Tidak pernah Alana menyangka, pria yang sengaja dihindari selama lima tahun ternyata adalah atasannya.
Karena rasa benci jika pria tersebut menikah lima tahun yang lalu membuat Alana merasa kecewa dan berniat pergi. Tapi, semua itu sia-sia karena Silas menjadi Atasannya.
Silas yang memang masih mencari Alana karena rasa cinta tentu saja suka melihat wanita itu berada disekitarnya. Tanpa sengaja mereka melakukan malam panas bersama disaat Alana sedang dikuasai oleh pengaruh alkohol.
Lalu, bagaimana dengan kisah mereka selanjutnya? apakah Alana akan tetap bekerja di bawah Silas atau malah tetap menjadi simpanan pria yang sudah menikah lagi itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Madumanis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 19
Sebagai sosok wanita dewasa sungguh Alana tahu resiko dari berhubungan mengeluarkan benih di dalam. Yaitu bisa saja hamil, Alana mencoba mengingat setiap hubungan panas yang sempat terjadi antara dirinya dengan Silas. Tidak pernah sedikitpun Silas mengeluarkan benihnya di luar melainkan terus saja didalam rahimnya.
"Astaga!" Alana mendorong tubuh Silas tanpa pakaian itu, menatap tidak suka pria yang selalu sesukanya. "Kau selalu saja mengeluarkan benihmu didalam, kau egois!"
Silas hanya santai saja, berusaha bangkit dari tempat tidur yang sudah tidak layak itu. Menatap Alana yang sibuk memakai semua pakaiannya kembali dan jangan lupa Alana yang tiada henti mengomel. Mendengar semua ocehan tidak jelas dari Alana langsung saja Silas berdecak sebal.
"Bukankah akan sangat sayang jika aku membuang benihku diluar, sementara ada rahimmu yang sangat bisa menampungnya." Ucap Silas sangat enteng tanpa beban apapun, sampai Alana yang tengah memakai bra menjadi terhenti.
"Aku tidak sudi hamil anakmu tahu!" Bantah Alana cepat, ia berdiri dihadapan Silas meskipun belum memakai pakaian seluruhnya. Jari telunjuk Alana siap memberikan ancaman yang sangat yakin jika Silas tidak akan berani lagi kali ini. "Anak dari pria yang sok baik serta banyak drama seperti mu! Pergilah!" Alana mengusir Silas untuk menjauh.
Tidak tahu mengapa hati Silas sedikit sedih karena Alana masih sangat membencinya. Lima tahun mungkin adalah terakhir kalinya Alana memandangnya penuh cinta tidak seperti saat ini. Silas tidak tahu harus dengan cara apa agar Alana kembali seperti dulu, mencintai dan selalu bersikap manis.
Mendapatkan Silas yang tidak ada berkomentar apapun langsung saja Alana cepat-cepat memakai pakaiannya. Sebelum Silas malah melakukan hal yang tidak tidak sekali lagi, Alana bersumpah tidak akan pernah mau menikmatinya lagi.
"Apa kau yakin akan hamil, Alana?" Tanya Silas disela keheningan yang terjadi, hanya ada suara burung-burung yang berkicau di taman halaman belakang.
Alana tidak mengerti apa maksud pertanyaan Silas, ia tetap santai saja merapikan rambut yang berantakan.
"Kau selalu saja marah setiap kali aku membuang benihku didalam, seakan-akan kau subur saja." Ucap Silas lagi.
Sampai Alana langsung berbalik badan menatap tidak suka Silas yang malah santai duduk mau menikmati batang rokok. Menyalakan korek api sembari sesekali melirik Alana yang seakan mau protes.
"Kenapa? Kau mau protes, Baby?" Tanya Silas lagi, ia seakan mau tertawa melihat ekspresi Alana sekarang.
"Huh!" Alana hanya menghela napas berat saja, berusaha mengabaikan Silas karna tahu berdebat seperti apapun tidak akan pernah menang dari pria egois itu.
"Aku tidak yakin kalau kau memiliki rahim yang subur, Alana. Jadi jangan terlalu bangga benihku bisa membuatmu hamil," Kata Silas penuh dengan ejekan, ia memakai celananya dengan posisi batang rokok tepat dijepit dibibirnya.
Ketahuilah dalam keadaan seperti itu Silas benar-benar terlihat manly dimata Alana. Tapi, Alana menangkis semua pujian itu karna bersumpah tidak akan terpesona dengan semua yang Silas lakukan.
