NovelToon NovelToon
Om Bule, Kawin, Yuk!

Om Bule, Kawin, Yuk!

Status: tamat
Genre:Tamat / Cintapertama / One Night Stand / Konflik etika / Percintaan Konglomerat / Cinta Seiring Waktu / Penyelamat
Popularitas:55.7k
Nilai: 5
Nama Author: 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒

John Ailil, pria bule yang pernah mengalami trauma mendalam dalam hubungan asmara, mendapati dirinya terjerat dalam hubungan tak terduga dengan seorang gadis muda yang polos. Pada malam yang tak terkendali, Nadira dalam pengaruh obat, mendatangi John yang berada di bawah pengaruh alkohol. Mereka terlibat one night stand.

Sejak kejadian itu, Nadira terus memburu dan menyatakan keinginannya untuk menikah dengan John, sedangkan John tak ingin berkomitmen menjalin hubungan romantis, apalagi menikah. Saat Nadira berhenti mengejar, menjauh darinya dan membuka hati untuk pria lain, John malah tak terima dan bertekad memiliki Nadira.

Namun, kenyataan mengejutkan terungkap, ternyata Nadira adalah putri dari pria yang pernah hampir menghancurkan perusahaan John. Situasi semakin rumit ketika diketahui bahwa Nadira sedang mengandung anak John.

Bagaimanakah akhir dari kisah cinta mereka? Akankah mereka tetap bersama atau memilih untuk berpisah?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon 𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

9. Tak Pernah Tega

Sore menjelang malam, John melangkah masuk ke apartemennya dengan ekspresi yang terlihat lelah setelah seharian bekerja. Pikirannya langsung tertuju pada Nadira, yang biasanya akan menyapanya dengan senyuman ketika ia pulang. Ia berjalan cepat menuju kamar Nadira dan mengetuk pintu beberapa kali.

"Nadira? Kamu di dalam? Nadira?" panggilnya sambil mengetuk.

Namun, tak ada suara balasan. Ia mengetuk lagi, sedikit lebih keras kali ini. Tetap saja, sunyi. Setelah beberapa saat menunggu tanpa jawaban, John memutuskan untuk membuka pintu dan masuk. Ia mencari Nadira di kamar itu, namun kamar terlihat kosong dan rapi, tanda bahwa gadis itu sudah pergi sejak lama.

“Kemana dia pergi?” gumamnya pelan dengan alis yang berkerut cemas.

John melangkah ke ruang tamu, duduk, dan berusaha menunggu Nadira pulang. Pikirannya tak bisa tenang, bertanya-tanya kenapa gadis itu pergi tanpa memberitahunya. Waktu berlalu, dan menjelang malam, kekhawatirannya semakin tumbuh. Ia melirik jam di dinding yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Tepat saat ia hendak berdiri untuk mencarinya, suara pintu yang terbuka dari luar membuatnya menoleh.

Sosok Nadira muncul dari balik pintu. Ia tampak terkejut begitu melihat John menunggunya di ruang tamu, ekspresinya berubah sedikit kaget.

"Dari mana saja kamu?" tanya John dengan nada rendah, tapi jelas penuh kekhawatiran.

Nadira tampak terdiam sejenak, seperti tak menyangka bahwa John akan menunggunya. "Eh… aku baru saja pulang dari kafe."

"Kamu nongkrong di kafe sampai malam begini?" John bertanya dengan dahi berkerut, nada suaranya setengah menegur.

Nadira menggeleng cepat dan menatapnya dengan sedikit gugup. "Aku... aku bekerja paruh waktu di kafe itu, Om John," jawabnya pelan.

Nadira menatap lantai sejenak, lalu menghela napas sebelum berkata pelan, suaranya penuh ketegangan yang ia coba tahan.

"Aku... mencari uang untuk biayai kuliahku," ucap Nadira sambil sedikit menggigit bibirnya, mencoba menjaga nada suaranya tetap tenang. Nadira terdiam sejenak, wajahnya seolah penuh dengan luka lama yang terbuka kembali.

"Jadi... ya, aku mencari pekerjaan part time," lanjutnya sambil tersenyum tipis, meskipun tampak jelas senyumnya menyembunyikan rasa sedih yang mendalam. "Aku sudah terbiasa kok," tambahnya, mencoba terlihat ceria dan kuat.

