Zara, akhirnya kembali ke tanah air setelah menyelesaikan studinya, sekaligus menyembuhkan trauma masa lalu. Ia ingin melupakan orang yang menyakitinya. Namun tanpa diduga Kenan muncul kembali dalam hidupnya, menyatakan keinginan nya menikah dengan dengan nya. Zara menolak ia ingin melupakan laki-laki tersebut. Namun Kenan tidak mau. menyerah ia berusaha mendapatkan Zara dengan cara apapun. Apakah Zara akan jatuh pada laki-laki yang pernah menyakiti nya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sonata 85, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lelaki Pemaksa
Hari berganti minggu dan minggu berganti bulan.
Rasa penasaran Kenan berubah jadi kemarahan setelah Zara mengabaikannya, terus menerus. Kenan melakukan berbagai cara untuk mendekati Zara, tapi seribu cara untuk Zara untuk menghindari Kenan.
Bagi dokter cantik itu, antara dirinya dan Kenan tidak ada apa-apa, hanya sebatas tetangga. Masa lalu biarlah masa lalu ia akan menjalani hidupnya dengan baik dan melupakan masa lalu. Tetapi tidak demikian untuk Kenan, ia masih berpikir kalau Zara masih masih mencintainya sama seperti dulu. Gadis yang ia pikir akan mengejarnya justru mengabaikannya dan terus menghindar. Bahkan nomor Kenan diblokir sama Zara.
“Tidak ada satupun gadis di dunia ini yang menolak pesonaku Zara. Kamu akan jadi milikku bagaimanapun caranya, camkan itu!” Kenan melempar ponselnya ke atas ranjang.
Melihat postingan Dikto membagikan fotonya dengan
Zara. Kenan berpikir kalau Zara sengaja membuatnya marah. Padahal tujuan Zara
bukan seperti itu ia hanya ingin menunjukkan pada Maya, kalau ia bukan wanita
culun seperti enam tahun lalu. Bahkan Dikto lelaki populer di sekolah mereka
dulu bisa ditaklukkan hanya satu malam.
Kenan meraih ponsel yang sempat ia lempar tadi lalu mendumal
dengan marah. “Apa dia tidak tahu kalau laki-laki itu sampah?”
“Apa kamu marah karena foto Zara?” tanya sang kakak yang kebetulan
datang ke kamarnya.
“Tidak, aku tidak peduli. Hanya saja aku kasihan melihat dia nanti
dicampakan kalau sudah bosan,” ucap Kenan.
“Kamu cemburu?” Dinar menggoda sang adik.
“Tidak.”
“Sejak Zara pulang kok kamu sekarang tinggal di rumah Mami. Biasanya
tinggal di apartemenmu,” goda sang kakak lagi.
“Berisik.” Kenan mendengus kesal.
Sang kakak mengoda Kenan. “Apa kamu yakin tidak cemburu?”
“Tidak.”
“Kalau kamu cinta harusnya berusaha merebut dia dari laki-laki lain. Kamu tahu ada banyak laki-laki tampan yang mendekati dr. Zara sekarang. Dengar y, ada Dikto teman sekolah kalian dulu, lalu ada Sean seorang pengacara hebat dia teman Leo,” tutur sang kakak.
Kenan pura-pura cuek, “Aku tidak peduli.”
Sang Kakak tersenyum licik, ia berencana mengerjai adiknya sombongnya.
*
Suatu hari, Dinar dengan liciknya mengundang Kenan untuk
menghadiri pesta ulang tahun Zara, padahal Zara tidak mengundangnya Kenan. Lelaki
itu terpaksa menerima undangan tersebut, meskipun hatinya berdegup kencang.
Acara berlangsung meriah, tetapi suasana tegang terasa ketika Zara muncul
dengan Sean teman satu kantornya.
‘Apa dia pacaran sama lelaki yang baru dia kenal?’ Kenan menatap dengan
tajam.
Zara selalu menghindar darinya sejak pulang ke Indonesia.
Dinar mencoba membuat kuping Kenan panas . "Kau tahu, Kenan, sejak enam tahun yang lalu, Zara telah berubah menjadi seseorang yang lebih baik. Dia sekarang seorang dokter yang sukses dan mandiri. Lihat lelaki gandengannya dia sangat tampan. Aku dengar om Zafar merestui mereka menikah,” bisik Dinar menggoda adiknya laki-laki. Bagaimana kompor meleduk Kenan dibuat panas.
“Itu tidak akan terjadi, lihat saja nanti siapa yang akan jadi
pemenang,” ucap Kenan dengan senyuman ala devil.
Dinar menggeleng sembari memberi peringatan pada Kenan, “jangan
melakukan apapun. Kamu cari wanita lain , jangan merusak hubungan orang
lain,” tegas sang kakak.
Dinar tahu adik laki-lakinya orang yang nekat, ia bisa melakukan
apapun bahkan diluar nalar.
Zara duduk satu meja bersama Kenan dan keluarganya.
“Selamat ulang tahun Cantik. Sudah cantik, karir bagus, baik.
Lelaki mana yang beruntung.” Dinar selalu saja memanas-manasi adik
laki-lakinya.
Kenan tersenyum sinis, "Aku sekarang adalah pengacara yang
sukses dan mandiri, bukan anak yang manja dan pandai berakting.”
“Kamu hanya melihat dari kaca matamu saja,” ujar Zara dengan
berani, ia tidak ingin terlihat lemah di depan pembully dirinya.
