pun menganggukan kepalanya secara perlahan. "Ke mana dia?" tanyanya.
"Tuan Kendra sedang pergi, Nona. Ada urusan penting yang harus ia selesaikan. Tuan memerintahkan saya untuk menemani Nona," jelas Lora.
"Ohh ... Begitu, ya."
"Ayo bangun, Nona. Ini waktunya Nona mandi lalu sarapan di lantai bawah," ujar Lora.
"Okey ...." Desi pun segera beranjak dari atas tempat tidur.
"Ke mari. Ikut saya, Nona." Lora segera menarik tangan Desi masuk ke dalam kamar mandi.
Di dalam kamar mandi. Desi terkejut karena tiba-tiba Laras ingin melepaskan baju yang sedang dipakainya.
"Apa yang kamu lakukan?" tanya Desi sedikit menjauh dari Lora. Desi memeluk dirinya sendiri seolah berusaha untuk berlindung.
"Saya ingin memandikanmu Nona," jawab Lora yang membuat kedua mata Desi langsung melotot dengan sangat sempurna.
"Memandikan?!" pekik Desi.
"Itu tugas yang diberikan Tuan Kendra untuk saya," ucap Lora lebih jelas lagi.
"No! Tidak perlu memandikanku. Aku bisa sendiri, Lora," ujar Desi menolak mentah-mentah jika Lora ingin memandikannya. desi bukan anak kecil lagi yang harus dimandikan oleh orang lain.
"Tapi ini perintah Tuan Kendra, Nona," ucap Lora bersih keras.
"Aku sudah bilang tidak perlu. Aku sudah besar, Lora. Aku bisa mandi sendiri," ujar Desi sembari mendorong Lora secara perlahan keluar dari kamar mandi.
"Tapi—"
"Kamu tunggu saja di luar, oke? Aku mau mandi sendiri," timpal desi yang langsung menutup pintu kamar mandi.
Lora yang melihat itu hanya bisa menghembuskan nafasnya secara pasrah.
Setelah mandi dan berganti pakaian. Lora pun mengajak Desi untuk turun ke lantai bawah.
Namun, saat tiba di lantai bawah. Desi melihat Kendra yang sedang duduk di sofa ruang tamu.
"Kamu bilang Tuan sedang pergi karena ada urusan yang harus ia selesaikan?" sungut Desi berahlih menatap Lora.
Lora pun tersenyum kikuk ketika menerima pertanyaan tersebut. "Saya tidak tahu, Nona. Tadi pagi Tuan memang sedang pergi keluar karena ada urusan penting. Mungkin urusannya itu sudah selesai," timpal Lora sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Kemarilah!" Tiba-tiba Kendra menyuruh Desi untuk segera mendekat. Entah dari mana Kendra bisa tahu kalau Desi sedang berada di sana juga.
"Dia berbicara dengan siapa, Lora?" tanya Desi tidak menyadari bahwa yang dimaksud Kendra untuk segera mendekat adalah dirinya.
"Tuan memanggilmu, Nona," bisik Lora yang membuat Desi kebingungan.
"Tapi—"
"Kemarilah, gadis nakal!" sentak Kendra.
Desi pun hanya bisa pasrah dan menuruti perkataan Kendra itu. Secara perlahan gadis itu melangkah menghadap Kendra.
"Sudah bangun?" tanya Kendra menatap Desi dari atas sampai bawah. Penampilan Desi saat ini bukan kaleng-kaleng. Bagaimana tidak? Saat ini Desi sedang memakai dress berwarna putih, serta rambutnya yang sengaja dikepang jadi dua bagian. Penampilan yang begitu sederhana tetapi mampu membuat hati Kendra luluh dan terpesona.
"Tidak, Tuan. Aku masih tertidur di dalam kamar," jawab Desi bercanda.
Kendra pun menanggapi candaan Desi itu dengan tawa kecilnya. "Lalu siapa yang sedang berbicara di hadapanku ini, hmm?" tanya Kendra.
"Ish ... Tuan, aku itu cuma bercanda. Mana mungkin aku berada di sini tetapi tubuhku masih tertidur di kamar!" gerutu Desi sembari mencurutkan bibirnya ke depan. Melihat itu membuat Kendra semakin gemas. Ingin sekali Kendra mencium bibir ranum Desi itu ketika sedang dicurutkan ke depan.
"Duduklah di sini!" perintah Kendra menyuruh Desi untuk segera duduk di sampingnya. Tanpa banyak berkata Desi segera duduk di samping pria itu.
"Desi Georgia. Lahir pada tahun 2006, tanggal 5, bulan september," ucap Kendra yang membuat Desi begitu terkejut mendengarnya. Kedua matanya langsung melotot dengan sempurna saking terkejutnya dengan apa yang baru saja diucapkan Kendra itu.
"Da--Dari mana Tuan tahu?" tanya Desi dengan mulut yang menganga dengan lebar.
"Tutup mulutmu, gadis nakal. Air liurmu menetes!"
Mendengar itu, Desi pun segera menutup mulutnya lalu mengusap sudut bibirnya. "Tidak menetes kok!" sungut Desi dengan kesal.
"Kemarin asistenku mencari data-data tentangmu. Semua data-data tentangmu telah tertulis dengan jelas di dalam dokumen ini," ujar Kendra sembari memperlihatkan dokumen tersebut ke pada Desi.
Desi pun lantas merebut dokumen tersebut dan segera membacanya dengan teliti. Betapa terkejutnya Desi ketika melihat biodatanya, identitasnya, serta foto masa kecilnya ada di dalam dokumen itu.
"Tuan mencari tahu semua tentangku?" tanya Desi berahlih menatap wajah Kendra.
Kendra tersenyum menyeringai sembari menganggukan kepalanya. "Bahkan aku tahu kalau kau punya tanda lahir di pantat bagian kanan."
"TUAN!" rengek Desi.
