Rere jatuh cinta pada pria buta misterius yang dia temui di Sekolah luar biasa. Ketika mereka menjalin hubungan, Rere mendapati bahwa dirinya tengah mengandung. Saat hendak memberitahu itu pada sang kekasih. Dia justru dicampakkan, namun disitulah Rere mengetahui bahwa kekasihnya adalah Putra Mahkota Suin Serigala.
Sialnya... bayi dalam Kandungan Rere tidak akan bertahan jika jauh dari Ayahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Memimpikanmu
Bab 20 -
Di dalam istana Taewon, Putri Arliana tengah berusaha keras membujuk kedua orangtuanya agar diizinkan ikut membantu Putra Mahkota Arion di Estyor. Arliana merasa dia bisa memberikan bantuan kepada kakaknya, terutarna dengan situasi yang semakin berbahaya akibat retakan dunia bawah yang semakin mengkhawatirkan. Namun, meskipun dia berbicara dengan penuh semangat dan keyakinan, tanggapan dari kedua orangtuanya tidak seperti yang dia harapkan.
"Tidak, Arlianal" kata Ratu Liliana dengan nada yang tegas, menatap putrinya dengan tatapan serius. "Kau tidak diizinkan pergi. Retakan dunia bawah terlalu berbahaya. Aku tidak akan membiarkanmu menghadapi hal itu."
Arliana mendengus, merasa frustrasi. "Tapi, Ibu! Aku bisa membantu Arion! Aku tahu aku bisa berguna di sana."
Namun, Raja Arthur, yang berdiri di samping Ratu Liliana, juga menentang keras keinginan putrinya. "Arliana, apa yang dikatakan ibumu benar. Retakan di Estyor bukan hal yang bisa dianggap remeh. Ini bukan tempat untukmu. Biarkan Arion dan pasukan yang terlatih menangani ini. Kau harus tetap di istana."
Arliana menatap kedua orangtuanya dengan kecewa. Meskipun ia sangat menghormati keputusan mereka, hatinya berkata lain. Dia tahu dia bisa membantu, dan tidak ada yang bisa menghentikannya. Tapi tidak ada gunanya berdebat lebih lama lagi.
Setelah menarik napas panjang, Arliana menunduk dan berpura-pura menerima keputusan mereka.
"Baiklah, Ayah, Ibu," katanya dengan suara pelan, meski di dalam hatinya, ia sudah merencanakan sesuatu. "Aku mengerti."
Malam itu, ketika istana tenang dan semua orang sudah beristirahat, Arliana bersiap untuk melaksanakan rencananya. Dengan diam-diam, dia menyelinap keluar dari kamarnya, mengenakan pakaian sederhana yang memudahkan pergerakannya. Di sampingnya, Frost, serigala putih kesayangannya, berjalan dengan tenang, seolah-olah mengerti bahwa mereka sedang dalam misi rahasia.
"Tidak ada yang bisa menghentikanku," gumam Arliana sambil menatap ke arah utara, tempat Estyor berada. "Aku akan menemui Arion dan membantunya."
Dengan langkah cepat dan penuh tekad, Arliana dan Frost berangkat menuju Estyor, tanpa sepengetahuan orangtuanya. Meskipun Estyor tidak jauh dari Taewon, perjalanannya penuh dengan ketegangan, karena Arliana tahu dia akan menghadapi bahaya besar. Namun, tekadnya bulat. Dia tidak akan membiarkan kakaknya bertarung sendirian.
Sementara itu, di wilayah Estyor, Putra Mahkota Arion dan Jenderal Kylen telah tiba di lokasi retakan dunia bawah yang pertama kali muncul. Retakan itu terjadi di sebuah danau jernih yang terletak di pinggir Estyor. Airnya yang tenang kini tampak tidak wajar, dan dari kedalaman danau, muncul getaran-getaran aneh yang membuat airnya tampak bergolak.
