NovelToon NovelToon
Ketika Benci Menemukan Rindu

Ketika Benci Menemukan Rindu

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikah Kontrak / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Kiky Mungil

Perjodohan yang terjadi antara Kalila dan Arlen membuat persahabatan mereka renggang. Arlen melemparkan surat perjanjian kesepakatan pernikahan yang hanya akan berjalan selama satu tahun saja, dan selama itu pula Arlen akan tetap menjalin hubungan dengan kekasihnya.

Namun bagaimana jika kesalahpahaman yang selama ini diyakini akhirnya menemukan titik terangnya, apakah penyesalan Arlen mendapatkan maaf dari Kalila? Atau kah, Kalila memilih untuk tetap menyelesaikan perjanjian kesepakatan mereka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kiky Mungil, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 21. Masih Berteman.

"Oke, cukup." Kalila menengahkan. Dia tidak bisa membiarkan Rafa terus meluapkan kekesalannya pada Arlen, meskipun apa yang dikatakan Rafa benar adanya.

"Seharusnya aku yang memutuskan, kan?" kata Kalila.

"Benar. Kamu ga mungkin membuang waktumu untuk menjalani rumah tangga yang ga berarti ini, kan?" sahut Rafa.

Kalila menatap Rafa dengan tatapan bingung. "Kenapa kamu harus melakukan ini, Raf?"

"Aku hanya membantumu lepas dari pernikahan yang sia-sia ini. Kamu berhak bahagia bersama seseorang yang mencintaimu dan menghargai semua ketulusanmu."

Kalila membuang napas.

Arlen tidak membantah bahwa apa yang dikatakan Rafa sama sekali benar.

"Oke, terima kasih untuk perhatianmu, Raf. Tapi, tetap aku yang akan memutuskan soal hidupku."

"Oke." Rafa mengangguk. "Jadi apa keputusanmu?"

Kalila melihat Arlen, kemudian menatap map coklat yang masih tertutup itu, lalu kembali ke Rafa.

"Aku ga akan menandatanganinya." jawab Kalila.

Rafa melebarkan matanya tak percaya dengan jawaban Kalila. Begitu pun dengan Arlen.

"Ga sekarang." Kalila melanjutkan. "Aku akan tetap melanjutkan pernikahan ini sesuai dengan isi kontrak. Satu tahun dengan semua persyaratannya."

"Persyaratan apa?" tanya Rafa.

"Kami hanya akan bersikap layaknya pasangan jika di depan Mama Erina dan Bunda. Kami akan tetap menjalani kehidupan kami dan kami ga akan mencampuri privasi masing-masing." Kalila menjelaskan dengan singkat.

Rafa kemudian tertawa sinis. "Kamu akan menjalani drama konyol itu untuk apa, La? Apa yang kamu dapat dari-"

"Kirei. Aku mendapatkan kesembuhan adikku, Raf. Kalau bukan karena bantuan dana dari Mama Erina, mungkin sampai detik ini Kirei masih merasakan sakit."

Rafa mendesah pasrah. Dia menyugar rambutnya.

"Perceraian kami pasti akan mengecewakan Mama dan Bunda. Apalagi kalau perceraian itu karena alasan Arlen KDRT. Itu akan sangat menyakitkan hati Mama Erina."

"Padahal hatimu juga sakit." Ketus Rafa.

"Setidaknya, selama satu ini aku dan Arlen akan mencari alasan yang lebih masuk akal untuk mengakhiri ini. Ya, kan?" Kalila melihat Arlen dan menatapnya dengan meminta dukungan Arlen untuk menyetujui keputusannya.

"Bagaimana kalau kita memang ga usah berpisah saja?"

"Hei! Kamu mau kuhajar lagi sampai babak belur?" Rafa sudah melotot dan hendak mendekat kepada Arlen dengan tangannya yang terkepal. Buru-buru Kalila menarik Rafa agar menjauh dan Kalila akhirnya berdiri di antara brankar yang ditempati Arlen dengan Rafa.

"Apa kamu ga ngerti apa yang kukatakan sejak tadi, hah?!" Rafa benar-benar terlihat jengkel. "Mungkin kamu ga peduli dengan kebahagiaan Kalila, tapi aku peduli! Kalila berhak hidup bersama seseorang yang mencintainya sebagai seorang wanita. Apa kamu mencintainya seperti itu?"

Kalila bagaikan digigit semut merah. Dia dibuat terkejut dengan pertanyaan yang diajukan Rafa kepada Arlen.

"Aku-"

"Cukup!" Kalila akhirnya mengangkat kedua tangannya. "Cukup!" Dia menatap Rafa dengan tatapan galaknya. "Lebih baik kamu pulang saja. Terima kasih sudah membawakan sandal dan keperluanku yang lain. Tapi, apa yang terjadi denganku dan Arlen, biarkan kami yang menyelesaikannya." ujar Kalila tegas. Meski pun Rafa tidak yakin dengan Kalila akan membuat keputusan yang adil untuk dirinya sendiri, tapi pada akhirnya Rafa mengalah dan menghargai keputusan bulat Kalila.

"Baiklah." kata Rafa akhirnya. "Terserah padamu saja. Tapi, jika dia memaksamu lagi untuk melakukan sesuatu, bilang padaku, dengan senang hati aku akan menghajarnya."

Rafa mendelik tajam pada Arlen yang hanya bisa diam saja.

