Mesya merasa sedih karena dijodohkan saat ia masih kuliah. Namun berjalannya waktu, perlakuan Sandi yang begitu lembut kepada Mesya berhasil meluluhkan hati Mesya dan membuat Mesya jatuh cinta seiring berjalannya waktu pernikahan mereka... Saat cinta keduanya mulai tumbuh, sosok wanita di masa lalu Sandi yang tiba-tiba datang mencoba menghancurkan kebahagiaan mereka dengan terus membuat kesalah pahaman dan pertikaian diantara hubungan keduanya. Di saat hubungan keduanya mulai renggang, sosok pria yang mencintai Mesya pun ikut muncul dan menambah keruhnya rumah tangga mereka. . . . Dapatkan mereka mempertahankan hubungan rumah tangga mereka? Atau pernikahan mereka akan hancur dengan kemunculan orang yang mereka cinta di masa lalu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lentera Sendu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 1
["Mesya, akhir pekan ini libur gak?"]
Sebuah notifikasi pesan masuk terlihat dari ponsel milik Mesya yang bergetar di atas meja. Mesya yang baru saja kembali dari dapur melihat ponselnya menyala pun segera mengeceknya.
"Pesan dari Kak Sandi? Tumben sekali Kak Sand menghubungiku. Ada apa ya?" Ucap Mesya penasaran.
["Libur kak Sand, ada apa?"] Balas Mesya
["Mau ke Bandung gak? Besok Sand libur"]
Sebuah pesan Sandi yang mengajak Mesya untuk pergi ke Bandung sontak membuat Mesya senang tak terkira. Karena bagaimana tidak, Bandung menjadi tempat yang selama ini paling ingin sekali Mesya kunjungi karena terkenal dengan keindahan alamnya, namun karena Mesya gadis yang jarang main keluar terlebih itu jauh membuat keinginan pergi ke Bandung nya pun belum terlaksana hingga saat ini.
Sandia Putra, atau lebih akrab dipanggil dengan nama Sandi itu adalah sosok pria berusia 33 Tahun yang dekat dengan Mesya setelah ia mencoba mengajari Mesya bermain biola. Sosok pria bertubuh tegap dengan warna kulit sawo matang itu sudah menjatuhkan hatinya sejak lama kepada Mesya, namun meski telah lima Tahun berlalu Sandi tak berani mengungkapkan perasaannya.
Beberapa waktu yang lalu Sandi sempat bertekad untuk mencoba mengutarakan perasaannya dan mengajak Mesya untuk berpacaran, namun menyadari Mesya mungkin tak memiliki perasaan apapun kepadanya membuat ia mengubur harapan itu jauh-jauh.
["Dimana Sand harus menjemput kamu?!"]
Sandi kembali mengirimkan pesan setelah Mesya setuju pergi ke Bandung bersamanya, setelah mendapat izin dari orang tua nya malam itu Mesya segera mengemas semua barang bawaannya.
["Di depan gang yang belokan sebelum Masjid itu saja"] Balas Mesya.
["Oke"]
Pesan singkat keduanya berakhir setelah Mereka memutuskan untuk mengemas semua barang-barang keperluan mereka. Karena jarak yang perlu di tempuh cukup jauh dan akan memakan waktu, keduanya memutuskan untuk berkemah dan menginap di Bandung selama satu malam.
*****
#Keesokan paginya
Mesya mengenakan jaket berwarna rubi dengan setelan celana cargo berwarna cokelat menenteng tas kecil di tangannya berlari menghampiri Sandi yang sudah menunggunya di pinggir jalan.
"Wah barang bawaan Kak Sand banyak sekali" Ucap Mesya setelah melihat isi depan motor Sandi penuh dengan tumpukan tas yang berisi barang bawaannya.
"Iyalah,, kita kan akan berkemah. Jadi tentu saja barang-barang yang harus di bawa cukup banyak, termasuk tenda" jawab Sandi dengan santai.
Sandi menyodorkan helm kepada Mesya untuk dikenakannya. Keduanya berangkat pada pagi dini hari dan beristirahat di Cianjur untuk mampir sarapan.
"Kamu mau sarapan apa, Mesya?!"
"Haaa,,, apa?!"
Suara angin yang berhembus ditambah dengan helm yang hampir menelan kepala Mesya itu membuat pendengarannya sedikit samar-samar.
"Kamu mau sarapan apa?!" Tanya kembali Sandi dengan nada sedikit tinggi.
"Hmmm.. kita sarapan bubur aja Kak Sand" teriak Mesya saat telinganya mulai berdengung.
Sandi memberhentikan motornya di samping penjual bubur ayam yang angkring di depan masjid. Setelah izin pergi ke toilet sebentar, Mesya memesan dua mangkuk bubur untuknya dan Sandi.
Sambil memakan sarapan keduanya pun mengobrol. Bahkan setelah lima tahun berlalu, hari itu untuk pertama kalinya Mesya dan Sandi berpergian bersama terlebih berniat menghabiskan waktu bersama selama dua hari penuh.
"Pacar kamu gak akan marah kan Sand ajak kamu jalan-jalan?!" Tanya Sandi
Mesya yang tengah memakan bubur di samping Sandi pun menoleh ke arahnya.
"Aku gak punya pacar Kak Sand, tenang aja" Jawab Mesya.
