NovelToon NovelToon
ILY

ILY

Status: sedang berlangsung
Genre:Ketos / Teen School/College / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:2.9k
Nilai: 5
Nama Author: akuadalahorang

"Aliza suka kak diva!!"

"gue gak suka Aliza!!"

"kak diva jahat!!"

"bodo amat"

apakah seorang Aliza akan melelehkan hati seorang ketua OSIS yang terkenal dingin dan cuek itu?atau Aliza akan menyerah dengan cintanya itu?

"Aliza,kenapa ngejauh?"

"kak diva udah pacaran sama Dania"

"itu bohong sayang"

"pret"

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon akuadalahorang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Iksan arkatama

Mereka mulai makan-makan setelah kedatangan Diva, Cesya, dan Gavin. Namun, ketiganya terus saja ribut soal kentang. Sementara itu, Aliza dan Diva terlihat santai, bahkan saling menunjukkan kemesraan tanpa gangguan. Nathan yang cemberut membuat Zia tertawa melihat tingkah Nathan yang terlihat cemburu. Di sisi lain, Velyn dan Bagas asyik mabar game online.

Drrttt

Ponsel Aliza bergetar.

“Hello, eomma,” ujar Aliza sambil meletakkan ponselnya di depan gelas. Diva tersenyum melihat layar ponsel yang menampilkan wajah ibu dan ayah Aliza.

“Assalamualaikum, Tante,” sapa Diva dengan sopan, membuat Nathan langsung meledek.

“Waalaikumsalam, Diva. Nah, Aliza, kalau teleponan itu awali dengan assalamualaikum, bukan hello!” omel Karina, membuat Aliza tertawa terbahak-bahak.

“Iya, iya, eomma.”

“Kamu lagi di mana? Kok berisik? Jangan-jangan lagi balapan?!” Karina langsung heboh.

“Apaan sih, Mom? Aku lagi nongkrong bareng teman-teman. Nggak ada balapan, kok.”

“Diva, Mommy nitip Aliza ya. Kalau dia balapan, marahin saja. Kalau perlu, pukul aja dia.”

“Diva bakal marahin Aliza, tapi Diva nggak akan pukul dia,” jawab Diva sambil tersenyum. Aliza meleletkan lidahnya, meledek.

“Iya juga sih.”

“Daddy, kenapa jadi patung di sana?” tiba-tiba Nathan muncul di belakang mereka.

“Enggak, Daddy cuma lihat kemesraan Aliza sama Diva. Jadi ingat masa-masa pacaran Mommy sama Daddy dulu.”

“Hilihhh.”

“Hahaha!”

“Ya sudah, itu saja pesan Mommy. Jangan balapan, awas kalau sampai ketahuan!”

“Iyaaa.”

“Assalamualaikum.”

“Waalaikumsalam.”

Tutttt

---

Aliza berdiri memandang balapan yang akan dimulai. Saat ia fokus menonton, tiba-tiba Diva datang dan memeluknya dari belakang. Aliza menoleh, tersenyum melihat Diva, lalu memegang tangannya. Mereka pun bersama menikmati suasana balapan.

Dari rooftop, Cesya turun ke lantai bawah, bersiap untuk memulai balapan. Aliza dan Diva tertawa melihat Cesya melambaikan tangan ke arah mereka.

"LO TURUN! AYOK BALAPAN!" teriak Cesya lantang dari bawah. Aliza menggeleng kepala.

"GUE DILARANG BALAPAN LAGI!" balas Aliza. Cesya cemberut.

"CEPET! BIAR MENANG, KITA BAGI DUA!" goda Cesya.

Namun, Aliza hanya menatap ke depan. Ia mendapati Diva yang tampak lesu. Setelah terdiam sesaat, Diva tiba-tiba mencium kening Aliza, membuat Aliza bingung. Diva tersenyum jahil.

"Gimana kalau kamu lawan aku?" tanya Diva sumringah.

"Dih, oke! Kamu tahu kan, aku nggak bisa dikalahkan!" sahut Aliza penuh percaya diri sambil menarik tangan Diva ke bawah. Mereka pun semangat menonton balapan.