"Ini... lebih buruk dari yang kita duga," ujar Jenderal Kylen, tatapannya serius saat memandangi danau yang seolah menjadi titik asal mula retakan dunia bawah. "Getaran dari dalam danau ini terasa sangat kuat. Monster dari dunia bawah pasti akan muncul dari sini." Arion, yang berdiri di samping Kylen, mengangguk pelan. Matanya penuh dengan ketegasan saat dia memerintahkan pasukan untuk bersiap. "Kita harus menghentikan mereka sebelum mereka menyebar lebih jauh. Retakan ini tidak boleh dibiarkan terbuka."
Saat Arion berdiskusi dengan Kylen mengenai strategi penanganan retakan, Rere berdiri di kejauhan, memperhatikan dengan hati yang penuh kekhawatiran. Meski dia tahu Arion mampu mengatasi situasi ini, dia tidak bisa menahan rasa kagum melihat sosok gagah sang Putra Mahkota, yang memimpin dengan ketegasan dan keberanian. Cahaya senja memantul dari baju zirahnya, membuatnya tampak semakin berwibawa..
Namun, tanpa Rere sadari, seseorang mendekat dari samping. Victor, ajudan setia Arion, berdiri di sebelahnya dengan senyum kecil di wajahnya.
"Kau kelihatan sangat serius, Rere," katanya dengan nada ringan, meski ada sedikit nada provokasi dalam suaranya.
Rere menoleh dengan sedikit terkejut, tapi tetap menjaga ketenangannya. "Aku hanya khawatir tentang retakan ini. Ini masalah serius."
Victor tertawa kecil, lalu memandang Arion dari jauh. "Ah, ya. Retakan dunia bawah memang masalah besar. Tapi, kukira ada sesuatu yang lain yang membuatmu gelisah. Mungkin... Putra Mahkota?"
Rere terdiam, sedikit terganggu dengan kata-kata Victor. "Apa maksudmu?"
Dengan senyum penuh arti, Victor melanjutkan. "Aku hanya berpikir, kau terlihat begitu terpikat saat melihat Arion. Tapi sayang sekali, tampaknya kau tidak tahu bahwa Areum Vorbest sedang berusaha untuk menjadi Putri Mahkota. Keluarganya sudah lama merencanakan itu."
Rere menoleh tajam ke arah Victor, merasa kata-kata itu menyengat lebih dari yang seharusnya. "Apa hubungannya Areum dengan ini?"
Victor mengangkat bahu dengan santai, "Hanya saja... Areum tampak sangat berambisi. Dan kau tahu bagaimana keluarga Vorbest-mereka tidak akan berhenti sampai mendapatkan apa yang mereka inginkan. Termasuk Arion."
Rere mengepalkan tangannya, merasa perasaan aneh muncul di dalam dirinya. Sebelumnya, dia tidak terlalu memikirkan soal Areum. Namun, mendengar kata-kata Victor, rasa cemburu mulai merayapi hatinya, meskipun dia tidak ingin mengakuinya.
"Aku... aku di sini bukan untuk itu," kata Rere pelan, meski hatinya terasa semakin berat.
Victor menatapnya dengan penuh pengertian, tapi tetap dengan senyum nakalnya. "Tentu saja. Tapi hati seseorang sulit untuk dibohongi, Rere. Semoga kau berhati-hati."
Dengan kata-kata itu, Victor melangkah pergi, meninggalkan Rere yang kini dihantui oleh rasa cemburu yang tidak diinginkannya. Arion, sosok yang dia kagumi dan cintai dalam diam, kini mungkin menjadi pusat perhatian Areum Vorbest, dan Rere tidak bisa menolak bahwa itu membuatnya merasa terancam.
Namun, di balik rasa cemburu itu, ancaman dari retakan dunia bawah semakin mendekat, dan Rere tahu bahwa ada hal yang lebih besar yang harus ia hadapi selain perasaannya sendiri.
