Alysa seorang gadis muda, cantik serta penuh talenta yang kini tengah menempuh studynya di bangku kuliah. Namun, selama dua semester ia memutuskan untuk cuti, demi bekerja untuk memenuhi kebutuhan keluarga yang tengah bangkrut.
Dalam perjalananya, Alysa harus mendapatkan uang sebanyak 300 juta dalam semalam untuk biaya operasi jantung orang tuanya. Dalam keadaan mendesak, Alysa memutuskan menjadi wanita panggilan. Mengikuti saran sahabatnya, Tika.
Sialnya, pelanggan pertamanya adalah dosen ia sendiri. Hal itu membuat Alysa malu, kesal sekaligus bingung bagaimana harus melayani sang Dosen. Lalu bagaimana kelanjutan ceritanya? serta bagaimana hubungan Alysa dengan kekasihnya, Rian. Akankah setelah mengetahui fakta sebenarnya ia akan tetap bersama Alysa?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon By.dyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Siaran
Selesai acara pernikahan, Alysa menunggu di lobby gedung pernikahan. Ia tidak tahu kenapa ia mau mengikuti Reyhan, entah karna ia terpengaruh oleh ucapan Reyhan soal ancamannya atau memang karna Alysa ingin bersama Reyhan.
Laki-laki itu turun dari mobil, dari kejauan Reyhan tampak kebingungan mencari dirinya, berbeda setelah bertemu mata Alysa. Reyhan cepat melempar senyum yang secara tidak sadar Alysa ikut tersenyum kecil padanya.
Reyhan berjalan cepat mendekat pada Alysa. Tubuh Alysa segera berdiri dari kursi duduk besi, disediakan untuk menunggu. "Lama nunggu?" tanya Reyhan.
Alysa menggeleng. "Maaf, bikin kamu nunggu, saya terjebak macet di area keluar kampus."
Ya Tuhan sehangat itu Reyhan padanya. Harusnya Alysa yang berterima kasih padanya karna mau menjemput dirinya. Bukan sebaliknya, justru Reyhan yang meminta maaf padanya.
"Ayo." Reyhan menautkan jari-jari tangannya pada tangan Alysa. "Cape banget ya," tutur Reyhan.
Mulut Alysa terkatup, ia tidak bisa menjawab apapun. Semua perlakuan Reyhan pada dirinya sungguh membuat Alysa tidak bisa berkomentar apapun.
Percayalah, setiap perlakuan lembut Reyhan adalah harapan Alysa yang ia taruh pada Rian, kekasihnya. Sudah satu tahun ini, Rian sudah mulai berubah, ia tidak sehangat dulu bahkan tidak seperhatian ketika keduanya membangun asmara.
Alysa benar-benar terbuai akan perlakuan baik Reyhan yang ia lakukan padanya. Serendah itukah Alysa? Sampai ia merindukan haus perhatian dari laki-laki lain, padahal ia tahu betul, kalau apa yang dilakukan Reyhan, ada sesuatu dibalik itu semua. Reyhan tidak ingin rugi.
Alysa terus diam sampai mobil yang ia tumpangi keluar dari gedung perayaan wedding clint-nya.
"Pak Reyhan gak pulang dulu?" tanya Alysa, ketika matanya jatuh pada pakaian Reyhan yang masih mengenakan pakaian lengkap untuk mengajar.
"Lama lagi kalau saya harus pulang. Nanti kamu makin lama pulangnya."
"Saya gak pulang, Pak." ucap Alysa.
Kepala Alysa menengok pada Reyhan yang kini juga tengah memandanginya serius. "Kenapa?" tanya Reyhan.
"Saya ada satu kerjaan lagi."
"Apa? Makeup lagi?" tanya Reyhan.
Alysa menggeleng. "Bukan, saya ada siaran langsung Radio."
"Radio," ulang Reyhan tidak percaya. "Kamu siaran radio?" tanya Reyhan cepat.
"Iya. Makanya, saya larang Pak Reyhan untuk jemput saya. Ya, karna ini alasannya, saya gak langsung pulang." ucap Alysa.
Reyhan berenti mendadak tepat di lampu merah membuat kepala Alysa hampir tersungkur ke depan. "Pak Reyhan, ih."
"Kamu serius masih ada kerjaan lagi, Saa?" tanya Reyhan.
"Bapak gak percaya?" Alysa segera mengeluarkan id card nya dari dalam tas, disana tertulis jelas kalau Alysa bekerja sebagai pegawai di perusahaan radio, tempat ia bekerja. Berposisi sebagai Host.
"Selesai jam berapa?" tanya Reyhan.
"Saya selesai siaran dua jam, mungkin jam setengah sebelas saya baru bisa pulang." ungkap Alysa jujur.
"Orang tua kamu tau?" tanya Reyhan.
Alysa memandang Reyhan penuh tanya. "Kenapa Pak Reyhan kaya lagi interview saya!" protes Alysa tidak suka.
"Jawab aja, orang tua kamu tahu kerjaan kamu?" tanya Reyhan serius. Beberapa detik Alysa dibuat terkejut karna perubahan nada suara Reyhan yang pelan namun tegas.
