Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19
Bunda Ocha, ibu dan Papa mengerut kening tentu saja semakin bingung dengan jawaban Eria.
"Maaf sebelumnya, saya dan Eria memang tidak memiliki hubungan khusus tapi setelah dua kali saya bertemu Eria saya berniat untuk menjadikan Eria pendamping hidup saya. Saya tidak mau ada proses pacaran atau hal lain sebagainya Pak, Bu, Bunda. Saya ingin langsung menikahi Eria dan kami bisa lebih mengenal setelah kami menikah"
Ricky menjelaskan.
Bunda Ocha merasa lega karena niat Ricky menurutnya sangat bagus.
Eria, ibu dan Papanya saling bertatapan.
"Bagaimana Pak, Bu, Eria. Apa kalian menerima niat baik kami?"
Setelah beberapa menit sama sekali tak ada jawaban Bunda Ocha memberanikan diri untuk bertanya.
"Maaf Bu, nak Ricky. Untuk itu saya serahkan pada putri kami saja. Apa lagi Eria masih kuliah"
Papa menjawab menatap semua orang bergantian termasuk Eria.
Di luar Satria mengepalkan tangan. Tadi Satria sampai di kost bertepatan dengan mobil yang ternyata adalah milik Ricky datang.
Dari mana Satria bisa tahu jika mobil hitam itu adalah milik Ricky?
Tentu saja dari menguping pembicaraan orang-orang yang ada didalam kost Eria.
"Ternyata perasaan gue tidak bisa diremehkan ya. Sejak tadi gue gelisah ternyata perasaan itu menuntun gue buat nyamperin Eria ke sini dan mendengar kejadian malam ini ternyata diam-diam ada cowok yang melamar Eria"
Satria menjambak rambut, duduk dengan lesu di kursi yang terbuat dari bambu didepan kost Eria.
Kursi bambu yang menjadi saksi bisu kedekatan dirinya dan Eria selama beberapa bulan ini.
Canda tawa, gurauan, godaan diantara dirinya dan Eria kursi bambu ini melihatnya.
"Gue harus apa? Akankah cinta gue harus berhenti disini?"
Malam ini Satria benar-benar merasakan yang namanya patah hati, sakit banget hati ini mendengar cewek yang selama ini di incar dilamar cowok lain.
Di dalam kost sini Eria memilin jari.
"Bagaimana Eria apa lo mau jadi istri gue?"
Ricky yang sudah menunggu sejak tadi tak sabar mendengar jawaban Eria.
"Maaf Kak Ricky tapi aku belum memikirkan untuk menikah aku mau fokus kuliah dulu setelah lulus kuliah nanti aku ingin bekerja dan membahagiakan kedua orang tuaku"
Eria memberanikan diri mengungkapkan isi hatinya. Jika pun ada salah satu pihak yang terluka dan sakit hati yang jelas Eria tidak mau berbohong tentang perasaannya.
Huh.
Ricky menunduk lesu bunda Ocha pun mengusap lengan tangan putranya. Bunda Ocha tahu perasaan Ricky saat ini.
"Eria menolak mu Nak. Mungkin kalian berdua belum berjodoh"
Ricky mengangguk.
"Kalau begitu kami pamit Pak, Bu, Eria. Assalamualaikum"
Ucap Ricky menggandeng tangan Bundanya.
"Waalaikumsalam"
Satria terlonjak saat pintu kost terbuka dari dalam ia langsung menegakan tubuh dan menatap orang yang keluar dari sana.
Membungkukan sedikit badan saat matanya bertemu dengan kedua mata Ricky dan Satria yakini adalah Mamanya.
"Eria masuk!"
Lantang papa saat mobil Ricky dan bundanya sudah pergi.
"Tapi Pa ada Sat---"
"Masuk!"
Papa tidak mau di bantah.
Eria mengangguk takut lalu masuk.
"Ada apa kamu kesini lagi Hah?! Bukannya sudah saya peringatkan untuk menjauhi putri saya. Apa kamu tuli?!"
Papa menatap Satria benci.
Ibu yang juga tidak suka dengan Satria membiarkan saja suaminya memarahi Satria. Ibu menyusul Eria yang berbaring di atas kasurnya.