"Benar! Aku tidak akan hamil karna benihmu, melainkan karna benih pria lain!" Ucap Alana penuh menantang.
Seketika ekspresi Silas langsung berubah menjadi dingin, kedua tangan bersedekap didada menatap Alana sangat serius. "Apa maksudmu?"
Langkah kaki Alana maju menuju sang suami, tatapan matanya penuh meremehkan. Alana selalu tahu jika Silas sangat mudah terusik jika Alana menantang soal pria lain. Pria itu akan mendadak menjadi tidak teliti dan mudah marah, disaat inilah Silas sangat mudah untuk dijatuhkan menurut Alana.
"Aku akan mencari pria yang bisa membuat rahimku menjadi subur, Silas. Bukankah kau bilang aku tidak se subur itu?"
"Jangan melakukan hal yang tidak tidak, Alana!"
"Lakukan, jangan bagiku sama dengan lakukan!" Alana berlalu pergi begitu saja, meskipun Silas sudah menangkap tangannya tetap saja Alana berlari kencang tidak akan mau bersama dengan Silas lagi.
Padahal maksud Silas mengatai jika Alana tidak subur semata-mata hanya untuk membuat Alana merasa tenang. Tidak takut atau pun mengomel setiap ia membuang benihnya didalam, tapi mengapa justru Silas sendiri yang terusik.
"Shi*! Sialan!" Silas menendang meja tidak bersalah karena rasa kesal di hatinya.
Bagi Silas Alana sangat tidak mudah untuk dihadapi apa lagi diminta untuk patuh. Sepanjang waktu Alana hanya terus membantah dan mencaci setiap yang Silas lakukan. Cara apa yang harus Silas lakukan lagi agar Alana kembali seperti dulu.
"Kucing manisku sudah berubah menjadi singa sekarang, sial sekali!" Silas membuang puntung rokok sembarangan arah, rasanya ia sebal ingin mencabik Alana sekarang juga.
~
Sementara Alana terus berlari kencang memasuki Mansion, meskipun bakal tetap bertemu dengan pria mesum itu tetap saja Alana ingin menghindar untuk sementara. Tepat disaat kedua kaki Alana menginjak ruang tengah malah melihat Bella yang duduk santai disofa. Membaca majalah dengan raut wajah sedih, Alana menjadi ingat jika Bella tadi mengintip setiap adegan panas yang terjadi antara dirinya dengan Silas.
Ide berlian muncul secara tiba-tiba dibenak Alana, ia menyingkirkan setiap helai rambut yang menganggu dengan jari telunjuknya.
"Mari lakukan peran sebagai istri kedua dengan baik, Alana.." Gumamnya didalam hati.
Dengan penuh percaya diri Alana berjalan menuju Bella, ia ingin tahu seperti apa Bella ini sebenarnya. Kenapa tetap tenang dan tidak marah disaat melihat Silas melakukan hubungan intim dengan wanita lain. Mungkin jika Alana berada diposisi Bella tidak akan memaafkan suami jalang seperti itu.
"Kau terlihat serius, Bella.." Sapa Alana sebagai tanda pengenalan untuk lebih dekat, bagaimana pun Alana merasa hanya Bella satu-satunya harapan agar bisa bercerai dari Silas.
Karena sapaan Alana membuat Bella menyudahi aktivitasnya, merasa berbicara dengan Alana lebih menyenangkan.
"Kau mau marah kepadaku karena melihat adegan kalian tadi?" Tanya Bella dengan raut wajah penuh bersalah, seakan benar-benar tidak masalah dengan apa yang telah terjadi.
Awalnya Alana bingung tapi tetap mengikuti rencana awalnya. "Ah bukan, aku tidak akan marah hanya saja aku heran.. Kenapa kau terlihat sangat terpesona melihat permainan panas kami tadi?" Kaki Alana sedikit naik untuk menunjukkan bekas percintaan yang Silas tinggalkan di area pahanya.
Kebetulan Alana memakai dress selutut jadi area pahanya bisa terlihat dengan jelas. Mata tajam Bella juga langsung tertuju pada paha Alana, tidak ada bicara apapun selain setia dengan keterkejutanya.
"Apa Silas tidak pernah menyentuhmu sebelumnya? Apa selama ini kau adalah istri yang haus kasih ranjang, Bella?"