"Tidak semudah itu kamu akan menang, Mas! Kau dan selingkuhanmu akan ku hancurkan sebelum kutinggalkan!"
~Varissa
_____________________
Varissa tak pernah menyangka bahwa suami yang selama ini terlihat begitu mencintainya ternyata mampu mendua dengan perempuan lain. Sakit yang tak tertahankan membawa Varissa melarikan diri usai melihat sang suami bercinta dengan begitu bergairah bersama seorang perempuan yang lebih pantas disebut perempuan jalang. Ditengah rasa sakit hati itu, Varissa akhirnya terlibat dalam sebuah kecelakaan yang membuat dirinya harus koma dirumah sakit.
Dan, begitu wanita itu kembali tersadar, hanya ada satu tekad dalam hatinya yaitu menghancurkan Erik, sang suami beserta seluruh keluarganya.
"Aku tahu kau selingkuh, Mas!" gumam Varissa dalam hati dengan tersenyum sinis.
Pembalasan pun akhirnya dimulai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Itha Sulfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Aku tahu kau selingkuh
6 bulan yang lalu...
Wajah Varissa berseri-seri sambil terus menatap kue ulangtahun yang sengaja dia bawa. Malam ini adalah malam peringatan ulangtahun suaminya, Erik Evansyah. Varissa sengaja datang jauh-jauh dari Jakarta ke Bandung untuk memberi surprise kepada Erik. Meski Erik sudah mengatakan bahwa dia sedang sibuk, namun Varissa tetap nekat datang. Dia tak mengapa meski hanya mencuri waktu barang sejam saja untuk merayakan ulangtahun sang suami yang menurutnya begitu istimewa dan patut dirayakan.
"Mas Erik masih lama nggak, ya?" gumam Varissa sembari melirik jam dipergelangan tangannya. Sudah pukul 12.30 malam dan batang hidung suaminya belum juga tampak.
Varissa pun bergegas masuk kedalam lemari pakaian. Dia akan menunggu Erik di sana dan langsung keluar memberi kejutan begitu Erik datang.
Suara pintu terbuka membuat jantung Varissa terpacu. Samar-samar, dari celah pintu lemari yang sedikit terbuka dia bisa melihat sosok suaminya memasuki kamar dengan cahaya temaram itu. Varissa tersenyum. Dirinya baru hendak keluar ketika seorang perempuan asing tiba-tiba ikut masuk dan langsung mencumbu Erik dengan begitu mesra.
Melihat pemandangan menyakitkan didepan matanya, Varissa tak bisa membendung tangisnya. Sosok suami yang ia percaya begitu setia selama dua tahun ini nyatanya sudah berkhianat. Erik telah menghancurkan kepercayaan dan juga cinta Varissa dalam sekejap sehingga yang tersisa kini hanyalah luka.
"Kamu yang terbaik, Mauren!" ungkap Erik di sela percintaan panasnya dengan perempuan bertubuh semok dengan dada besar itu.
"Enakan mana, servis aku atau servis istri bodoh kamu itu, huh?" tanya wanita yang dipanggil Mauren itu. Tubuhnya terus bergoyang diatas Erik yang tak bisa menyembunyikan ekspresi nikmatnya.
"Je...las kamulah!" jawab Erik tersenyum.
Mendengar itu, hati Varissa semakin hancur. Namun, bukannya ingin keluar melabrak, dia justru memilih untuk tetap berdiam menyaksikan segala pengkhianatan yang dilakukan sang suami. Semua adegan Varissa tonton tanpa terlewat sedikitpun. Dia ingin tahu sejauh mana Erik dan wanita itu mampu mempermainkannya.
"Mas... Kapan sih kamu ceraiin Varissa?" tanya Mauren usai percintaan panas mereka berakhir. Saat ini dia dan Erik saling berpelukan dibawah selimut dengan kondisi belum berpakaian sama sekali.
"Sebentar lagi. Setelah Varissa tanda tangan surat pengalihan aset miliknya atas namaku, aku akan menceraikan dia dan menikahi kamu!" jawab Erik.
"Jadi, itu yang kamu incar selama ini, Mas?" gumam Mauren dengan senyum miris.