"Terus emang orang tua kamu tidak marah Kalau Sand ajak pergi, terlebih menginap loh"
"Mereka kan kenal Kak Sand, jadi mereka percaya sama Kak Sand. Kalau ada apa-apa denganku, mereka pasti akan menyusul ke rumahnya Kak Sand dan memarahi kak Sand" Jelas Mesya
Sandi hanya menganggukkan kepalanya, ia merasa jika Mesya tak pernah berubah. Mesya selalu membuat dirinya merasa nyaman dengan kepolosan dan tingkahnya itu, sehingga selama lima tahun Sandi selalu menunggu Mesya dan berharap akan mendapatkan Mesya suatu saat nanti.
Keluarga Mesya memang cukup mengenal baik keluarga Sandi, terlebih Kakak perempuan pertama Mesya yang telah menikah dan tinggal di desa yang memang dekat dengan rumah Sandi. Kakak perempuan Mesya mengenal baik seperti apa keluarga Sandi, sehingga mendapat kabar Sandi mengajak Mesya pergi bermain pun tidaklah menjadi suatu masalah untuk mereka. Justru keluarga Mesya sangat berharap jika Mesya bisa bersama dengan Sandi. Sayangnya Mesya gadis yang keras kepala dan sulit di atur, terlebih perihal pria.
"Memangnya pacar ka Sand sendiri gak marah ngajak aku keluar?!" Tanya kembali Mesya
Sandi mengangkat alisnya, dan dengan santai menjawab jika dirinya masih lajang hingga saat itu.
"Kenapa kak Sand masih lajang?! Bukankah kemarin aku dengar kak Sand mau menikah ya"
Sandi hanya terdiam, meski kabar itu benar namun hal yang tidak diketahui Mesya adalah wanita yang ingin Sandi lamar adalah dirinya. Satu bulan sebelum Sandi berniat melamar Mesya lima tahun lalu, Sandi mendapat kabar jika wanita yang ia sukai itu telah dilamar oleh lelaki lain dan akan segera menikah. Hal itu pun yang membuat hubungan keduanya renggang dan Sandi memutuskan untuk menjauh dari Mesya.
Namun siapa yang menyangka jika rumor itu tidaklah benar, dan selama lima tahun itu juga Sandi baru mengetahui kebenarannya jika wanita yang ia sukai itu tidak menerima lamaran lelaki yang datang melamarnya.
"Hei!! Kak Sand?? Mengapa melamun sih"
Mesya yang melambai-lambaikan tangannya di depan wajah Sandi menyadarkan Sandi dari lamunannya.
"Aku sudah selesai makan" Ucap kembali Mesya
"Eh iya, yasudah Sand bayar dulu ya"
Sandi beranjak dari tempat duduknya untuk membayar sarapan mereka. Setelah selesai sarapan keduanya melanjutkan perjalanan dan tiba di Bandung pada pukul 11.00 dengan suasana hamparan kebun teh yang luas.
"Wah Kak Sand, ini indah sekali" Teriak Mesya yang tersenyum bahagia.
"Kamu menyukainya?!"
"Iya, aku sangat menyukainya. Ini indah sekali"
Sandi hanya tersenyum sambil kembali melajukan motornya menuju puncak. Setibanya di puncak Mesya bergegas mengambil foto pemandangan saat Sandi tengah sibuk memarkirkan motornya.
"Kak Sand ayok kita kesana!!" Ajak Mesya
"Iya tunggu sebentar"
Sandi berjalan diikuti Mesya dari belakang menuju pintu masuk utama tempat wisata kebun teh tersebut. Sepasang kaki kecil mengenakan sepatu berwarna putih dan tubuh yang mungil itu berjalan di belakangnya membuat Sandi tersenyum kecil.
Tubuh Sandi yang memang terbilang tinggi, tegap, dan berisi membuat Mesya yang bertubuh mungil itu seperti anak kecil di matanya. Sepanjang hari keduanya mengabiskan waktu bersama sebelum pergi ke tempat berikutnya untuk berkemah, Sandi mengambil banyak foto menggunakan ponsel dan kamera yang ia bawa. Sehingga kini galeri ponsel yang selama lima tahun itu kosong telah terisi oleh foto-foto Mesya, wanita yang dicintainya.
Setibanya di tempat berkemah, Sandi yang tengah melakukan registrasi berpapasan dengan teman masa SMA nya yang hari itu pun kebetulan akan berkemah.
"Eh Sandi?!...kamu Sandi kan? bagaimana kabar kamu? Kebetulan sekali kita bertemu di sini" Ucap gadis yang tengah duduk di bangku samping parkiran.
Sandi menyadari jika wanita yang memanggilnya itu adalah Hilda, teman waktu SMA nya dulu. Sandi melihat Hilda berkemah bersama dengan beberapa teman lainnya juga, mereka memutuskan untuk memasang tenda berdekatan agar mereka bisa bergabung bersama.
"Boleh kan?!" Tanya Hilda
"Tentu saja" jawab Sandi.
Sandi berjalan bersama mereka untuk mencari tempat memasang tenda. Hilda yang berjalan di samping Sandi terlihat diam-diam melirik ke arah Sandi dan tersenyum.
"Kak Sand!!" Teriak Mesya yang sudah pergi ke tempat berkemah sebelumnya.
Mendengar teriakan suara perempuan yang memanggil nama Sandi sontak membuat Hilda membulatkan matanya. Ia melihat Mesya yang melambaikan tangannya ke arah Sandi dan Sandi pun tersenyum ke arahnya.
"Sandi?!.....dia siapa?!"
*********