Alisa terpaksa menerima pernikahan kontrak dengan seorang CEO kakak dari sahabatnya, yang di tinggal pergi oleh calon istrinya saat 1 hari acara pernikahan mereka.
Alisa menerima pernikahan itu dengan terpaksa, karena ayahnya yang membutuhkan uang yang lumayan banyak untuk pengobatan jantungnya.
Selama 5th menjalani pernikahan kontrak itu, pernikahannya terbilang baik baik saja, karena suaminya menerima keberadaan Alisyah di sisinya, karena Alisa gadis yang penurut dan pintar mengambil hati suami dan keluarganya.
Namun pernikahan yang sudah berjalan 5th itu harus kandas karena ke datangan calon istri sang suami yang telah menghilang tanpa kabar selama 5th itu.
Lalu bagaimana kehidupan Alisa setelah itu?
Yuk.... Ikuti cerita selengkapnya, jangan lupa tinggalkan jejak😁
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon devi oktavia_10, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14
**Masih tahap revisi**
"Bu, apa sekarang sudah waktunya mereka bertemu dengan ayah mereka?" ucap sendu Alisa.
"Kenapa begitu, nak?" tanya bu Lastri yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan sang anak.
Alisa menghela nafas beratnya.
"Aku di minta ke rumah sakit Cahaya Bunda tempat aku bekerja dulu bu, papa Daniel minta aku kembali ke sana, oma sedang kritis, papa Daniel butuh aku untuk menangani oma." sendu Alisa.
"Pergi lah, nak. Kasian oma, dia sudah sangat merindukan kamu, dan cicit cicitnya, kamu tau bukan..., selama ini oma Prita sangat menyayangi kamu seperti cucu kandungnya, yang bersalah itu mertua kamu, bukan semua orang, dan kamu bisa lansung minta kejelasan tentang statusmu sekarang nak, kamu ini masih istri orang atau sudah janda, masalahnya sampai sekarang belum ada kejelasan." tutur bu Lastri.
"Dan satu lagi. Anakmu juga butuh kasih sayang seorang ayah nak, mereka memang tidak pernah bilang rindu kepada ayahnya, bukan bearti mereka tidak menginginkan kehadiran ayahnya, mereka berhak tau siapa ayahnya, kamu yang sudah dewasa saja masih ingin bermanja manja sama bapak, apa lagi mereka yang masih kecil, yang tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah, mereka juga ingin seperti teman temannya nak, turunin ego mu, dan sekarang apa yang kamu impikan sudah tercapai bukan..., Impian mu menjadi dokter spesialis jantung sudah tercapai, dan saatnya sekarang kamu turunin egomu demi anak anakmu, sayang." tutur pak Rian panjang lebar, memberi nasihat kepada Alisa.
Deg....
Kata kata sang bapak menusuk relung hati Alisa, sungguh dia merasa ibu yang buruk, yang tidak peka dengan anak anaknya, dia hanya mementingkan egonya sendiri, dia pikir anak anaknya tidak butuh kehadiran ayahnya di sisinya, karena dia sudah memberikan kasih sayang yang cukup untuk anak anaknya, walau beberapa waktu ini dia sedikit agak sibuk, karena tuntutan pekerjaan yang sangat padat.
"Hiks.... Ternyata aku bunda yang buruk ya Bu... Aku bunda yang egois, yang hanya mementingkan perasaanku saja, aku lupa dengan perasaan anak anakku, aku egois karena takut kehilangan anak anakku bu, aku takut ayahnya akan mengambil mereka hiks...." isak penuh sesal sekaligus takut kehilangan buah hatinya.
Grep....
"Bunda adalah bunda terbaik untuk kami, bunda tidak egois, bunda selalu ada untuk kami, jangan merasa bersalah bun, semua bukan salah bunda, bunda seperti ini karena takut berpisah dengan kami, kami mengerti itu bunda, jadi.... Bunda jangan merasa bersalah." Arsya lansung memeluk bundanya, dia anak laki laki yang sangat menyanyangi bundanya.