"Sebentar melulu!" Bibir Mauren mencebik. Tangannya memukul sok manja dada telanjang Erik. "Dari setahun yang lalu, kamu juga bilang kayak gitu. Apa kamu nggak kasihan sama aku? Aku cuma bisa milikin kamu seutuhnya kalau kita pura-pura punya kerjaan diluar kota kayak gini. Itu pun, paling lama cuma seminggu."
Hati Varissa kian mencelos. Jadi, selama ini Erik sudah berbohong? Alasan dirinya ke luar kota selama ini hanya untuk berduaan dengan perempuan lacurnya dan bukannya bekerja?
"Tega sekali kamu, Mas!" gumam Varissa dalam hati.
Tepat ketika Erik dan Mauren sudah tertidur pulas, akhirnya Varissa bisa keluar diam-diam dari dalam lemari. Tak lupa, kue yang tadi dia siapkan untuk Erik juga di bawanya kembali. Wanita itu berhenti sejenak menatap Erik yang tampak begitu nyenyak tertidur di samping selingkuhannya. Varissa tersenyum miring lalu mengumpati Erik dalam hati.
"Pengkhianatan kamu akan aku balas lebih, Mas! Aku bersumpah!" gumam Varissa sebelum keluar dari dalam kamar apartemen milik ayahnya yang sekarang ditempati Erik berbuat mesum.
Sepanjang perjalanan pulang, Varissa terus menerus menangis. Rasa sakit di khianati membuatnya berpikir untuk menuju ke rumah orangtua Erik. Mungkin, dengan ke sana, Varissa bisa mendapat sedikit keadilan dari Mama Papa Erik. Setidaknya, sepasang orangtua itu bisa memarahi anak mereka dan memberinya pelajaran.
Varissa melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Dia tak sabar untuk segera bertemu Mama dan Papa Erik untuk mengadukan perbuatan Erik. Namun, sekitar dua kilometer lagi dari komplek perumahan orangtua Erik, mobil yang dikemudikan Varissa tiba-tiba oleng saat seseorang tiba-tiba menyeberang jalan di pagi buta. Demi menghindari menabrak orang itu, Varissa membanting kemudi ke arah kanan dan langsung meluncur tak terkendali menabrak beton pembatas jalan hingga terbalik.
Detik itu juga, Varissa merasa hidup sepertinya akan berakhir. Namun, dirinya bersumpah tidak akan pernah rela mati sebelum membalas dendam pada Erik. Dia harus membuat lelaki itu merasakan sakit yang sama sebelum Varissa yang bergerak meninggalkan dia terlebih dulu.
"Aku tidak akan mati semudah ini, Mas! Lihat saja!"
*****
Satu minggu kemudian, Varissa terbangun dari koma. Dokter Imran yang menanganinya terlihat begitu senang karena Varissa akhirnya siuman.
"Akhirnya kamu bangun, Va! Gimana perasaan kamu?" tanya Dokter Imran setelah memeriksa kondisi Varissa secara keseluruhan.
"Apa Mas Erik tahu kalau aku sudah sadar?" tanya Varissa lemah.
Dokter Imran menggeleng. Jujur, karena terlalu senang Varissa sudah siuman, dia lupa memberi kabar kepada siapa pun terkait kondisi Varissa.
"Om Imran jangan beritahu siapapun kalau aku sudah sadar, termasuk Mas Erik."
"Kenapa, Va?" tanya Dokter Imran yang merupakan teman baik mendiang Ayah kandung Varissa. Beliau adalah salah satu kerabat paling dekat yang mengenal Varissa sejak kecil. Dan, ketika mendengar bahwa Varissa kecelakaan, Dokter Imran segera meminta agar Varissa dipindahkan ke rumah sakitnya sekaligus bertindak sebagai dokter yang turun langsung menangani Varissa.
Varissa menggeleng lemah. "Nanti aku ceritain detailnya, Om! Tapi, apa Varissa boleh tanya sesuatu?"
"Tentu saja!"
"Apa Mas Erik dan orangtuanya selalu datang jenguk aku ke sini?"
Dokter Imran mendesah prihatin. Dengan sangat jujur, lelaki paruh baya itu menggeleng.