John menatap Nadira, masih terkejut mendengar ceritanya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau gadis itu, yang selama ini tinggal di apartemennya dengan tenang, sebenarnya menjalani kehidupan yang berat. Kenyataan bahwa Nadira harus bekerja paruh waktu demi uang membuatnya merasa... entah mengapa, hatinya seperti tertarik ke dalam simpati yang tak ia inginkan.

Nadira tampak menunduk, seolah malu menceritakan kondisinya. John ingin mengajukan banyak pertanyaan, rasa penasarannya semakin dalam, namun ia menahan diri. "Tidak. Aku tidak boleh terlalu banyak tahu tentang hidupnya. Aku tidak ingin terseret masuk lebih jauh dalam kehidupan gadis ini," batinnya mencoba mengingatkan dirinya sendiri.

Setelah hening beberapa saat, John akhirnya memecah keheningan. "Jadi... kamu kuliah di mana?"

Nadira menyebutkan nama universitasnya. John mengangguk kecil, lalu berkata dengan nada lembut, "Baiklah, sudah malam. Kamu istirahat saja, Nadira."

Nadira mengangguk patuh, menyembunyikan sedikit rasa lega, dan segera bergegas menuju kamarnya. Setelah pintu kamarnya tertutup, John duduk di sofa, termenung sesaat. Pikirannya berputar, menimbang segala sesuatu yang baru saja ia dengar. Tanpa sadar, ia mengeluarkan ponselnya, mulai mencari informasi tentang apartemen atau kamar sewaan di dekat kampus Nadira. "Ini lebih baik,"pikirnya. Dia akan punya tempat sendiri dan… aku bisa menjauhkan diri."

Namun, saat ia menggeser-geser jarinya di layar, ia mulai merasa aneh. "Kenapa aku melakukan semua ini?" gumamnya pelan, seakan bertanya pada dirinya sendiri. "Kenapa aku begitu peduli pada gadis itu? Bukankah seharusnya aku tidak mempersulit diriku sendiri?"

Tetapi meski bertanya-tanya pada dirinya sendiri, ia tetap melanjutkan pencariannya. Kemarin ia mencari tempat tinggal untuk Nadira tanpa mengetahui letak kampus Nadira, tapi setelah tahu, ia mencari tempat yang dekat dengan kampus Nadira.

Keesokan harinya setelah sarapan, John menatap Nadira dengan ekspresi serius, jelas tidak mengharapkan penolakannya. Ia menarik napas panjang, berusaha untuk tetap tenang.

"Nadira," ucap John dengan nada tegas namun lembut, "kamu nggak perlu merasa terbebani atau memaksakan diri untuk tetap tinggal di sini. Aku sudah menyiapkan tempat yang nyaman untukmu, dan lokasinya dekat dengan kampusmu. Kamu bisa lebih fokus kuliah tanpa harus memikirkan jarak atau kelelahan bolak-balik."

Nadira tersenyum tipis, mencoba menahan kehangatan yang timbul dari perhatian John yang sebenarnya sangat berarti baginya. "Terima kasih, Om John," katanya pelan. "Tapi sungguh, aku nggak masalah tinggal di sini. Aku bisa bantu bersih-bersih, masak, dan merawat apartemen ini. Mungkin masakanku nggak akan langsung cocok dengan selera Om John, tapi aku bisa belajar... aku akan berusaha."

John menatap Nadira sejenak, merasa dilematis. Di satu sisi, ia ingin gadis itu mendapatkan tempat yang layak dan nyaman agar lebih mandiri. Namun di sisi lain, permintaan Nadira terdengar tulus, dan ia merasa kesulitan menolak.

"Ini bukan soal seberapa baik kamu bisa merawat apartemen ini," John menjawab akhirnya, mencoba menekan rasa bersalah dan simpati yang mulai mencuat. "Kamu punya kehidupanmu sendiri, Nadira, demikian pula dengan aku. Aku hanya ingin memastikan kamu nyaman dan aman... dengan caraku, meskipun tak tinggal bersamaku."

Nadira menunduk sesaat, menyembunyikan senyum kecil di wajahnya yang terpaksa. "Aku paham, Om John. Tapi aku merasa lebih aman di sini. Lagi pula, aku senang bisa melakukan sesuatu untuk... berterima kasih."

John menghela napas, sadar bahwa perdebatan ini mungkin tidak akan selesai dalam waktu singkat. "Baiklah. Kita lihat saja ke depannya," gumamnya akhirnya, menyerah untuk saat ini. "Tapi kalau ada yang kamu butuhkan, bilang saja padaku."

Nadira mengangguk, tersenyum penuh syukur.

