Berawal dari kematian tragis sang kekasih.
Kehidupan seorang gadis berparas cantik bernama Annalese kembali diselimuti kegelapan dan penyesalan yang teramat sangat.
Jika saja Anna bisa menurunkan ego dan berfikir jernih pada insiden di malam itu, akankah semuanya tetap baik-baik saja?
Yuk simak selengkapnya di novel "Cinta di Musim Semi".
_Cover by Pinterest_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon seoyoon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 21
Di mobil yang dikendarai oleh supir pribadi Bastian, yakni pak Tomo.
Suasana di dalam mobil terasa hening hanya tedengar suara bising kendaraan yang melintas mendahului mobil yang dikendarai oleh pak Tomo.
Baik Bastian maupun Anna memilih fokus pada aktivitasnya masing-masing, Bastian yang mencurahkan atensinya pada layar tablet kerjanya sedang Anna tengah asik menikmati pemandangan di balik jendela mobil.
Sampai saat Bastian menyadari jika perjalanannya sudah hampir berakhir di tujuan utamanya, yakni mengantarkan Anna pulang dengan selamat ke apartemen Glory yang memang searah dengan perusahaannya.
“Jalan saja pak Tomo, tak perlu berhenti,” perintah Bastian ketika pak Tomo melambatkan laju mobilnya.
Tentu saja hal itu langsung mengundang kebingungan Anna. “Ada apa?” tanya Anna yang kini menoleh ke arah Bastian dengan raut wajah bingungnya, padahal ia sudah siap untuk menarik handle pintu mobil.
“Bukankah kau ingin bekerja di perusahaan ku, ini hari pertamamu bekerja,” jelas Bastian santai tanpa terpengaruh dengan aksi protes Anna yang terpancar melalui kerutan di dahinya.
“Apa? I … Iya sih, tapi aku sama sekali belum melakukan persiapan apapun, CV ku?
Juga, masa aku melamar bekerja mengenakan gaun seperti ini?
Setidaknya beri aku waktu sehari untuk mempersiapkan semuanya, aku akan menemui bagian personalia perusahaanmu besok,” pinta Anna yang tak ingin menjadi pusat perhatian para karyawan HB Group, lantaran gaun nya akan terlalu mencolok jika dikenakan untuk bekerja.
“Kau lupa?” balas Bastian dengan nada dingin seraya memiringkan wajahnya.
“Huh?” respon Anna yang tak mengerti maksud dari Bastian.
“Kau adalah calon istriku, kau bisa memilih departemen yang kau inginkan tanpa harus susah payah mengikuti perekrutan karyawan,” Bastian menjelaskan seraya kembali mengarahkan pandangan nya pada tablet yang berada dalam genggamannya.
Pak Tomo yang mendengar hal tersebut pun tampak tersenyum sumringah karena merasa respect sekali dengan sikap Bastian layaknya pria sejati yang biasanya hanya ada dalam drama drama.
“Tidak, setidaknya, biarkan aku mengenakan pakaian yang layak sebagaimana karyawan pada umumnya, aku gak mau jadi tontonan ataupun pusat perhatian karena gaunku ini,” keluh Anna lengkap dengan gesture keberatannya yang mendukung.
“Apa yang salah dengan gaunmu sayang? Apapun yang kau kenakan kau akan tetap terlihat cantik di mataku,” respon Bastian yang kemudian memutus atensinya pada layar tablet dan beralih memandangi Anna dengan tatapan tajam menusuk berbanding terbalik dengan ucapan manis nya barusan.
Anna cukup tercengang dengan sebuah kalimat yang dilontarkan oleh Bastian barusan, sampai membuatnya terdiam tak dapat berkata-kata.
“Ppffft! Augh! Astaga ucapanmu benar-benar membuatku merinding tuan Bastian,” racau Anna ketika kesadarannya telah kembali sepenuhnya, ia nyaris saja terkecoh oleh ucapan manisnya.
Merasa tersinggung dengan reaksi menyebalkan Anna, Bastian pun lantas memasang seringai licik sebelum akhirnya secara tiba-tiba mendekatkan dirinya pada Anna dan nyaris saling bertubrukan, setidaknya Bastian menyisakan jarak 5 cm agar dirinya bisa melihat dengan jelas paras Anna yang saat ini sedang terkejut bukan main.
Sementara itu pak Tomo yang seringkali mencuri pandang ke arah belakang tampak terlihat gugup dan canggung, menjadi orang ketiga ditengah keromantisan keduanya benar-benar membuat dirinya sangat tertekan sampai ingin menghilang dari muka bumi.
“Berhenti memprovokasi ku Annalese, atau kau ingin aku menunjukan sisi liar ku disini, sekarang juga?!” ancam Bastian dengan nada setengah berbisik dan seringai licik yang terukir di wajah tampannya untuk menambah kesan mengintimidasinya.