Sambil melangkah menjauh dari Rere, Victor tidak bisa menahan senyum kecil yang tersungging di wajahnya. Baginya, perasaan seperti cinta selalu tampak aneh dan membingungkan. Itu adalah sesuatu yang membuat orang-orang yang biasanya cerdas dan rasional-seperti Putra Mahkota Arion-berubah menjadi seseorang yang tampak kehilangan akal. Victor selalu mengamati Arion dengan penuh rasa ingin tahu, terutama ketika Rere ada di sekitar.
Arion, meskipun berusaha menyangkal perasaannya, tidak bisa menyembunyikan kekhawatirannya terhadap Rere. Setiap kali gadis itu berada dalam bahaya, Arion akan terlihat lebih tegang, lebih terfokus, seolah-olah ada sesuatu yang lebih dalam yang mendorongnya. Itu membuat Victor terhibur, melihat bagaimana perasaan cinta bisa mengubah seorang pemimpin yang biasanya tangguh menjadi seseorang yang begitu rapuh.
Dan sekarang, dengan kehadiran Areum Vorbest-gadis yang berambisi menjadi Putri Mahkota-Victor melihat kesempatan yang menarik. Sebuah kisah cinta segitiga yang pasti akan membuat segalanya lebih menarik.
"Ah, cinta," gumam Victor pada dirinya sendiri dengan seringai jahil. "Begitu aneh dan tidak masuk akal. Mungkin aku hanya ingin melihat bagaimana drama ini akan berakhir."
Victor menikmati perannya sebagai pengamat dan sedikit provokator. Baginya, perasaan-perasaan yang rumit seperti cinta adalah sumber hiburan di tengah semua kekacauan yang terjadi akibat retakan dunia bawah. Meskipun ia setia kepada Arion dan tugasnya, Victor tidak bisa menahan diri untuk tidak terlibat secara tidak langsung dalam kisah-kisah yang terjalin di sekitarnya.
Arion, di sisi lain, mungkin tidak menyadari seberapa besar perasaannya terhadap Rere, tapi Victor tahu lebih baik. la bisa melihat dengan jelas bagaimana Arion mencoba menyangkal perasaannya, berpura-pura tetap rasional dan tidak terpengaruh oleh emosi.
"Aku hanya menunggu waktu," pikir Victor sambil melangkah kembali ke arah pasukan. "Arion akan menyadari perasaannya. Dan ketika itu terjadi, semuanya akan menjadi lebih menarik."
Sementara itu, di kejauhan, Rere masih merenungkan kata-kata Victor tentang Areum Vorbest. Provokasi kecil itu telah menanamkan benih keraguan dan kecemburuan di hatinya, meskipun dia berusaha untuk tidak memikirkannya terlalu dalam.
Namun, perasaan adalah sesuatu yang sulit dikendalikan, dan di tengah ancaman besar dari retakan dunia bawah, perasaan-perasaan pribadi ini mulai menjadi beban yang tidak bisa diabaikan.
Victor, dengan senyum kecil di wajahnya, menunggu bagaimana cerita ini akan berkembang. Baginya, ini semua hanyalah permainan emosi yang aneh namun menarik untuk disaksikan. Cinta mungkin aneh, tetapi tidak ada yang bisa menyangkal kekuatannya untuk mengubah segalanya.
Malam mulai merayap di manor keluarga Estyor, tempat sementara bagi rombongan Putra Mahkota Arion untuk beristirahat setelah menghadapi retakan dunia bawah di wilayah tersebut. Namun, bagi Rere, malam itu terasa berbeda. Sejak Victor memprovokasi pikirannya dengan ucapan tentang Areum Vorbest, fokusnya menjadi kacau. Dia berusaha meyakinkan dirinya bahwa kata-kata Victor hanya candaan, tetapi benih keraguan dan perasaan asing mulai tumbuh di dalam hatinya.
Ketika Rere hendak menuju kamar yang telah disiapkan untuknya, pikirannya terus melayang-layang, tidak mampu mengabaikan kegelisahan yang mengganggunya. Mungkin karena itulah dia tidak memperhatikan langkahnya dengan baik dan tiba-tiba merasa tubuhnya berbenturan dengan sesuatu yang keras.