"Tau, Papah biasanya kalau malem bakal jemput ko, kalaupun gak bisa saya biasa pulang naik ojol," jelas Alysa.
"Kamu tidak bisa keluar malam, tapi kamu pulang menjelang malam Alysa." ucap Reyhan tampak tidak suka.
"Ya mau gimana lagi Pak, saya banyak kebutuhan, kalau gak kerja, saya makan dari mana?" ungkap Alysa.
"Kerja?" tanya Reyhan.
"Iya kerja. Ga mungkin kan, saya terus minta dikasihani sama orang. Apalagi sekarang, saya harus bayar utang sama Pak Reyhan."
Bukan hal itu yang ingin diketahui oleh Reyhan. Tapi, setelah mendengar penjelasan Alysa, dikepala Reyhan jadi begitu banyak pertanyaan tentang perempuan disampingnya sekarang.
Kalau Alysa bekerja siang dan malam, lalu kapan waktu perempuan ini melayani laki-laki berhidung belang diluar sana? Tidak mungkin Alysa melanggar peraturan Satria, papahnya. Perempuan disampingnya ini, tidak memiliki nyali sebesar itu untuk melanggar peraturan rumahnya untuk keluar malam.
Reyhan sebenarnya ingin menyela untuk menanggapi pernyataan Alysa. Hanya saja, sepertinya waktunya bukan saat yang tepat. Alysa akan berangkat kerja, Reyhan tidak boleh merusak suasana hatinya karna banyaknya pertanyaan yang ingin ia utarakan.
"Ko diem?" tanya Alysa bingung melihat perubahan Reyhan.
"Saya antar kamu kerja, dan saya tunggu kamu sampai selesai bekerja," ucap Reyhan sungguh-sungguh.
"Maksudnya?" Alysa mencoba mencerna ucapan Reyhan.
"Maksudnya, saya nunggu kamu sampai selesai bekerja." ucap Reyhan lebih jelas.
Alysa menggeleng cepat. "Ga usah. Ngapain?"
"Ya nunggu kamu kerja."
"Gak perlu, saya bisa pulang sendiri." tolak Alysa.
"Saya tahu."
"Ya, terus? Pokoknya saya ga mau. Pak Reyhan pulang aja." usir Alysa.
"Kamu kenapa ngatur saya?"
"Saya bukan ngatur, saya cuma gak mau, bikin Pak Reyhan repot."
"Saya tidak merasa direpotkan oleh kamu Alysa." tekan Reyhan.
"Pak." tegur Alysa.
"Sstt, kamu gak perlu banyak bicara. Kamu kerja aja, saya tunggu kamu di mobil." tegas Reyhan memberitahu tidak ingin dibantah lagi.
Alysa menatap Reyhan dari samping, ia memperhatikan raut wajah serius Reyhan diam-diam. Tidak dipungkiri, hati Alysa tersentuh karna kepedulian Reyhan. Walaupun ia tahu, ada alasan Reyhan dibalik itu semua.
Barangkali sikap Reyhan yang tidak ingin terjadi apapun pada Alysa karna tidak ingin rugi atas tubuh Alysa adalah fakta yang membuat Alysa sakit. Tapi, apakah perlakuan yang diberikan Reyhan sama juga ia lakukan pada perempuan panggilan lainnya.
Kalau memang iya, tidak sepatutnya Alysa merasa tersanjung berlebihan atas perhatian Reyhan. Ia harus sadar, kalau hubungan diantara Reyhan dengan dirinya adalah hubungan simbiosis mutualisme. Reyhan butuh tubuh Alysa, sedangkan Alysa butuh uang Reyhan.
"Kita kemana lagi, Saa?" tanya Reyhan menyadarkan Alysa. "Kamu kenapa liatin saya begitu?"
"Belok kanan, lurus aja. Nanti ada gedungnya di depan. Namanya Radio Remaja," Alysa menjelaskannya pada Reyhan.
"Oke."
Tidak ada pembicaraan lagi, sampai ditempat, Reyhan segera ditarik oleh Alysa ikut kedalam studio siarannya. Alysa tidak mungkin membiarkan Reyhan menunggunya di dalam mobil. Alysa masih waras untuk memperlakukan seseorang dengan baik.
Benar saja, selama siaran berlangsung Reyhan menunggunya di dalam studio. Yang mana Alysa terpaksa harus memperkenalkan Reyhan pada teman kerja yang lain kalau Alysa sedang diantar oleh sahabat laki-lakinya.
Selama siaran berlangsung, Reyhan menatap tenang diluar studio siaran. Laki-laki itu memandangi Alysa dengan tatapan yang tidak biasa serta tidak dapat dijelaskan oleh Alysa. Hingga pertengahan siaran, mata Reyhan mulai tertutup.
Dari ruangan alysa melakukan siaran, kepala Reyhan perlahan mulai terunduk. Laki-laki itu rupanya tertidur.
"Sahabat mana, yang mau nunggu temen ceweknya kerja sampai malam, Saa." tegur Arif, rekan siarannya.
"Apasih,"
"Serius gue. Ga ada laki-laki yang mau effort sia-sia buat seseorang kalau bukan ada sesuatu di dalamnya," tambah Arif.
"Ssst... Diem." larang Alysa.