Karena kesalah pahaman Satria harus menikahi cewek yang masih duduk di bangku kuliah bahkan masih satu fakultas dengannya.
Lalu apa yang terjadi pada satria selanjutnya?
wajib baca sampai end !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Taurus girls, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Bahu Satria melemah.
Melihat Eria yang seperti itu membuatnya merasa bersalah.
"Iya. Gue doang yang salah"
Satria mengusap pipi Eria yang basah air mata.
Tapi Eria menepisnya.
"Nggak usah pegang-pegang ya!" Galaknya.
Bahu Satria melemah.
"Iya-iya. Gitu doang sensi banget sih. Jangan galak-galak dong istri"
"Jangan panggil aku istri. Sampai kapan pun aku nggak mau jadi--"
Bibir Eria terkatup karena di tekan telunjuk Satria.
"Jangan bilang yang aneh-aneh. Kata orang bijak kata-kata adalah do'a"
Eria termenung.
Apa yang dikatakan Satria memang benar.
Satria menarik telunjuknya dan memakai helm full facenya.
Mungkin hari ini dia akan bolos kuliah demi kebahagian sang Istri dadakan.
"Apa?"
Tanya Satria saat punggungnya ditepuk Eria dari belakang.
"Kalau kita ke kost kita telat ngampus dong?"
Eria menatap Satria yang sedikit menoleh ke arahnya.
"Lo maunya gimana? Gue nurut lo aja yang penting lo nggak nyalahin gue terus"
Eria termenung.
"Kita ke kost aja. Sekali-kali bolos kuliah nggak apa-apa deh"
Eria memutuskan setelah beberapa menit berpikir.
Satria mengangguk dan menutup kaca helmnya.
Satria pun menjalankan motornya ke kost Eria.
Di kost.
Ibu dan Papa sudah siap untuk berangkat ke terminal. Mereka memang tidak banyak membawa barang hanya tas kecil yang berisi uang 20 lembar saja yang ia bawa.
"Ayo bu nanti ke buru busnya berangkat"
"Iya Pa"
Ibu berjalan menuju gerbang kost bersama Papa. Disana ojol sudah menunggunya.
"Jalan Pak"
Ucap Papa dan ibu pada ojek mereka masing-masing.
Tukang ojek pun mengemudikan motornya ke tempat tujuan.
10 menit berlalu.
motor hitam Satria memasuki gerbang dan berhenti tepat didepan kost.
Eria segera turun dari boncengan motor.
"Ck"
"Kenapa?"
Tanya Satria yang sudah melepas helm full facenya. Menatap wajah Eria yang cemberut.
"Dikunci, berarti ibu sama papa udah pergi"
Eria terduduk lesu dikursi bambu.
"Ibu sama papa benar-benar marah sama aku Sat. Gimana dong?"
Eria terisak menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
Perasaan dia hobby banget nangis deh? Satria heran.
"Udah-udah jangan lo tangisi. Mending lo telfon kek atau apa siapa tahu belum jauh dari sini"
Satria memberi saran. Baru kali ini dia dipusingkan dengan tingkah cewek.
"Iya ya. Kok aku nggak kepikiran"
"Ya mana bisa mikir orang elo-nya dikit-dikit nangis dikit-dikit nangis"
Eria cemberut mendengar ejekan Satria.
Tapi Satria emang bener sih. Dari kemarin dirinya banyak nangis.
Eria mengusap air mata yang membasahi wajah lalu mengambil hape dan menghubungi Ibu.
Lima menit.
"Kenapa?"
Tanya Satria memandangi Eria yang sesekali manyun-manyun.
"Nggak aktif Sat. Gimana dong?"
Eria terisak menutup wajah dengan kedua telapak tangan.
Satria menghela, bingung sama otak Eria yang cetek banget.
Dikit-dikit nangis, dikit-dikit nangis.
"Udah-udah jangan mewek mulu. Pusing gue liat lo nangis dari tadi. Buruan naik kita susul bokap nyokap lo"
Satria memakai helmnya lagi dan menghidupkan mesin motor.
"Buruan!"
Seru Satria karena Eria hanya berdiam duduk dikursi bambu.
Dengan lesu dan tidak semangat Eria berjalan dan naik diboncengan belakang motor Satria.
"SATRIA!"
Pekik Eria, reflek banget melingkarkan kedua tangan di perut Satria karena Satria menyentak gas motornya dengan kencang membuatnya hampir saja jatuh ke belakang.
Satria tertawa kecil. Lalu menjalankan motornya dengan benar.
Dibelakang punggung Satria sini Eria tersenyum.