Tepat di depan pintu, Rere tanpa sengaja menabrak dada bidang Arion yang tengah berdiri di koridor. Napasnya tercekat, dan sebelum dia sempat berkata apa-apa, dia mendongak dan mendapati Arion sedang menatapnya. Wajahnya merah padam, seketika dipenuhi oleh rasa malu yang menyengat
"Maaf, aku tidak sengaja..." kata Rere cepat-cepat, tetapi suaranya terdengar nyaris berbisik.
Arion, yang tampaknya tidak terganggu oleh insiden kecil itu, hanya menatapnya dengan tenang, meskipun ada sedikit kilauan di matanya yang sulit dijelaskan. Kaos hitam tipis yang dikenakan Arion memperlihatkan otot-otot tubuhnya yang tegas, dan rambutnya yang basah meneteskan air, menunjukkan bahwa dia baru saja selesai mandi. Dalam sekejap, suasana di antara mereka berubah menjadi aneh, penuh dengan keheningan yang mendalam dan... sesuatu yang tidak terkatakan.
Rere berusaha menenangkan detak jantungnya yang berdebar keras, tapi tatapan dalam Arion seolah menahannya di tempat. Ada sesuatu dalam sorot mata Arion yang membuatnya merasa semakin dekat, semakin terhanyut dalam kehadirannya. Jarak di antara mereka tampak semakin mengecil, meskipun keduanya tidak bergerak. Wajah mereka seolah tertarik satu sama lain, perlahan-lahan, hingga napas mereka saling menyentuh.
Bibir mereka hampir bersentuhan.
Rere tidak bisa berpikir jernih. Tubuhnya seakan membeku dalam kehangatan yang aneh, tatapan Arion begitu dalam dan memikat, membuat dunia di sekitarnya menghilang. Saat bibir mereka semakin dekat, jantung Rere semakin berdebar kencang, sampai akhirnya... bibir mereka bertemu dalam sentuhan lembut.
Sebuah getaran halus menjalar di seluruh tubuhnya. Sentuhan itu terasa nyata, penuh kehangatan dan perasaan yang sulit dijelaskan. Rere tidak bisa menghindar, seolah-olah seluruh dunia berhenti berputar pada momen itu. Namun, tak lama kemudian, sebuah kesadaran mendadak menghantamnya.
Rere terbangun.
Dia tersentak, duduk tegak di tempat tidur, napasnya tersengal-sengal dan keringat dingin mengalir di dahinya.
Sekelilingnya sunyi, hanya suara angin malam yang terdengar lembut dari luar jendela manor. Dia meraba wajahnya, masih bisa merasakan hangatnya mimpi itu-mimpi yang begitu nyata, begitu mengguncang.
"Ini... ini hanya mimpi, gumamnya dengan suara pelan, mencoba menenangkan dirinya.
Dia melihat ke sekeliling kamar, pakaian tidur tipisnya terasa sejuk di kulitnya, namun bukan karena itu tubuhnya menggigil. Hatinya masih terguncang oleh mimpi yang barusan dia alami.
Arion-tatapan dalamnya, sentuhan lembut bibirnya-semuanya terasa begitu nyata, seolah-olah baru saja terjadi.
Rere memejamkan mata sejenak, mencoba mengendalikan perasaannya. Tapi meskipun itu hanya mimpi, perasaan yang dibangkitkan olehnya sulit untuk diabaikan. Cinta? Ketertarikan? Atau sekadar mimpi yang membingungkan? Rere tidak bisa menjawab pertanyaan itu.
Namun, satu hal yang pasti
apa pun yang ia rasakan terhadap Arion, perasaannya mulai tumbuh dan semakin sulit disangkal
pliz jgn digantung ya ...
bikin penasaran kisah selanjutnya
apa yg dimaksud dgn setengah peri dan manusia? apakah rere?