"Kenapa sih papa dan ibu nggak suka sama Satria? Dia itu baik bu"
Eria tak habis pikir dengan kedua orang tuanya.
"Yang bikin kami benci adalah kami tidak suka kamu pacaran, itu saja"
Ibu meluruskan maksud dari sikapnya pada Satria.
Eria men-ce-bik.
"Tapi kita nggak pacaran bu kami hanya teman. Teman kampus, teman kuliah"
Ibu meninggalkan Eria karena tak ingin berdebat dengannya gara-gara remaja itu. Ibu memilih menyusul suaminya di luar.
"Om, aku nggak bisa jauh dari Eria. Jangan pisahkan kami"
Satria bertekuk lutut bahkan memegang kaki papa Eria.
Gila.
Dirinya baru kali ini memohon pada orang lain hanya karena cewek. Tapi kali ini tulus, hatinya begitu kuat untuk perjuangkan Eria.
Ibu yang melihat Satria sampai bertekuk lutut seperti itu merasa kasihan tapi ya mau bagaimana lagi. Eria anak satu-satunya dirinya dan suami selaku orang tuanya ingin yang terbaik untuk anaknya.
"Om. Asal Om dan Tante tahu Eria itu ha--"
"Hamil?!"
Sela Papa dan Ibu terkejut mereka berdua sangat syok mendengar kenyataan ini.
"Kurang ajar kamu, beraninya menghamili putri kami hah! Saya tidak mau tahu kamu harus tanggung jawab dan kamu harus menikahi putri kami sekarang juga!"
Satria gelagapan mendengar kata-kata papa Eria. Satria berdiri menatap wajah Papa Eria.
"Bukan itu maksud saya Om. Saya tidak menghamili Eria saya ha--"
"Alah sudah. Telepon kedua orang tuamu dan segera kita melaksanakan pernikahan kalian berdua!"
Papa Eria tidak menyangka jika kejadian ini menimpa putrinya. Padahal di kampung dirinya selalu mengatakan dengan tegas pada warganya supaya tidak sampai kejadian seperti ini di kepemimpinannya.
Lalu apa ini?
Sangat memalukan!
Satria pun menelpon mama papanya, di sambungan telepon terdengar. Jelas jika papa dan Mamanya terkejut tapi mereka berdua tetap mau datang.
"Apa yang kamu lakukan Satria kamu Ini benar-benar memalukan beraninya kamu menghamili Putri orang lain!"
Omel Papa Victor sudah sampai di kost milik Eria.
Mama Sera mengusap dada suaminya untuk tidak lepas kendali karena ini ada di rumah orang lain. Sera tidak ingin suaminya terlihat buruk karena mengomeli anak di tempat umum.
Satria menunduk ingin menjelaskan pun mereka tidak memberi kesempatan dirinya untuk berbicara.
Beberapa jam.
Satria dan Eria sudah resmi menikah secara agama dan kini Satria dan Eria sedang dalam perjalanan ke rumah keluarga Paksa.
Selama perjalanan keduanya saling diam tanpa berniat untuk memulai obrolan.
Hingga beberapa menit motor Satria tiba di garasi rumah.
"Maaf"
Ucap Satria saat keduanya sudah turun dari motor.
Eria melengos. Tidak ingin menatap wajah Satria sedikitpun. Gara-gara dia semuanya jadi seperti ini.
"Eria, gue tahu kalo ini salah gue. Wajar kalo lo diemin gue kek gitu. Lebih baik kita masuk dan lo istirahat di kamar gue"
Satria menatap Eria sendu. Semua ini juga tidak ada dalam bayangannya.
Eria mengibas tangan Satria yang menggenggamnya.
"Kamu gila ya Sat, bisa-bisanya kamu bilang sama orang tua aku kalau aku hamil. Kamu jahat banget tau nggak!"
Eria menahan tangis gara-gara kejadian ini orang tuanya sangat membencinya.
Bahkan Ibu dan Papa tidak mengatakan apapun saat dirinya dibawa ke rumah ini.
terimakasih thor.
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.