"Iya, Bunda adalah ibu peri kami, kita berpisah dari ayah pasti ada sebabnya, bunda jangan menyalahkan diri sendiri, nanti cantik bunda hilang loh." rayu Arsyi ikut memeluk sang bunda.
Tiba tiba anak kembar itu sudah memeluk Alisa yang sedang menangis tersedu sedu, dari tadi mereka menguping pembicaraan sang bunda dan neneknya itu.
"Ahhh.... Kalian memang anak anak yang pengertian, bunda makin sayang sama kalian, maafin bunda ya nak, bunda sudah egois sama kalian." sendu Alisa.
"Tidak perlu meminta maaf bun, sekali lagi bunda tidak salah." omel Arsyi memelototkan matanya, karena kesal kepada sang bunda, tingkah arsyi tersebut bukan membuat takut Alisa, justru membuat Alisa tertawa karena menurutnya tingkah Arsyi itu sangat mengemaskan.
"Ok ok, bunda tidak minta maaf lagi, gimana? apa kalian sudah siap bertemu ayah kalian." ucap Alisa.
"Sangat siap bun, lihat saja. Kami akan menghukum ayah karena berani beraninya membuat bunda menderita." semangat Arsyi penuh semangat dan mata berbinar.
"Baiklah.... Lusa kita kembali ke ibu kota, apa kalian tidak masalah pindah sekolah?" tanya Alisa.
"Tentu saja tidak masalah, nanti kami punya teman baru." sahut Arsya.
Sementara di tepat lain.
Rafael semakin muak menghadapi mamanya dan Anita.
"El.... Sudah sangat lama loh perempuan itu pergi, kenapa sih kamu masih menunggunya, lepaskan saja wanita itu, dan menikah lah dengan Anita." bujuk sang mama, bukannya sadar diri namun bu Sarah makin menjadi.
"Sampai kapan pun saya tidak akan pernah melepaskan istri saya, dia pergi karena mama, dan kau....! jangan pernah membujuk mama saya untuk menikahi wanita sepertimu, istri saya lebih beharga dari pada wanita murahan seperti kau itu!" sinis Rafael.
"Rafael.... Jaga ucapan mu, aku bukan wanita murahan!" pekik Anita tidak terima, sungguh sakit hati Anita yang selalu saja di hina oleh Rafael, apa salahnya dia mendekati laki laki duda itu, lagian mereka berpisah sudah 8th lebih, dan wanita itu tidak tau hilang kemana, entah sudah mati bunuh diri atau bagaimana, hingga sampai saat ini tidak bisa di temukan, wajar dong klau dia mengejar mantan tunangannya itu, sayang kalau di lewatkan begitu saja, karena perusahaan Rafael makin mendunia, siapa yang tidak ingin bersanding menjadi nyonya Rafel Kalandra itu, hanya wanita bodoh saja yang tidak mau.
"Klau kau tidak murahan, apa namanya, wanita gatal pengen di garuk, sampai sampai mengejar ngejar laki laki beristri." cibir Rafael.
"El... Jangan bicara seperti itu nak, Anita tidak salah, wajar saja klau Anita mendekati kamu, sudah 8th kamu menduda, kamu butuh pendamping nak, untuk mengurus dirimu, lihat lah penampilan kamu sekarang, tidak ada bagus bagusnya." tutur sang mama.
"Yang salah di sini mama! mama yang mengusir istriku, pergilah sebelum saya semakin muak, dan saya blokir juga kartu yang saya kasih ke mama, mama mau hu..." geram Rafael.
Nyali bu Sarah menciut mendengar ucapan anaknya itu, akhirnya bu Sarah keluar dari ruangan Rafael dari pada kartu ATM yang di berikan oleh Rafael ikut di blokir, makin ngenes aja hidupnya.
Sementara Anita mengepalkan tangannya dengan sangat kuat, dia kehabisan cara untuk meluluhkan hati Rafael, sudah berbagai macam cara dia lakukan, namun tidak satupun yang berhasil.
