Amora Kiyoko, seorang gadis yatim piatu yang lembut hati, menjalani hidup penuh cobaan. Ia tinggal bersama bibinya, Tessa, dan sepupunya, Keyla, yang memperlakukannya dengan kejam.
Di tempat lain, Arhan Saskara, CEO muda PT Saskara Group, tengah menghadapi masalah di perusahaannya. Sikapnya yang dingin dan tegas membuat semua orang segan, kecuali sahabatnya, Galang Frederick.
Hari itu, ia ada pertemuan penting di sebuah restoran, tempat di mana Amora baru saja bekerja sebagai pelayan.
Namun, saat hendak menyajikan kopi untuk Arhan, Amora tanpa sengaja menumpahkannya ke tangan pria itu. Arhan meringis menahan sakit, sementara Galang memarahi Amora, "Kau ini bisa kerja atau tidak?!"
Penasaran kelanjutan cerita nya, yuk ikuti terus kisahnya, beri dukungan dan votenya🙏🏻😊
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zhy-Chan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Up 27
Amora membuka pintu dengan tangan gemetar, menunjukkan rambut yang rontok dalam genggamannya. “Lihat ini, Kak. Rambutku... Hiks... Aku nggak mau botak, Kak... Aku nggak mau...”
Arhan meraih bahunya, mencoba menenangkan. “Sayang, ini hanya sedikit. Nggak apa-apa. Aku janji, kita cari solusinya, ya?”
“Ini banyak, Kak. Aku nggak kuat...” Air mata mengalir deras di wajah Amora.
Arhan menariknya ke dalam pelukan, membelai rambutnya yang tersisa. “Kamu nggak akan sendiri, Sayang. Aku di sini. Aku janji..
...----------------...
Arhan dan Amora duduk bersama di ruang tamu, menikmati malam yang tenang sebelum menerima undangan makan malam dari Vio.
“Vio tumben banget mengundang kita makan malam,” gumam Arhan sedikit curiga.
“Sudah, Kak. Mungkin Vio hanya ingin menghabiskan waktu bersama kita,” jawab Amora sambil tersenyum lemah.
Di rumah Vio, suasana hangat terasa dengan hadirnya Zeline, Galang dan seorang pria baru.
“Terima kasih sudah datang, sepupu cantikku,” sapa Vio ceria, memeluk Amora singkat.
“Sama-sama, Vi,” jawab Amora, berusaha tampak ceria.
Arhan memandang pria yang baru hadir dengan tatapan tajam. “Siapa dia?”
Vio tersenyum misterius. “Aku ingin mengenalkan kalian pada seseorang...”
“Selamat malam, semuanya,” sapa pria itu dengan sopan. “Regan, senang bertemu kalian.”
Makan malam berlangsung hangat hingga tiba-tiba gelas yang dipegang Amora terlepas dan jatuh ke lantai.
*Praaaang!*
“Amora!” teriak semua orang serempak.
Amora menunduk ketakutan. “Maaf... aku nggak sengaja.”
“Nggak apa-apa, biar bibi yang bereskan,” kata Vio sambil memberi isyarat.
Arhan menyodorkan gelas baru kepada Amora. “Kamu mau minum?”
Amora mengangguk, mencoba meraih gelas itu, tetapi tangannya gemetar dan tak mampu bergerak.
“Sayang, kenapa nggak diminum?” tanya Arhan, khawatir.
“Hiks... bagaimana aku bisa minum kalau tanganku saja nggak bisa meraihnya...”
Semua terdiam. Vio memeriksa kondisi Amora dengan cemas.
“Ini mungkin efek dari kemoterapi. Ada kemungkinan kerusakan saraf,” jelas Vio.
“Jadi aku nggak akan bisa bergerak lagi?” bisik Amora, air matanya mulai jatuh.
“Kamu harus tetap fokus pada pemulihan, Ra,” hibur Vio lembut.
Regan, yang sejak tadi memperhatikan, bertanya. “Boleh tahu, nona sakit apa?”
Arhan menjawab dengan nada tajam. “Leukemia, stadium tiga.”
Regan mengangguk pelan. “Saya punya obat herbal yang bisa membantu. Ini aman dan terbukti membantu ibu saya sembuh dari kanker otak stadium empat.”
Arhan menatapnya skeptis. “Apa kau mencoba meracuni istriku?”
“Arhan!” sergah Vio.
“Saya mengerti kekhawatiran Anda, Tuan. Tapi obat ini benar-benar aman. Mungkin bisa membantu istri Anda,” jelas Regan dengan tenang.
Amora menatap Arhan. “Kak, aku ingin mencobanya...”
Arhan menghela napas panjang. “Baiklah.”
...----------------...
Dua minggu kemudian, kondisi Amora mulai membaik. Arhan kembali bekerja di kantornya setelah satu bulan absen untuk merawat istrinya.
“Sayang, aku ke kantor dulu, ya,” pamit Arhan.
“Iya, Kak. Jangan terlalu khawatir, aku baik-baik saja,” jawab Amora, tersenyum.
Di kantor, kehadiran Arhan membuat suasana berbeda. Para karyawan wanita tidak tahu bahwa dia sudah menikah, dan mereka masih memandangnya dengan penuh kekaguman.
Sementara itu, Amora memutuskan mengejutkan Arhan dengan membawakan makan siang. Namun, sesampainya di lobi, dia dihadang oleh Siska dan Rensa.
“Kamu mau apa di sini?” tanya Siska dengan nada meremehkan, memandang Amora dari atas hingga bawah.
“Saya ingin bertemu dengan CEO,” jawab Amora gugup.
“CEO? Hah, mimpi apa kamu? Jangan mimpi tinggi-tinggi!” ejek Rensa diikuti tawa keras.
“Saya hanya ingin mengantar makan siang untuknya...” ucap Amora pelan.
Siska dan Rensa tertawa mengejek. Mereka memanggil satpam untuk mengusir Amora, hingga rantang yang dibawanya jatuh ke lantai, makanannya berserakan.
Amora terduduk di lantai, air matanya mulai mengalir saat melihat makanan yang dia siapkan berantakan.
mohon dukungan like dan vote nya 🙏🏻😁