Kedua keluarga dari dua belah pihak hanya bisa diam,
pertengkaran mereka berdua meredah setelah Ayah Kenan pura-pura batuk lalu
menyenggol tangan Kenan meminta untuk berhenti berdebat dengan Zara.
Atmosfer ketegangan masih terjadi diantara keluarga mereka
yang dulunya begitu dekat. Namun, di balik konflik yang terus berkobar, ada
banyak rencana licik dalam otak Kenan. Dinar terus memainkan perannya sebagai
pemantik api, sementara Kenan mulai panas saat Sean mengajak Zara
berdansa.
Keluarganya sudah mantap untuk menjauhkan Zara dari Kenan.
Terlebih ayah Zara, ia tidak ingin putrinya terluka lagi, Saat Zara hendak ke
kamar mandi, ternyata Kenan mengikutinya.
“Oh, gadis manja yang dulu aku kenal sudah bisa berakting di
depan keluarga. Kamu bersikap seperti gadis polos. Mereka tidak tahu
kalau gadis yang mereka banggakan pulang tengah malam dari diskotik,” tuduh
Kenan
“Jangan pusing-pusing memikirkan hidupku Pak Kenan. Aku akan
baik-baik saja, urus saja hidupmu,” Zara menghindari tubuh Kenan yang
menghalanginya
“Tentu saja akan jadi urusanku karena kamu akan jadi istriku.”
“Tetaplah bermimpi karena mimpi itu gratis, awas minggir.” Zara
mendorong tubuh Kenan .
Kenan mendekat dan memojokkan tubuh Zara sembari ia berkata dengan
suara berbisik, “Zara … Apa kamu tahu kalau aku selalu mendapatkan apapun yang
aku dapatkan.”
“Aku tidak ingin berdebat.” Zara ingin pergi, tetapi tangan
Kenan terbentang . Wajah Zara langsung kesal.
Beruntung kakak laki-lakinya datang menyelamatkannya dari situasi
tersebut.
“Zara! Bunda memanggilmu,” ucap Leo.
Leo dengan marah memperingatkan Kenan supaya jangan
mendekati Zara lagi, “kita sudah sepakat Bro agar kamu jangan mendekati adikku
lagi. Jangan lakukan itu ,” ucap lelaki itu dengan tegas.
Saat ingin pulang Zafar juga menemuinya memberi peringatan yang
sama. “Apa kamu pikir aku akan membiarkan putriku didekati lelaki berandalan
sepertimu?”
“Saya pengacara, Om,” ujar Kenan.
Zafar menatap Kenan dengan tatapan sinis, seolah-olah pria di
depannya berandalan yang harus dijauhi. “Saya harap ingatanmu masih
sehat. Kamu tidak melupakan apa yang sudah kamu perbuat pada Zara di masa lalu?”
Kenan juga balas menatap Zafar, “saya juga tidak akan lupa
dengan om lakukan padaku di masa lalu.”
“Maka kita impas. Lupakan putriku, aku tidak ingin hubunganku dan
Papimu jadi rusak karena ulahmu. Kalian hanya sebatas tetangga, jangan
mengharapkan lebih dari itu, kalau tidak kamu akan menerima konsekuensinya,”
ancam Zafar pada Kenan.
Kenan tidak suka mendengar peringatan Leo dan Zafar, ia paling
benci diancam, sepertinya ada dendam masa lalu dihati Zafar dan Kenan yang
belum bisa mereka lupakan. Dengan tatapan tajam penuh amarah ia menelepon
seseorang lalu memerintahkan mereka melakukan sesuatu.
"Kita lihat sehebat apa kekuatan mu untuk melawan ku Pak
Zafar, " Ucap Kenan penuh dendam.
*
Sudah hampir larut malam Zara pulang ke rumah.
Mobil yang ditumpangi Zara baru saja tiba di garasi, ia keluar dan
berjalan menuju kamar. Saat melewati ruang tamu ia kaget ada Kenan duduk
menunggunya di sana.
“Kenan …? Apa yang kamu lakukan di rumah kami. Bunda! Ayah!” Zara
memanggil kedua orang tuanya tidak ada orang.
“Duduklah dan mari kita bicara, kamu selalu kabur dariku, makanya
aku datang ke rumahmu.”
“Mau ngapain kamu?”
Kenan mengeluarkan kotak perhiasan dari saku celana, lalu
menyodorkan pada Zara, “mau aku pakaikan atau pakai sendiri?”
Bola mata dokter cantik itu membesar, “Itu apa?”
Kenan berdiri lalu menyodorkan kotak cincin pada Zara, “ini cincin
pertunangan kita.”
Bola mata Zara hampir saja keluar dari cangkangnya saking
kagetnya, “siapa yang mau tunangan dengan kamu?”
“Kamu Zara, aku sudah katakan, kamu hanya milikku. Kamu tidak bisa
bersama Sean ataupun Dikto!” ucapnya dengan marah.
“Kamu tidak berhak mengatur hidupku dan aku yang menentukan akan
menikah dengan siapa,” tolak Zara.
“Tidak. Kamu pakai cincin ini dan kita resmi bertunangan.
Titik.”
Mulut Zara masih menganga, ia tidak tahu kalau Kenan akan
melakukan pemaksaan seperti itu. Ia terdiam seperti patung ketika Kenan
memasukkan cincin itu ke jarinya secara paksa. Setelah berhasil melakukannya ia
tersenyum sarkas sembari mengedipkan sebelah mata, lalu keluar dari rumah Zara.
Zara masih melonggo. Ia baru tahu ada. Manusia model Kenan.
"Apa dia sudah
gila? " Zara masih syok dengan sikap pemaksaan itu.
Bersambung