"Baik Erik maupun orangtuanya, mereka hanya datang dihari kamu kecelakaan. Setelah itu, mereka tidak pernah kemari lagi."
Varissa mengusap air matanya yang tiba-tiba terjatuh. Jadi, dirinya memang dianggap tidak berarti lagi di kehidupan suaminya sendiri?
"Jadi, nggak ada satu pun orang yang datang jengukin aku?" lirih Varissa sedih.
"Ada," jawab Dokter Imran.
"Kamu ingat Dikta?" lanjutnya.
Varissa mengangguk lemah. Tentu saja dia ingat siapa lelaki itu. Dia adalah anak yatim piatu yang dibiayai hingga lulus kuliah oleh ayahnya. Seorang anak lelaki yang dulu selalu membuat Varissa iri karena jauh lebih pintar dan lebih mudah merebut hati ayahnya dibanding dirinya yang notabenenya merupakan anak kandung. Namun, semenjak lulus SMA, Dikta akhirnya memutuskan ke Amsterdam untuk kuliah dan menetap di sana. Setelahnya, Varissa tak pernah bertemu dengan Dikta bahkan ketika ayahnya wafat dua bulan setelah dia dan Erik menikah.
"Dikta pulang ke Indonesia 5 hari yang lalu. Dan, anak itu selalu di samping kamu setiap malam tanpa beranjak sedikitpun sampai pagi menjelang. Sepertinya, Dikta masih menganggap kamu sebagai seorang adik meski kamu selalu berbuat jahat padanya."
"Beneran, Om? Tapi, dia tahu darimana kalau aku kecelakaan?" tanya Varissa tak percaya.
"Om juga nggak tahu!" ujar Dokter Imran seraya mengendikkan bahunya.
Varissa tertegun sejenak. Dalam hati, dia penasaran akan penampakan Dikta kini. Sejauh yang Varissa ingat, Dikta adalah sosok pria yang tampan dengan tampang datar dan jarang tersenyum. Sifatnya yang pendiam dan hanya akan berbicara jika ada perlu, selalu membuat Varissa kesal dimasa lalu. Varissa begitu penasaran. Apa Dikta masih sama atau sudah berubah?
"Apa Varissa boleh minta tolong?" tanya Varissa lagi.
"Katakan saja! Jangan sungkan!"
"Aku mau Om tetap merahasiakan kalau aku sudah sadar kepada Mas Erik dan kedua orangtuanya."
"Loh, kenapa Va?" tanya Dokter Imran semakin heran.
"Varissa akan cerita sama Om begitu Varissa siap. Tapi, Om tetap mau bantu Varissa kan?"
Dokter Imran tampak berpikir sesaat sebelum mengangguk mengiyakan.
"Baik kalau itu mau kamu. Om juga akan bicara sama seluruh perawat supaya mereka ikut merahasiakan."
"Makasih, Om!"
Dokter Imran tersenyum. Dia mengusap puncak kepala Varissa yang masih terbalut perban dengan lembut.
"Sama-sama, Va! Kamu 'kan juga anak Om."
Varissa sudah bersiap memulai pembalasan dendamnya. Langkah pertama yang akan dia ambil untuk saat ini adalah dengan melihat siapa lawan dan siapa kawan selama ini. Dengan berpura-pura tetap koma, Varissa akan menyeleksi siapa saja yang akan lulus untuk dia percayai. Orangtua Erik juga termasuk. Jika keduanya tetap menyayangi Varissa dan perhatian pada Varissa, maka Varissa hanya akan membuat Erik sengsara. Tapi, jika orangtua Erik ternyata mendukung putra mereka, maka Varissa juga akan menyasar mereka tanpa pandang bulu.
"Saatnya permainan yang sesungguhnya dimulai, Mas! Karena, aku tahu kau selingkuh!"
Kasian Tika sumpah,,,,apalgi dia anak perempuan,udh kakak laki2 nya selingkuh,skrng papanya jga selingkuh apalgi dngn kakak ipar sendiri ,bisa2 drop tuh mentalnya 😭😭😭
Dan itu hanya kepadamu Dikta,,,,🤭🥰