John mengulurkan kartu ATM ke arah Nadira. "Ini, pakai saja untuk keperluan apapun yang kamu butuhkan. PIN-nya 102510," katanya dengan nada datar, menyembunyikan perasaan bingung di balik wajahnya yang tenang.

Nadira menerimanya dengan penuh rasa terima kasih, menundukkan kepala sedikit. "Terima kasih, Om John," ucapnya dengan senyum cerianya, seraya berjanji dalam hati bahwa ia hanya akan menggunakan kartu itu untuk kebutuhan apartemen, tidak untuk dirinya sendiri.

Melihat Nadira menerima kartu itu tanpa banyak protes, bahkan terlihat ceria, John menghela napas panjang, sedikit frustrasi pada dirinya sendiri. “Kenapa aku jadi seperti ini?” gumamnya dalam hati. Lagi-lagi, ia merasa tak bisa tegas dengan gadis ini. Seharusnya, sejak awal ia bersikap lebih keras, tetap memaksanya pindah ke apartemen yang telah ia siapkan. Namun, entah bagaimana, setiap kali ia melihat Nadira, rasa simpati selalu muncul dan membuat tekadnya melemah.

Nadira menyimpan kartu itu dengan hati-hati, senyum hangat tersungging di bibirnya. "Aku janji akan menjaga apartemen ini, Om John. Terima kasih untuk semua kebaikan Om."

John hanya mengangguk kecil, menatap Nadira sejenak sebelum beranjak pergi. Ia masih merasa bimbang, tetapi untuk kali ini, ia membiarkan Nadira tinggal, meski, dalam hati, ia bertekad untuk tetap mengawasi.

...🍁💦🍁...

.

To be continued

1
Anitha Ramto
ooh sudah End...happy ending
iroh hotijah
tamat /Sweat/ kutunggu karya selanjutnya thx kk moga ttp semangat berkarya
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ditunggu karya selanjutnya kak💪😊
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
jadi kisah ini sudah tamat? padahal masih belum rela... 😔😔😁😁
belum tau juga anak nadira laki atau perempuan.
Danang sulistyo: sama sependapat 😊😊
total 1 replies
Danang sulistyo
alhamdulillah....selesai...sukses sllu thor ditunggu up terbarunya
kaylla salsabella
terimakasih atas karya " kal Nana sehat selalu dan di murah kan Rizky nya🥰🥰
𝕯𝖍𝖆𝖓𝖆𝖆𝟕𝟐𝟒: Aamiin 🤗🙏🙏🙏
total 1 replies
kaylla salsabella
akhirnya hancur mereka 😁😁
abimasta
akhirnya beno ditangkap
Anitha Ramto
akhirnya si Beno tertangkap juga...tinggal dua ular tuh yg lg di Villa blm tertsngkap
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semoga beno, Sandra, Sasha mendapat hukuman yg seadil-adilnya. bukan hanya 6,5 thn.
Anitha Ramto
Tegaang...kamulah yang akan kalah Beno...yg akan tertawa terakhir..

Tinggal tunggu kehancuran si Beno..dan akan menjadi gembel
kaylla salsabella
wah kira" bukti" udah di musnahkan belum ya
Dwi Winarni Wina
Siap2 aja beno tunggu aja kehancuranmu dan dijebloskan kepenjara biar jera dan kapok,,,

John yg skrg lbh kuat dan tanggung tidak mudah dihancurkan seperti dulu lagi beno....
sebentar lg jatuh miskin dan jd gembel dijalanan...

Lanjut thor......
Kadek Sri
lanjut
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
semua berlomba dengan waktu. bersiaplah kalah. beno.
Mira Hastati
ayo beno siapkan diri untuk karma yang sedang menantimu
kaylla salsabella
wah bentar lagi kamu bakal hancur beno
Dwi Winarni Wina
Nadira mendukung john menghancurkan beno dan rebut harta warisan ibunya yg dikuasai beno...

Siap2 beno akan mengalami kehancuran dan kebusukan akan terbongkar...
Beno dan duo ulet bulu sandra dan sasa akan jatuh miskin dan jd gembel dijalanan selama ini menikmati harta warisan ibunya nadira...
Anitha Ramto
semoga berhasil misinya Nadira,,dan Timnya untuk merebut kembali milik Nadira dan Ibuny
◌ᷟ⑅⃝ͩ●⍣క🎸BuNdAιиɑ͜͡✦●⑅⃝ᷟ◌ͩ
ya. itulah langkah pembalasan terbaik.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!