Nathan, yang merasa diabaikan Aliza, tiba-tiba merangkulnya. Aliza bingung dengan sikap Nathan.

"Kenapa sih lo?" tanya Aliza, kesal.

Nathan cemberut. "Oh, kayak gini ya kalau udah baikan sama Diva? Hah? Waktu lo galauin dia, siapa yang lo cari? Gue!" ujar Nathan penuh emosi.

Diva melirik tajam ke arah Nathan. "Ahh, hiks... gue cuma pengen meluk Aliza!" rengek Nathan tantrum.

Aliza akhirnya memeluk Nathan, yang langsung mengelus rambutnya. "Gue nggak bisa lihat lo sama dia... gue cemburu sebagai abang!" ucap Nathan dengan nada menyedihkan.

"Sini," Aliza menarik Diva untuk bergabung dalam pelukannya. Namun, Nathan mendorong Diva, dan sebaliknya, Diva juga mendorong Nathan.

"Adik gue!" teriak Nathan.

"Cewek gue!" balas Diva.

"Haduh, pusing pala Barbie," gumam Gavin sambil berjalan mendahului mereka. Semua tertawa dan melanjutkan langkah ke arena balap.

---

Tiba-tiba, seorang pria bertubuh besar muncul di arena, membuat suasana berubah tegang. Diva refleks memegang tangan Aliza, menempatkannya di belakangnya. Nathan menatap sinis pria itu, sementara Bagas dan Gavin bersiap menghadapi ancaman.

"Siapa tuh?" tanya pria itu, Iksan, sambil menatap Aliza di balik Diva.

"Jangan macam-macam lo!" seru Diva, emosional.

"Gue nggak macem-macem. Cuma nostalgia aja. Dulu lo bawa cewek ke sini, Diva Arkatama, dan cewek itu beda lagi," sindir Iksan dengan serius.

"Masa lalu itu untuk dibakar, bukan untuk dikenang, Pea!" timpal Gavin sinis.

Iksan tertawa. "Gue cuma nggak suka aja kalau lo bahagia!" teriaknya sambil menunjuk Diva.

"Kenapa lo nggak suka gue bahagia?" tanya Diva datar.

"Lo udah rebut cewek gue!" tuduh Iksan.

"Rebut cewek lo? Bukannya lo yang nggak becus?" balas Diva.

Bagas melangkah maju, berdiri di depan Iksan. "Apa gue harus ngingetin kejadian itu lagi buat lo?" tanyanya dengan nada emosional.

Bagas melanjutkan, "Lo deket sama Lea, tapi Lea sukanya Diva. Diva udah nyerahin Lea ke lo, tapi lo malah sia-siain kesempatan itu!"

Iksan terdiam, namun matanya menatap Aliza. Diva, yang sadar tatapan itu, langsung mendorong Iksan.

"Berani lo natap cewek gue kayak gitu?!" teriak Diva marah.

"Zia, Velyn, Cesya, bawa Aliza pergi!" seru Nathan sambil menahan Diva yang semakin emosi.

"Nggak!" protes Aliza, namun Velyn menariknya pergi.

Iksan hanya tertawa kecil. "Lo mau tunangan, Diva. Ikhlasin dia buat gue!" ejeknya.

Diva tersenyum sinis. "Gue nggak suka sama cewek murahan kayak dia."

PLAK!

Tamparan keras dari Aliza membuat semua terdiam. "Berani lo ngomong kayak gitu ke cowok gue!" bentak Aliza.

"Lo kalah, lo minta maaf ke cowok gue. Deal?" tantang Aliza.

Iksan tersenyum licik. "Kalau gue menang, lo jadi pacar gue. Deal?"

"Let’s see, you bastard!" balas Aliza penuh percaya diri.

---

BRAMMMMM!!!

Suara raungan mobil memenuhi arena, memecah keheningan malam. Diva berdiri di dekat Nathan yang tampak cemas. Matanya terus memperhatikan Aliza di balik kemudi, khawatir jika Aliza kalah.

