Anyelir adalah salah satu nama apartemen mewah yang terletak di sudut kota metropolitan. Suatu hari terjadi pembunuhan pada seorang wanita muda yang tinggal di apartemen anyelir 01. Pembunuhnya hanya meninggalkan setangkai bunga anyelir putih di atas tubuh bersimbah darah itu.
Lisa Amelia Sitarus harus pergi kesana untuk menyelidiki tragedi yang terjadi karena sudah terlanjur terikat kontrak dengan wanita misterius yang ia ditemui di alun-alun kota. Tapi, pada kenyataan nya ia harus terjebak dalam permainan kematian yang diciptakan oleh sang dalang. Ia juga berkerjasama dengan pewaris kerajaan bisnis The farrow grup, Rafan syahdan Farrow.
Apa yang terjadi di apartemen tersebut? Dan permainan apakah yang harus mereka selesaikan? Yuk, ikutin kisahnya disini.
*
Cerita ini murni ide dari author mohon jangan melakukan plagiat. Yuk! sama-sama menghargai dalam berkarya.
follow juga ig aku : @aca_0325
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mapple_Aurora, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
Pagi ini setelah insiden pembunuhan terhadap Naomi, apartemen anyelir kembali ramai di datangi awak media. Kali ini mereka berbondong-bondong berdiri di luar garis polisi.
Tv nasional kembali di hebohkan dengan kematian artis cantik Naomi Iravathi. Saat ini hampir semua orang membicarakan tentang apartemen anyelir dan mulai mempertanyakan keamanan tempat tinggal mewah itu.
Di kursi kebesaran nya Adrian dinata mengetatkan rahang, beberapa barang ia banting ke lantai menimbulkan suara keras yang mengejutkan inspektur Adi yang duduk ada sofa panjang di ruangan tersebut.
" Anda tidak bisa lagi menutupi kasus ini, pak."Kata inspektur Adi setelah dilihat nya adrian duduk kembali.
"Kalau begitu cepat temukan pelakunya, sialan."Maki Adrian.
"Perempuan itu, harusnya belum pergi jauh. Kalian bisa menjebloskan dia ke penjara dan membersihkan kembali nama Anyelir."kata Adrian lagi.
Dahi inspektur adi mengerut tak senang," terlalu dini untuk menuduh Clarissa sebagai pelakunya-"
" Buktinya sudah ada di rumahnya. Apalagi yang membuatmu ragu?"
" Pisau yang ada dirumah Clarissa memang milik pembunuh. Tapi, tidak ada sidik jari disana. Lagipula bisa saja pelaku aslinya sengaja meletakkan pisau tersebut di dalam kamar Clarissa untuk mengalihkan perhatian."Kata Adi, meski sekarang semua bukti memang mengarah pada Clarissa tapi masih ada beberapa kejanggalan.
Kalaupun benar Clarissa pembunuhnya tidak mungkin dia akan meletakkan pisau yang menjadi bukti penting diletakkan begitu saja di dalam kamarnya, diatas ranjang pula. Bukankah seharusnya dia menyembunyikan pisau itu agar tidak bisa ditemukan.
"Kau hanya perlu menangkapnya dan menjebloskan di ke penjara!"penuh amarah Adrian menarik kerah baju Adi ,"lakukan saja tugasmu. Aku tidak mau menerima berita yang sama lagi, sialan."
"Bagaimana kalau setelah menangkap Clarissa tetap terjadi pembunuhan?"
Adrian melotot, di hempaskan kasar tangannya dari baju Adi lantas duduk kembali. Ia mengambil sebatang rokok, menghisap begitu hikmat lalu menghembuskan asapnya tepat mengenai wajah adi.
Polisi itu yang sudah sangat terbiasa dengan tabiat Adrian hanya diam saja. Percuma melawannya, karena jika dilawan Adrian akan semakin menjadi, atau bahkan mungkin akan membuat nya kehilangan pekerjaan.
"Saya akan melakukan yang terbaik untuk menangkap pelakunya, pak."Adi berdiri, memberi hormat singkat pada Adrian.
"Kalau tidak ingin kehilangan jabatan penting itu maka kamu harus melakukannya dengan benar."Kata Adrian dingin, matanya menatap lurus penuh intimidasi pada Adi,"kamu paham?"
Adi mengangguk cepat lalu segera pergi dari ruangan itu. Ia hanya bisa mengeluh setelah barada diluar. Setiap kali dipanggil masuk kesana, Adi hanya akan merasakan sakit kepala.
...°°°...
Anyelir terlihat lebih ramai dari biasanya, banyak wartawan yang berkumpul di sana khususnya di apartemen 50 demi bisa mengambil gambar lokasi kejadian.
Diantara para kerumunan yang memenuhi lorong lantai lima puluh, Lisa berdiri dekat tembok, kedua tangannya terlipat di depan dada. Ia terus berpikir tentang Naomi dan juga Clarissa.
Jasad Naomi sudah dibawa untuk di autopsi, sementara Clarissa pergi entah kemana sejak menerima telepon misterius tadi malam. Wanita itu tidak ingin berurusan dengan polisi memilih menyembunyikan diri. Lisa yakin sekali kalau yang menelpon Clarissa adalah si pembunuh.
" Sudahlah, raf, kita serahkan saja ke polisi. Lagipula bisa saja paket yang kamu terima itu salah alamat,"
"Kamu nggak akan ngerti. Paket ini jelas dikirimkan dengan sengaja ke sini,"
Mendengar dua suara yang dikenalnya, Lisa pun menoleh. Rafan dan Farhan sedang membahas sesuatu tepat di sebelah Lisa. Dari yang lisa dengar kedua orang itu sedang membahas paket misterius yang pasti sudah diterima oleh salah satu dari mereka.
"Hai,Lisa, kita bertemu lagi. Kamu pasti juga ikut penasaran dengan apa yang dilakukan Clarissa ya?"Sapa Farhan sembari bertanya, dia tersenyum ramah pada Lisa. Sementara Rafan meliriknya sekilas kemudian kembali memperhatikan orang-orang yang berlalu lalang.
"Aku nggak sengaja dengar tadi, kamu lagi bahas paket apa?"Tanya Lisa.
"Bukan apa-apa,"jawab Rafan cepat.
"Iya, Lisa, bukan apa-apa kok."kata Farhan mengulang jawaban Rafan.
Lisa mengangguk paham, ia hanya bertanya secara santai dan juga tidak ingin terlalu tahu. Namun menurut Lisa semua orang pasti akan menerima paket tersebut, paket misterius yang berisi permainan gila. Ini hanya dugaan tapi entah kenapa Lisa sangat yakin.
Sepertinya tidak ada informasi yang bisa didapatkan jika hanya berdiri diam disini. Lisa menghela nafas panjang kemudian berbalik pergi, ia akan kembali ke apartemen nya dan memikirkan lagi rencana penyelidikan.
"Tunggu!"Rafan menarik tangan Lisa membuat gadis itu seketika berhenti, mereka saling bertatapan sebentar lalu Rafan lebih dulu mengalihkan pandangan.
"Ada apa?"Tanya Lisa.
"Bisa kita bertemu nanti malam di lorong lantai satu?"tanya Rafan hampir berbisik.
Lisa mengerutkan dahinya bingung, setelah berpikir sejenak ia menganggukkan kepala.
"Ada apa ,Raf? Jangan bilang kamu tertarik sama dia?"Ejek Farhan setelah Lisa pergi.
Menggeleng pelan, Rafan mengabaikan Farhan dan juga kembali ke kamarnya.
...***...
jangan lupa vote, komen dan subscribe yaa....
Follow juga ig : @aca_0325