Nama ku, Muhammad Nathan Mahendra. Aku suka berulah pada kakak angkat ku. Namanya Loly Indah Permatasari. Dia cantik seperti namanya Indah Permatasari. Aku tergila-gila dengannya. Rasa gengsi yang membuat ku suka jahil dengannya. Karena tak ingin Loly mengetahui jika aku menyukainya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fii Cholby, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 09
"Bagaimana kalo Loly nggak punya perasaan yang sama? Loly nggak cinta sama kamu, Nathan? Apa kamu akan tetap memaksa Loly untuk menikah dengan kamu? Memaksanya untuk mencintai kamu?" Tanya ayah lembut tapi menohok.
Spontan ku pegang dada ini, meraba hati. Apa aku sebenarnya punya perasaan yang sama dengan Nathan? Aku memang sayang sama Nathan. Tetapi sejauh ini hanya rasa sayang seorang kakak untuk adiknya.
"Jawab Nathan! Apa kamu akan memaksa Loly untuk menikah dengan kamu? Memaksanya untuk membalas cinta kamu?" Desak Bunda membuatku memejamkan kedua mata ini.
"Enggak! Nathan nggak akan maksa Kak Loly! Jika emang ada laki-laki yang menurut Nathan baik dan bisa melindungi Kak Loly. Nathan bakalan relakan Kak Loly menikah dengan laki-laki itu." Jawaban Nathan membuat ku meneteskan air mata.
Aku sudah tidak sanggup lagi mendengarnya. Setengah berlari, aku masuk ke kamar. Mengunci pintu dan menangis sejadi-jadinya.
Rasa haus yang sempat menyerang kini basah oleh isak tangis ku. Nathan, kenapa bisa jadi begini? Kenapa, Nat? Yaa allah, hanya engkau yang tau siapa jodoh ku. Ku mohon, berikanlah laki-laki yang terbaik untuk jadi imam ku.
.
.
.
Pagi harinya, aku bersikap biasa saja seperti tidak mengetahui apa-apa. Ayah terlihat masih seperti biasanya. Berbeda dengan Bunda dan Nathan. Mereka terlihat lebih pendiam dari biasanya.
"Ekheemm.. Nathan, tolong anterin aku ke cafe yaa? Mobil ku masih di bengkel." Ucap ku memecah keheningan. Bunda menghentikan suapan nasi goreng, menoleh ke arah Nathan. Kemudian beralih menatap ku.
"Loly, kamu naik ojek aja dulu yaa. Nathan mau anterin Bunda belanja."
Ku lirik Nathan terlihat tak peduli. Nathan menyantap sarapannya tanpa menoleh pada ku.
"Yaa udah, Loly berangkat dulu yaa, Bund." Aku mencium punggung tangan Bunda dan Ayah bergantian.
"Ojeknya udah dateng?" Tanya Nathan. Entah kenapa, kali ini mendengar suara Nathan membuat ku senang.
"Belum sih. Tapi sebentar lagi dateng kok."
"Bareng Ayah aja. Ayah udah selesai sarapannya." Ayah mengelap bibirnya menggunakan tissue.
Ayah mendekati Bunda. Bunda mencium punggung tangan Ayah. Ayah membalasnya mencium kening Bunda. Walaupun sudah tak muda lagi, sikap Ayah ke Bunda masih sama, romantis. Tidak kurang sedikit pun kasih sayang Ayah ke Bunda.
Walaupun sudah memiliki anak. Tapi Ayah membaginya sama rata. Kasih sayang Ayah ke Bunda juga tidak pernah berkurang. Malah jika ku lihat, Ayah makin sayang aja ke Bunda.
"Kami berangkat dulu. Assalamu'alaikum..." Ucap Ayah.
"Wa'alaikumsalam..."
Selama perjalanan ke cafe, aku diam teringat ucapan Nathan semalam. Dia kelihatan sangat tulus mencintai ku. Tapi sikap Bunda barusan, seolah tidak menyukai perasaan Nathan pada ku.
Tapi Bunda seseorang yang paham agama. Nathan juga bekerja di perusahaan Ayah.
Bagaimana jadinya jika Bunda punya menantu yang asal usulnya tidak jelas seperti ku. Aku hanya anak angkatnya saja. Bayi yang di letakkan di bawah pohon panti asuhan. Lalu di angkat menjadi putrinya Bunda Fifia dan Ayah Fari.
Tidak! Aku harus tau diri. Bunda dan keluarganya sudah sangat baik pada ku. Merawat ku, menyekolahkan ku, memasukkan ku ke pesantren, membekali ku ilmu yang cukup, memberi ku tempat tinggal yang layak, memberi ku pekerjaan.
Mumpung perasaan ku belum bisa di tebak. Aku harus mengubur harapan ini dalam-dalam. Meski Nathan cinta pada ku, kalo Bunda tidak merestui, lebih baik aku mengalah.
"Loly, sudah sampai, Nak." Ucapan Ayah membuyarkan lamunan ku.
"Ahh yaa.. terima kasih, Yah, udah anterin aku."
Ayah mengangguk. Aku mencium punggung tangannya sebelum keluar dari mobil.
"Ayah, hati-hati di jalan." Ku lambaikan tangan saat mobil Ayah melaju pergi.
Aku gegas masuk ke cafe. Di sini lah aku bekerja. Ini cafe milik Bunda. Cafe ini Bunda serahkan pada ku agar aku bisa belajar mengelolanya dengan baik.
Bunda adalah sosok yang baik. Suatu saat nanti, aku ingin membalas kebaikannya.
Bunda tidak pernah membeda-bedakan antara aku dan Nathan. Aku di besarkan oleh kasih sayangnya seperti anak kandungnya sendiri.
Aku bersyukur memiliki orang tua angkat seperti mereka. Semoga aku bisa membalas budi kebaikan mereka.
Ku bawa langkah ini masuk ke cafe. "Pagi, Bu." Dira karyawan sekaligus sahabat ku.
"Jangan panggil ibu aahh.. panggil seperti biasa aja."
Dira tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
double up date nya thor di tunggu
semangat untuk up date nya
Loly sdh mulai cemburu
jangan di gantung cerita nya thor
menyala Nathan
semangat untuk up date nya
semoga cepat up date nya
semangat untuk up date nya
semangat untuk up date nya
seru cerita nya
semangat untuk up date nya