Iksan menurunkan kaca mobilnya, melemparkan senyum mengejek ke arah Aliza. Namun, Aliza dengan santai mengangkat jari tengahnya sambil tersenyum sinis.

"Lo nggak tahu siapa gue, Iksan," gumam Aliza sebelum menutup kaca mobilnya.

"Are you ready?!" teriak Cesya lantang, berdiri di tengah lintasan sambil mengangkat bendera.

Iksan dan Aliza mengangguk serentak, menandakan mereka siap.

"MULAI!"

Bendera diayunkan, dan Aliza langsung menancap gas mobilnya. Dengan kecepatan luar biasa, ia melesat di depan, meninggalkan Iksan yang sempat terkejut melihat keahlian Aliza.

Diva yang awalnya cemas kini hanya tersenyum kecil, meski hatinya masih berdebar. Cesya berdiri dengan tangan terlipat, melirik Diva.

"Lo tenang aja, Div. Aliza itu bukan orang sembarangan dalam hal balapan," ujar Cesya penuh percaya diri.

Diva tetap diam, namun matanya tak lepas dari Aliza di lintasan.

"Lo belum kenal Aliza lebih dalam," tambah Zia sambil tersenyum licik.

Teriakan seseorang memecah perhatian mereka. "Queen of the car!" seru orang itu. Diva menoleh dan melihat Nathan yang mengangguk mantap.

Di lintasan, Aliza dan Iksan bertarung sengit. Keduanya bersaing ketat, mobil mereka saling susul di setiap tikungan. Saat memasuki putaran terakhir, kecepatan mobil Aliza tiba-tiba melambat.

Iksan, yang menyadari itu, tersenyum puas. "Gue menang," gumamnya sambil menancap gas lebih dalam. Namun, saat ia merasa di atas angin, suara mesin mobil Aliza kembali meraung kencang.

BRMMMMMMMMM!!!

"ANJAY!" teriak Cesya histeris saat melihat Aliza melesat seperti kilat, menyusul Iksan dan melintasi garis finis lebih dulu.

Diva tersenyum penuh kebanggaan. "Cewek gue dilawan," gumamnya pelan.

Aliza keluar dari mobilnya, berlari ke arah Diva, lalu memeluknya dengan manja. Diva membalas pelukan itu, menyembunyikan wajahnya di leher Aliza. Nathan, yang melihat kemesraan itu, hanya bisa menatap tak percaya.

Tak lama, Iksan menghampiri mereka. Melihat itu, Aliza segera berbalik badan, sementara Diva memeluknya erat dari belakang.

"Gue akuin, lo jago balapan," kata Iksan dengan nada berat, jelas tak rela mengakui kekalahan. "Gue minta maaf sama lo."

Aliza tersenyum tipis. "Gue udah maafin lo."

Namun, ia menatap Iksan tajam. "Dan jangan harap lo bisa rusak hubungan gue sama Diva. Lo nggak akan bisa."

"Haira?" tanya Iksan menyebut nama seseorang.

"I don't care," balas Aliza tegas. "Karena gue pemenangnya."

Iksan tersenyum kecil, lalu melangkah pergi. "Lo selalu jadi pemenang, Aliza," gumamnya sebelum benar-benar menghilang dari pandangan.

Setelah Iksan pergi, Diva memeluk Aliza lebih erat. "Aku udah deg-degan banget, takut kamu kalah," ujar Diva jujur.

"Enggak dong," jawab Aliza sambil tersenyum menenangkan.

Mereka tertawa bersama, sebelum Diva kembali memeluk Aliza dengan penuh rasa sayang.

---

1
mak mak doyan novel
sempat ngebug juga. baca d paragraf awal tdi bangun pukul 5 kok dr pasar malah setengah 5. sampai baca ulang
Dana Kristiana
Buruk
Dana Kristiana
walaupun alury ringan tp asyik&menarik,💪💪💪
Dana Kristiana
mampir baca Thor
kanoni...time.
Mantap, pasti direkomendasikan ke teman-teman👍
Syaoran
Akhirnya ketemu cerita yang bikin aku kecanduan baca!
NHS CH
Romantisnya bikin baper
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!