"Nyebelin!"
Ucap Eria galak tapi dengan tingkah Satria yang seperti tadi membuat kesedihannya sedikit berkurang.
Satria menatap spion disana jelas sekali jika Eria tersenyum.
Satria melepas stang kiri tangan kirinya mengusap punggung tangan Eria yang ada diperut.
Satria pun tersenyum.
Terminal.
Bus jurusan Banjarnegara baru saja melaju meninggalkan terminal Jakarta. Dengan wajah yang kurang ceria ibu dan Papa ada didalam bus ini.
Klutakkk!
Ibu terperanjat karena ada benda yang jatuh disisi kakinya.
"Maaf bu ini milik saya"
Seorang remaja mengambil mobil-mobilan yang tadi jatuh.
"Oh iya silahkan"
Jawab ibu dengan tersenyum
"Ini Dek. Jangan dijatuhkan lagi ya"
Remaja cowok itu memberikan mainan ke anak kecil yang digendong remaja cewek.
Ibu menatap mereka dan ibu mengira jika mereka adalah sepasang suami istri. Terlihat dari cara si anak yang berceloteh ria memanggil papa mama bergantian.
Mereka terlihat sangat bahagia dan saling menyayangi.
Tiba-tiba ibu teringat dengan Eria yang kemarin baru menikah dengan Satria.
Walaupun pernikahan mendadak dan belum tercatat di negara tapi tetap saja itu adalah pernikahan. Hubungan yang tidak boleh dimainkan atau disepelekan.
"Ada apa bu?"
Tanya Papa saat mendapati istrinya memandangi kearah kirinya.
"Tidak papa Pa. Ibu hanya mengantuk saja"
Jawab ibu setengah berbohong.
"Jujur saja bu, aku tahu kamu sedang memikirkan Eria. Sudah lah papa yakin kok Eria akan bahagia sama Satria"
Papa menggenggam tangan ibu. Tak bohong jika dirinya pun sebenarnya terpikirkan Eria sejak semalam.
"Bagaimana papa bisa yakin Eria akan bahagia sama Satria? Apa kamu seorang peramal. Bukan kan pa?"
Ibu kesal bagaimana bisa suaminya seyakin itu. Secara kami sebagai orang tua Eria belum tahu latar belakang Satria seperti apa.
"Kalau begitu coba kamu hubungi Eria. Pamit lah padanya"
Ibu mengangguk dan mengambil hape di tas kecilnya.
"Mati pa lupa belum ibu charger"
Ibu menghela kasar.
"Ya sudah pake hape aku aja"
Papa menyodorkan hape miliknya pada ibu.
Ibu pun menerimanya segera menghubungi nomor Eria.
Lima menit.
"Nggak aktif pa"
"Ya udah nanti saja kalau kita sudah sampai dirumah"
Ucap papa mengusap lengan ibu.
Ibu mengangguk dan memilih tidur saja.
🛐🛐🛐🛐
Motor hitam Satria tiba diterminal, dengan tak sabaran Eria turun dari motor dan melihat bus jurusan Banjarnegara.
Sambil parkir motor di tempat yang semestinya Satria menggeleng melihat tingkah Eria.
Satria turun dari motor melepas sarung tangan dan helm full facenya lalu menaruhnya di atas tangki motor.
"Mereka udah pergi"
Eria terisak memeluk Satria dari belakang.
Satria menunduk menatap tangan Eria yang ada di perutnya.
Ini serius Eria meluk gue? Eria kesambet apaan orang-orangan sawah kah?
"Sat kamu denger aku ngomong nggak sih?"
Tanya Eria masih dengan terisak dan masih dengan posisi yang sama.
Satria meneguk ludah masih merasa mimpi.
"Ria lo nggak lagi kesambet kan?"
Hah!
Eria berhenti terisak. Menatap punggung kekar Satria.
"Maksud kamu apa?"
Tanya Eria tak paham.
Satria membalik badan jadi menghadap Eria. Mata keduanya pun bertemu dan saling menatap satu sama lain.
"Ngapain natap aku kaya gitu?"
terimakasih thor.
Hadehh Eria Eria....dibalikin pulang lu baru rasa
walaupun kamu nggak cinta tapi satria adalah suami kamu.
ada orang yang bilang.
lebih baik di cintai daripada mencintai
si eria kok gitu apa beneran nggak ada rasa sayang buat satria secara kan mereka suami istri.
eria /Angry//Angry/
erianya baru bangun tidur nyenyak.
/Proud//Proud/
jadi pingin tahu reaksi eria pas tahu satria yang keadaannya kaya gitu.