"Apa lagi yang mama lakuin ke rafael hu.... Bukannya menunggui oma di rumah sakit, malah membawa ja lang ke perusahaan ini, malu maluin saja, apa begini kelakuan mama untuk mendekati papa dulunya hu...." sinis Raffi menatap sang mama.
"Raffi.... Jaga ucapanmu!" pekik bu Sarah dengan wajah memerah menahan marah.
"Kanapa saya harus menahan ucapan saya, memang kenyataannya seperti itu." sinis Raffi.
"Dasar anak durhaka kamu, menyesal saya membesarkan kamu, kenapa kamu tidak mati saja bersam ibumu." ucap bu Sarah keceplosan.
Deg....
"R-raffi...." Gugup bu Sarah yang baru sadar dengan ucapanya yang membongkar siapa Raffi sebenarnya.
"Kenapa hu.... Kaget dengan ucapan sendiri." sinis Raffi menatap tajam bu Sarah.
"Nak, b-bukan itu maksud mama." gugup bu Sarah.
"Ck, anda fikir saya tidak tau siapa anda, saya sudah tau sejak lama, anda itu bukan ibu kandung saya, tapi saya bisa terima anda menjadi ibu sambung saya, karena sifat anda yang baik waktu itu, bukan seperti sekarang ini, jadi.... Mulai sekarang jangan pernah merasa saya ini anak anda, Rafael mungkin bisa bermurah hati sama anda, karena anda adalah ibu kandungnya, namun saya tidak, anda bisa saja saya depak dari rumah besar itu, karena anda tidak punya hak di sana." sinis Raffi.
Raffi memang bukan lah anak kandung bu Sarah, Raffi adalah anak dari mendiang istri pak Raka yang sampai saat ini tidak tau jasadnya berada dimana, karena istri pertama Pak Raka itu korban kecelakaan pesawat saat dia kembali dari luar negeri dalam perjalanan bisnisnya.
Pak Raka menikahi bu Sarah karena wajah dan sifat bu Sarah hampir mirip dengan mendiang istrinya, apa lagi saat itu Raffi masih sangat kecil di tinggal sang mama, dia butuh kasih sayang seorang ibu, dengan pertimbangan itu lah pak raka menikahi bu Sarah.
Deg.....
Jantung bu Sarah berpacu lebih cepat mendengar penuturan Raffi itu, dia tidak menyangka anak sambungnya itu sudah tau siapa dia dirinya, padahal dia sudah susah payah menyingkirkan semua kenangan Raffi dengan mendiang sang mama, namun semua sia sia, bu Sarah pun semakin takut, karena rumah yang dia huni sekarang ini memang lah bukan milik dirinya, namun hadiah pernikahan sang suami dan mendiang sang istrinya bahkan bu Sarah sendiri sampai saat ini tidak di izinkan masuk ke dalam kamar mendiang istri suaminya itu, yang sudah di alih fungsikan menjadi ruang kerja sang suami, entah apa yang ada di dalam sana, bu Sarah pun tidak tau.
"Dan, kau! wanita tak tau malu, pergilah, jangan memperlihatkan wajah jelek mu itu di perusahaan saya ini, saya tidak ingin karyawan saya terkontaminasi oleh virus yang kau bawa." sinis Raffi.
*Dasar kurang *jar." geram Anita tidak Terima dengan hinaan yang di lontarkan oleh Raffi tersebut, namun nyalinya menciut dengan tatapan tajam Raffi itu.
"Kenapa, hmmm... tidak terima?" cibir Raffi.
Anita hanya bisa menatap kesal dan tak mampu membalas kata kata pedas Raffi itu, dia memilih keluar dari ruangan itu, tanpa bisa melakukan misi yang sudah dia rencanakan.
"Mama mau menunggu apa lagi? mau di usir seperti wanita tadi? " sinis Raffi.
"Ck, iya iya, mama pulang." kesal bu Sarah.
Besambung....
loe aja yg bodoh Rafael nikmati aja kebodohan dan penyesalan loe