"Arlen ga akan melakukan apa-apa lagi padaku. Aku akan baik-baik saja." ujar Kalila dengan sedikit putus asa untuk meyakinkan Rafa. "Lagi pula, apa kamu akan terus menghajar temanmu?"

"Kamu masih menganggapnya teman setelah semua yang dia lakukan padamu?"

"Ya." jawab Kalila tanpa ragu.

Arlen seketika menoleh pada Kalila. Hatinya tercubit mendengar bagaimana wanita sudah dia sakiti itu masih menganggapnya teman.

"Kamu dengar itu." ucap Rafa sinis pada Arlen. "Untuk semua yang kamu lakukan padanya, dia masih menganggap mu teman. Kalau aku jadi Kalila, aku akan membencimu seumur hidupku." Kemudian Rafa hanya melihat Kalila sejenak, lalu keluar begitu saja dari dalam ruang perawatan itu tanpa pamit.

Kalila menghela napas panjang begitu pintu tertutup rapat.

"Apa benar begitu, La?" tanya Arlen kemudian.

"Apanya?"

"Kamu masih menganggap ku temanmu? Untuk semua yang pernah aku lakukan padamu?"

"Ya." jawab Kalila. "Karena kesalahpahaman ini juga terjadi karena aku yang merahasiakannya darimu. Tapi, aku rasa, kita butuh berjarak."

"Maksudnya?"

"Aku butuh waktu untuk menenangkan diriku, jadi aku harap, setelah dirimu sehat nanti, jangan berada terlalu dekat denganku."

Arlen masih mengerutkan keningnya.

"Karena...a-aku masih sedikit trauma dengan apa yang terjadi kemarin malam. Jadi, kuharap kamu mengerti."

Arlen tersenyum miris sekali. Penyesalan besar terlihat nyata dalam tatapan mata pria itu.

"Maaf." katanya penuh sesal. "Kamu pasti takut padaku. Kamu pasti melihatku kini seperti monster."

"Ga juga seperti monster. Aku hanya..."

"Ijinkan aku bertanggung jawab, La. Aku sungguh-sungguh."

"Kita bicarakan itu lagi nanti.

"Astaga... aku memang bodoh sekali!"

"Sudahlah, sekarang fokus saja untuk kesembuhanmu."

"Seharusnya kamu marah padaku, La. Seharusnya kamu memukulku. Atau seharusnya tadi kamu biarkan Rafa menghajarku, karena semua yang dia katakan memang benar. Seharusnya kamu luapkan semua bentuk sakit hatimu padaku."

Kalila mendesah lelah. "Aku ga punya banyak energi untuk itu, Ar. Aku lebih memilih menyimpan energiku untuk hal-hal yang membuat hatiku damai."

* * *

Langit diluar sudah berubah gelap, Kalila menutup tirai jendela setelah selesai memberikan Arlen obat setelah makan malam.

"Aku keluar sebentar, ya." kata Kalila.

"Mau kemana?"

"Beli makan."

Baru saja Kalila menjawab, Noe datang lagi dengan membawa kantong makanan. "Ini makan malam untuk Nona, Tuan."

Kalila melihat Arlen, "Kamu memesankan aku makanan lagi? Tadi siang juga. Sore kamu pesankan aku camilan. Kasihan Noe jadi bolak-balik. Padahal aku bisa beli sendiri."

"Ga apa-apa, La. Kamu pasti udah capek mengurusku." Sahut Arlen.

"Noe sudah makan? Kalau belum, makan bersama saja." Kalila bertanya pada Noe.

"Saya sudah makan, Nona. Terima kasih."

"Tapi ini porsinya banyak. Mana sanggup aku habiskan sendiri."

Tapi pada akhirnya Kalila menghabiskan porsi makannya. Arlen sampai tersenyum-senyum sendirian melihat bagaimana Kalila makan.

Tidak seperti Miranda yang selalu banyak aturan dalam menentukan makan. Bahkan seringnya tidak dihabiskan karena takut berat badannya naik.

Tapi Kalila, dia makan dengan selalu lahap. Tidak pernah menyisakan makanan. Juga tidak pilih-pilih makanan.

"Kenapa?" tanya Kalila yang melihat Arlen tersenyum-senyum.

"Katanya tadi porsinya kebanyakan."

"Ya dari pada mubazir."

Malam semakin larut, Kalila sudah merebahkan tubuhnya di atas sofa. Matanya sudah satu karena mengantuk, tapi dia masih menyempatkan diri bertanya apakah Arlen masih merasakan perutnya sakit. Apakah Arlen membutuhkan sesuatu, sebelum akhirnya Kalila meringkuk terlelap di atas sofa.

Ada perasaan aneh melihat bagaimana Kalila mengurusnya. Ini memang bukan kali pertama Kalila mengurus dirinya yang sakit. Hanya saja, kali ini Arlen merasakan ada sesuatu yang berubah.

.

.

.

Bersambung

1
Kiky Mungil
Yuk bisa yuk kasih like, komen, dan ratingnya untuk author biar tetep semangat update walaupun hidup lagi lelah lelahnya 😁

terima kasih ya yang udah baca, udah like karya aku, semoga kisah kali ini bisa menghibur teman-teman semuanya ❤️❤️❤️

Saranghae 🫰🏻🫰🏻🫰🏻
Ana Natalia
mengapa selagi seru2nya membaca terputus ceritanya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!