Seorang wanita muda, Luna, menikah kontrak dengan teman masa kecilnya, Kaid, untuk memenuhi permintaan orang tua. Namun, pernikahan kontrak itu berubah menjadi cinta sejati ketika Kaid mulai menunjukkan perasaan yang tidak terduga.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mrs. y, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menggenggam Kendali
Seminggu setelah rencana jebakan disusun, Kaid dan Luna berdiri di jantung permainan yang telah mereka ciptakan. Mereka tahu, waktu untuk bergerak sudah tiba. Semua langkah sudah direncanakan dengan cermat, tetapi ketegangan tetap terasa.
Kaid mengarahkan pandangannya ke luar jendela kantornya. “Aditya pasti sudah menerima umpan kita,” gumamnya.
Luna yang duduk di sofa menatapnya. “Kaid, aku tahu kamu yakin ini akan berhasil, tapi kita tidak boleh lengah. Dia licik dan bisa berbalik kapan saja.”
Kaid berbalik, menatap Luna dengan senyum tipis. “Itu sebabnya aku punya kamu. Kamu selalu mengingatkanku untuk waspada.”
Di sisi lain kota, Aditya duduk di ruang rapat bersama anak buahnya. Di depannya, tumpukan dokumen dan laporan yang menggambarkan potensi besar proyek palsu Kaid. Dia tersenyum puas, yakin bahwa dia telah memenangkan permainan ini.
“Kaid benar-benar membuat kesalahan besar dengan membiarkan kita mendapatkan informasi ini,” ujarnya sambil menyeringai. “Ini saatnya kita bergerak.”
Anak buahnya, termasuk Feri yang kini menjadi mata-mata Kaid, mengangguk setuju. Mereka segera menyusun rencana untuk menyerang proyek tersebut, tanpa menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang menuju ke dalam perangkap.
Malam itu, Luna dan Kaid mengadakan pertemuan rahasia dengan tim kepercayaan mereka di sebuah villa di luar kota. Reno, Clara, Arman, dan beberapa anggota tim hukum Kaid hadir.
“Aditya akan menyerang dalam beberapa hari,” kata Kaid, membuka diskusi. “Kita harus memastikan bahwa setiap langkah kita berjalan sempurna. Tidak boleh ada celah.”
“Bagaimana dengan informasi dari Feri?” tanya Reno.
“Feri sudah memberikan semuanya,” jawab Kaid. “Dia mengatakan bahwa Aditya akan mengalihkan sebagian besar dananya untuk menyerang proyek palsu kita. Ini kesempatan kita untuk membuatnya jatuh.”
Luna menambahkan, “Selain itu, kita juga perlu mempersiapkan langkah cadangan. Jika Aditya menyadari jebakan ini lebih awal, dia mungkin akan mencoba serangan balasan.”
Semua orang mengangguk, menyadari pentingnya peran mereka dalam rencana ini.
Hari yang ditunggu-tunggu akhirnya tiba. Aditya, dengan penuh percaya diri, melancarkan serangannya ke proyek palsu yang telah dirancang oleh Kaid. Dia mengerahkan sumber daya besar-besaran untuk menguasai proyek itu, tetapi ketika timnya sampai di titik tertentu, mereka menemukan bahwa semuanya hanyalah fatamorgana.
“Ini tidak mungkin!” Aditya berteriak, melemparkan dokumen yang ada di tangannya.
Sementara itu, Kaid dan Luna, yang memantau dari jauh, hanya tersenyum. Mereka tahu bahwa langkah Aditya untuk menyerang proyek palsu telah menguras sebagian besar sumber dayanya.
“Kita berhasil,” kata Reno, yang sedang memantau perkembangan dari ruang kendali.
Kaid mengangguk. “Belum selesai. Kita masih harus menyelesaikan langkah terakhir.”
Kaid memutuskan untuk langsung menghubungi Aditya. Dalam panggilan telepon yang dipenuhi ketegangan, Kaid berbicara dengan suara dingin.
“Aditya, bagaimana rasanya menjadi orang bodoh yang tertipu oleh rencananya sendiri?”
Aditya mendengus marah. “Kaid! Kamu pikir kamu sudah menang?”
“Aku tidak perlu berpikir,” jawab Kaid. “Aku tahu aku sudah menang. Sekarang giliranmu untuk merasakan bagaimana rasanya kehilangan segalanya.”
Aditya menutup telepon dengan marah, tetapi di dalam hatinya, dia tahu bahwa situasinya sudah tidak terkendali.
Di rumah, Luna menghela napas lega. “Kaid, kamu benar-benar berani menghadapinya langsung. Apa kamu tidak takut dia akan menyerang kita lagi?”
Kaid mendekati Luna dan menggenggam tangannya. “Selama kita bersama, aku tidak takut apa pun. Kita sudah menunjukkan bahwa kita lebih kuat darinya.”
Luna tersenyum kecil, tetapi jauh di dalam hatinya, dia merasa bahwa ini belum sepenuhnya berakhir. Aditya adalah orang yang tidak mudah menyerah, dan Luna tahu bahwa mereka harus selalu waspada.
Namun untuk malam ini, mereka memilih untuk menikmati kemenangan kecil mereka, menyadari bahwa satu langkah besar telah mereka menangkan dalam pertempuran panjang ini.