"MAU MAIN PETAK UMPET NGGAK!!?"
"Dia bukan adikmu, Zoya. Dia itu Khhhkkk!!!"
Zoya merasa adiknya yang bernama Mia menjadi seperti orang lain, keanehan dan kejanggalan sering terjadi. Adiknya seperti memiliki dua kepribadian tanpa dirinya tau.
SEHARUSNYA Mia ikut mati terbunuh saat seluruh keluarga nya di bantai, tapi entah bagaimana caranya dia bisa selamat dan malah hidup dengan keluarga Zoya.
Kejadian aneh sering Zoya alami, sampai dia curiga dan merasa bahwa tubuh adiknya bukan adik nya saja yang mengendalikan. Lalu siapa yang mengendalikan MIA?? Rahasia atau misteri apa yang tidak Zoya ketahui??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ratna Jumillah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPS. 30. Rumah mewah.
Karin dan teman - teman nya masih asik bermain di sungai, mereka tidak ingat waktu dan masih saja seru - seruan di sungai. Padahal langit di sana sangat mendung dan gelap, tapi mereka tidak sadar - sadar.
"JEDER!!"
Mereka baru sadar setelah di kejutkan oleh suara petir yang menyambar.
"Kya!" Mereka pun berteriak ketakutan.
Hujan langsung turun saat itu juga dan tiba - tiba sekeliling mereka semua berkabut tebal sampai jarak pandang mereka tidak begitu jelas.
"Guys, ayo naik." Panggil Karin.
Mereka saling bergandeng tangan dan menepi ke tepian sungai, mereka baru sadar bahwa mereka terjebak kabut sampai tidak bisa melihat sekeliling.
"Yah, kita balik nya gimana? Villa kita jauh banget dan ujan nya deres banget." Ujar Teman Lili.
"Kita udah lengkap, kan?" Tanya Cindy.
"Udah." Sahut salah satu dari mereka.
"Ya udah yuk naik, kita ikutin aja tangga setapak tadi." Ujar Lili.
"Tapi ujan nya deres banget, gue nggak berani." Ujar salah satu dari mereka.
"Terus lu mau di sini?? Ayolah, mendingan jalan ke atas." Ujar Lili, akhir nya mereka semua setuju.
"JDERR!!" Petir menggelegar.
"Kya!!"
"Mama.. hiks.. hiks.. Aku takut." Ada beberapa dari mereka yang menangis.
"Jangan panik, ayo kita naik. Tetep gandengan, okay.." Ujar Karin.
Mereka berjalan naik perlahan, tapi yang tidak mereka sangka adalah tangga yang semula mereka lewati dengan mudah saat turun itu menjadi begitu licin sekarang. Naas nya mereka memakai sandal biasa bukan anti slip jadi mereka nyaris terpleset.
"Licin, Li.." Ujar Cindy, mereka berdua berada di paling depan.
"Pelan - pelan aja." Ujar Lili.
"Kalo sampe kita kepleset, kita semua bisa jatoh bareng - bareng ke bawah." Ujar Karin.
"Hiks! Hiks! Hiks! Gue takut, Rin.." Sudah makin banyak yang menangis.
"Kita numpang neduh dulu aja gimana? Tadi kan ada rumah mewah tuh, siapa tau mereka mau nampung kita bentar." Ujar Lili.
"Hah, seriusan?! Rumah nya serem, Li." Ujar Karin.
"Ah lu mah, parno mulu. Dari pada kita mati gegara kepleset di sini, masih mendingan kita neduh dulu Rin." Ujar Lili.
"Iya ayo, ayo kita neduh aja, gue takut.. hiks.. hiks.." Ujar teman mereka.
"Ayo, bertahan saling gandengan, harus nya rumah nya udah nggak jauh." Ujar Cindy.
Mereka lalu perlahan menaiki satu persatu anak tangga itu, dan setelah beberapa saat kemudian, mereka pun sampai di depan gerbang rumah mewah.
"Tak! Tak! Tak!"
"Pak, permisi kami mau numpang neduh, kami dari villa di atas." Teriak Cindy.
"Tak! Tak! Tak!"
"Permisi." Ujar Cindy.
Tak lama ada laki - laki yang berjalan keluar, laki - laki itu tidak pincang sudah jelas itu bukan ki Rekso. Laki - laki itu sudah paruh baya dan memakai blangkon.
"Cari siapa, dek?" Tanya pria itu.
"Pak, kami boleh neduh di sini nggak? Kami pengunjung villa di atas, ujan nya gede banget kami nggak bisa balik ke sana, jalan nya licin." Ujar Cindy.
"Oh, boleh - boleh.." Ujar laki - laki itu dan mulai membuka kan pintu gerbang kecil untuk mereka masuk.
"Silahkan masuk, dek. Kalo di daerah sini emang selalu berkabut kalo mendung." Ujar laki - laki itu.
"Makasih banyak pak." Ujar Lili, di susul yang lain nya.
"Mari masuk." Ujar laki - laki itu dengan ramai.
Mereka bertujuh pun masuk kedalam dan bernafas lega karena akhir nya mereka bisa berteduh, tapi pakaian mereka basah jadi kini mereka menggigil kedinginan.
"Saya bilang sama majikan saya dulu ya, dek." Ujar laki - laki itu dan Lili mengangguk.
Mereka saling berpelukan karena dingin, tapi Karin merasa tidak enak di sana. Karin masih teringat dengan kejadian yang di alami nya semalam, dimana ada sosok perempuan yang berdiri melambaikan tangan padanya dan berakhir dia di datangi wanita itu dengan wajah mengerikan.