“Baiklah aku mengerti,” respon Anna yang mendadak salah tingkah karena aura ketampanan Bastian berhasil menembus dinding pertahanannya, ia pun memalingkan wajahnya bersamaan dengan usahanya yang mencoba menstabilkan degup jantungnya.
Bastian mengangkat 1 alisnya sebelum akhirnya menarik tubuhnya dan kembali duduk dengan benar.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Setibanya di area pekarangan perusahaan HB Group.
Begitu mobil berhenti tepat di area pintu masuk perusahaan HB Group, salah seorang petugas keamanan pun langsung berlarian untuk menyambut dan membukakan pintu mobil, sebagai pelayanan terbaiknya untuk sang presdir HB Group.
Namun, betapa terkejutnya sang petugas keamanan serta para karyawan lain yang kebetulan sedang berada di area sekitar, ketika melihat yang turun dari mobil bukanlah sang presdir, melainkan seorang wanita cantik dengan gaun indah bernuansakan biru laut.
Sedang sang presdir turun dari sisi lain dan lantas menarik langkah panjangnya menghampiri Anna yang baru saja menginjakan kakinya di atas aspal.
Mobil yang dikendarai oleh pak Tomo pun melaju menuju basement begitu kedua majikannya turun.
“Selamat pagi tuan Bastian,” sapa petugas keamanan tersebut seraya membungkukkan tubuhnya sebagai tanda hormatnya.
Begitupun dengan para karyawan lain yang kebetulan berada di area sekitar dan hendak masuk, mereka berhenti sejenak untuk menyapa dengan gesture sopan ke arah Bastian berada.
“Selamat pagi pak,”
“Selamat pagi pak Bastian,”
Sebelum akhirnya melanjutkan perjalanannya dengan beberapa kericuhan, lantaran tak menduga jika sang presdir berdarah dingin itu akan datang bersama dengan seorang wanita asing yang bahkan tak pernah mereka lihat sebelumnya.
“Iya pagi,” sapa Bastian dengan nada datar. “Ayo,” ajak Bastian pada Anna yang sedari tadi hanya bisa berdiri mematung entah apa yang harus ia lakukan.
“Silahkan nona,” ujar petugas keamanan tersebut yang bernama Ali lengkap dengan gesture sopannya.
“Terima kasih,” respon Anna tak kalah ramah dengan seulas senyum yang melengkung indah menghiasi wajah nya.
Bastian dan Anna pun melenggang masuk bersama memasuki gedung pencakar langit yang memiliki 77 lantai.
Semua berjalan lancar pada awalnya, para karyawan yang berpas-pasan dengan keduanya pun tampak menunjukan sopan santun nya pada Anna dengan menundukkan pandangannya di tengah aktivitas sibuknya di pagi hari.
Meskipun memang kerusuhan kembali terdengar ketika mereka telah berada cukup jauh, apalagi kalau bukan pembahasan mengenai identitas dirinya yang masih belum di umumkan secara langsung oleh sang Presdir sendiri.
Sampai di paruh jalan, sang asisten sekaligus tangan kanan Bastian muncul dengan tergesa-gesa menghampirinya.
“Selamat pagi pak Bastian, meeting dengan pak Arya akan segera dimulai dalam 30 menit, semua bahan meeting sudah saya taruh di meja pak,” Regan memaparkan seraya berjalan 1 langkah di belakang Bastian di sisi yang berbeda dari tempat Anna berada.
“Baiklah,” timpal Bastian ketika ketiganya kini telah masuk ke dalam lift yang akan membawanya menuju lantai 17 dimana ruangan Bastian berada.
“Tapi … maaf pak jika saya lancang, sebenarnya nona Leesera sudah menunggu di ruangan sedari tadi, saya sudah berusaha menghentikannya dan memberitahu nona Sera jika pak Bastian akan langsung pergi ke ruang meeting. Namun nona Sera tetap memaksa untuk menunggu di ruangan pak, maafkan saya,” lapornya seraya menundukkan kepala dan menautkan kedua tangan di depan tubuhnya untuk menunjukan penyesalannya.
‘Leesera? Wanita gila itu? Yang berusaha melumpuhkan Bastian dengan obat perangsang? Apa yang akan dia lakukan, mungkinkah dia akan mengamuk dan mencabik-cabik aku??’ suara batin Anna yang risau ketika sang asisten Bastian menyinggung soal nama Leesera, putri bungsu dari CL Group.
Benar saja, ketika pintu lift terbuka lebar, ketiganya sudah mendapati seorang wanita yang berdiri di ujung sana dengan gaun merah muda serta tas kecil elegan yang berada dalam genggamannya.
Amarahnya tampak memuncak kala pandangannya sampai pada sosok wanita yang berdiri tepat di samping Bastian. Terlebih saat memori nya mengembara pada insiden yang terjadi di malam itu, wanita ja*lang yang telah berani menantangnya.
Bersambung***