Menjadi bahan taruhan untuk dijadikan mainan oleh pria terpopuler di kampusnya membuat Naina terperangkap dalam cinta palsu yang ditawarkan oleh Daniel.
Rasa cinta yang semakin berkembang di hatinya setiap harinya membuat Naina semakin terbuai akan perhatian dan kasih sayang yang pria itu berikan hingga Naina dengan suka rela memberikan kehormatannya pada pria itu.
Nasib buruk pun datang kepada Naina setelah ia mengetahui niat buruk pria itu menjadikannya kekasihnya hanya untuk barang taruhan semata. Karena setelah itu Naina pun dinyatakan hamil. Dan untuk menutupi aib anaknya, orang tua Naina pun beralih untuk megalihkan fakta jika anak Naina adalah anak mereka dan adik dari Naina.
Ikuti cerita lengkapnya di sini, yuk!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon SHy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menghidar dari tatapannya
"Agh, iya, aku melupakannya." Naina segera mengambil buku catatannya di atas meja lalu segera keluar dari dalam ruangannya.
"Naina itu aneh sekali..." Sasa menggeleng-geleng melihat tingkah aneh Naina.
Langkah kaki Naina terlihat tergesa-gesa saat mengejar Aga yang sudah berada jauh di depannya.
Bruk
"Aw..." Naina memegang pelipisnya yang terasa sakit akibat menabrak punggung Aga saat pria itu berhenti mendadak.
"Kau ingin mengejar apa?" Tanya Aga menatap dingin wajah Naina.
"A-aku..." Naina tergagap. Melihat wajah Aga yang begitu dekat dengan wajahnya membuat degub jantungnya berdetak begitu cepat. "A-aku ingin mengejar Kakak." Ucap Naina dengan polosnya.
Aga menghela nafasnya. "Aku tidak akan lari kemana-mana. Jadi kau tidak perlu mengejarku!" Cetus Aga lalu kembali berjalan menuju lift.
"Dia itu sangar sekali." Gumam Naina sambil masih mengelus pelipisnya yang sakit. Naina pun kembali melanjutkan langkahnya untuk mengikuti Aga.
Deg
Detak jantung Naina bekerja begitu cepat saat sudah berada di depan pintu ruangan rapat. Beberapa orang dari divisi lainnya pun mulai memasuki ruangan rapat karena Presdir sudah keluar dari ruangannya menuju ruangan rapat.
"Apa kau masih ingin berdiri di sini?" Tegur Aga melihat tubuh Naina mematung.
Naina tersentak. "Agh, iya. Aku akan masuk." Naina pun buru-buru masuk ke dalam ruangan menyusul Aga.
"Naina... Ayo duduk di sini." Ucap Mbak Wiwin saat melihat Naina masuk ke dalam ruangan rapat.
Kedua bola mata Naina membola. Bagaimana tidak, Mbak Wiwin memintanya untuk duduk di kursi yang berhadapan dengan kursi Presdir. Naina memutar kepalanya. Berharap masih ada kursi kosong untuk bisa ia duduki.
"Kau tunggu apa lagi? Ayo duduk. Kursi itu sudah dikhususkan untuk divisi Humas." Tegur Aga yang masih menunggu Naina beranjak.
"Ba-baiklah." Naina menurut. Menjatuhkan tubuhnya di kursi yang berhadapan dengan kursi Presdir.
Tuhan... Tolong selamatkan aku kali ini... Batin Naina berteriak. Ia benar-benar tidak ingin melihat wajah pria itu lagi. Namun apalah daya. Ia hanyalah bawahan yang harus menuruti kata pimpinannya.
Lima menit menunggu, akhirnya seseorang yang ditunggu sejak tadi itu pun masuk ke dalam ruangan didampingi Asisten dan sekretarisnya di belakangnya. Melihat kedatangan Presdir, semua staff termasuk Naina seketika berdiri dan memberi hormat pada Presdir muda mereka.
"Silahkan duduk, Tuan." Ucap Marko menunjuk kursi untuk Daniel duduki.
Daniel mengangguk dan duduk di kursi kebesarannya di ruangan rapat. Saat sudah duduk di kursi kebesarannya. Pandangan Daniel pun langsung tertuju pada wanita yang nampak tertunduk hingga beberapa helai rambutnya menutupi wajahnya.
Sekretaris Daniel pun mulai membuka acara rapat mereka pagi itu saat suasana rapat mulai kondusif.
"Baiklah untuk mempersingkat waktu—" Ucapan sekretaris Daniel itu terputus begitu saja di udara saat suara berat Daniel memotong ucapannya.
"Jangan dilanjutkan. Karena saya tidak menyukai staff yang tidak menghargai kehadiran saya di sini." Ucap Daniel dengan nada dingin hingga semua orang menatap bingung kepadanya. Kecuali Naina yang masih terdiam dengan menundukkan wajahnya.
"Marko... Perintahkan pada semua staff yang berada di dalam ruangan ini untuk menatap kepada orang yang sedang berbicara di depan mereka saat ini!" Titah Daniel sambil menatap tajam pada wanita yang masih tertunduk di depannya.
Mendengar perintah secara tidak langsung dari Daniel, membuat Naina segera mengangkat kepalanya hingga kini tatapannya dan tatapan pria yang sama sekali tidak diharapkan kehadirannya itu beradu.
***
Selamat membaca☺
lanjut??
Mohon beri dukungan untuk karya author dengan cara memberikan like, komen dan votenya☺
Semakin banyak dukungannya... Maka author juga makin semangat upnya, hihi☺☺
Buat mengetahui jadwal update, kalian bisa bergabung di grup chat author, ya☺