Tak lama menunggu, laki - laki yang sebelumnya pamit itu pun kembali keluar dan mempersilahkan anak - anak itu masuk.
"Kalian semua boleh masuk." Ujar laki - laki tadi.
"Nggak di marahin emang, pak?" Tanya Karin.
"Tidak, sudah dapat ijin." Ujar laki - laki itu.
"Ayo Rin, dingin di luar." Ujar Lili, lalu menarik tangan Karin.
Mereka bertujuh pun masuk kedalam, dan ternyata di dalam nya sangat luas. Rumah itu terlihat sangat nyaman dan semua nya bernuansa serba putih dengan aksen emas.
"Kata nyonya, kalian boleh ganti pakaian dulu. Pakaian nya sudah di siapkan di kamar tamu, monggo.." Ujar laki - laki itu.
"Nyonya nya di mana, pak? Kami mau bilang makasih." Ujar Cindy.
"Nyonya nya lagi sibuk, kalian ganti aja nanti saya sampaikan." Ujar laki - laki itu.
"Ya sudah makasih pak." Ujar Cindy.
"Mari saya antar, non." Tiba - tiba ada wanita paruh baya yang memakai kain jarit dengan kebaya jaman dulu.
"Anda??" Tanya Karin.
"Bi Laksmi, pembantu di rumah ini." Ujar nya, memperkenalkan diri.
"Oooh, kaget aku." Ujar Lili.
"Mari, bibi antar ke kamar ganti." Ujar bi Laksmi, dan anak - anak itu pun mengikuti bi Laksmi dari belakang.
Mereka di antar ke sebuah kamar di lantai satu, kamar nya bernuansa serba putih juga dan di atas ranjang nya sudah tersedia pakaian yang entah bagaimana bisa keberulan seukuran dengan mereka semua.
"Silahkan ganti baju nya non, ini baju - baju baru kok, non. Nyonya beli baju ini buat anak nya.." Ujar bi Laksmi.
"Terus kok nggak di pake, bi?" Tanya Cindy.
"Anak nyonya.. sudah tidak tinggal di sini, dia ke kota. Baju - baju ini nggak di bawa." Ujar bibi.
"Beneran boleh di pake, bi?" Tanya Lili, kembali memastikan.
"Boleh, nyonya yang bilang." Ujar bi Laksmi.
Akhir nya mereka mengangguk, dan karena mereka kedinginan juga tidak memiliki pilihan lain, akhir nya mereka pun berganti pakaian.
Mereka mandi bergantian di kamar mandi itu dan akhir nya mereka semua sudah memakai dress yang entah mengapa serba putih itu.
'Kenapa gue rasa ada yang nggak beres di sini..' Batin Karin, sambil dia memperhatikan pantulan dirinya sendiri di kaca.
Mereka ber 7 itu kini menggunakan dress yang kurang lebih serupa, yaitu berwarna putih meski model nya berbeda.
"Pemilik rumah nya pencinta warna putih kali yah? Dress aja serba putih." Ujar Lili.
"Untung ketemu orang baik." Ujar Cindy.
Tapi yang menjadi masalah adalah, Empat teman nya selain Lili, Cindy dan Karin, mereka kini sepertinya jatuh sakit. Mereka menggigil meski sudah berganti pakaian dan bahkan sudah memakai selimut.
"Hatchih!! Hatcih'"
"Li, gue sakit kayak nya.." Ujar salah satu teman nya.
"Gue juga.." Ujar yang lain.
Lili menjadi merasa bersalah dengan teman - teman nya sekarang, dia mencari ponsel nya untuk menghubungi orang tua nya tapi ponsel nya malah tidak ada.
"Eh, Ndy. Lu liat hape gue nggak?" Tanya Lili.
"Loh, hape gue malah gue titipin ke elu kan, sama hape anak - anak yang lain." Ujar Cindy.
"Aduh, apa ketinggalan di sungai, yah?" Ujar Lili, semua orang pun panik.
"Yahhhh.. kalo ilang gimana? Kita nggak bisa ngehubungin siapa - siapa dong." Ujar teman Lili yang sakit.
"Kok bisa sih ketinggalan, Li.. ini tempat wisata.. pasti ada yang nemuin hape kita." Ujar Karin.
"Ya namanya lupa, tadi kan panik gegara geledek!" Ujar Lili, dia kesal di salahkan.
"Ck! Terus kalo orang tua kita nyariin kita gimana, dong??" Ujar Karin.
"Kita bisa tunggu sampe ujan reda dan balik lagi kok, lagian tempat nya kan nggak jauh - jauh amat!" Ujar Lili ketus.
"Udah - udah.. kok malah kalian berantem, kita kan bisa pinjem hape nya yang punya rumah ini." Ujar Cindy, dia menengahi.
"Gue rasa ada yang aneh sama rumah ini, gue punya perasaan nggak enak." Ujar Karin.
"Dengerin elu mah parno doang, Rin. Udah baik kita di ijinin neduh dan di kasih baju ganti, lu nggak liat temen - temen kita pada sakit!?" Ujar Lili.
"Lu kok nyolot si, Li! Kalo bukan gegara elu yang ngotot pengen main di bawah sana, kita nggak bakal gini! Coba kalo lu dengerin gue buat pulang, kita pasti udah di rumah sekarang!" Ujar Karin, dia kesal dengan Lili.
"Rin! Li! Stop dong!!" Teriak Cindy.
BERSAMBUNG..
apa kah ....?
lanjut Thor
semoga aja ayahnya Zoya mau jujur dan cerita yg sebenarnya
semoga dgn di kunci nya kamar Mia, nggak ada lagi gangguan dari makhluk2 astral
semoga di tahun 2025 semakin sukses karya2 nya Thor.