seorang wanita cantik yang bertemu dengan Laki-Laki tampan membuat diri nya jatuh hati, Namun sangat di sayangkan mereka memiliki perbedaan yang sulit untuk mereka bersatu selama nya. apakah cinta mereka akan bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fallenzio, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 14
Setelah kejadian di taman, mereka berdua akhirnya berniat untuk makan malam. Tadi, Delvin bertanya kepada Nabillah ingin makan apa, dan Nabillah menjawab, "Terserah."
Akhirnya, Delvin membawa Nabillah ke sebuah restoran. Alis Nabillah berkerut bingung, kenapa Delvin membawanya ke sini?
"Kenapa wajah kamu begitu, sayang?" sahut Delvin yang melihat wajah Nabillah, sambil mengelus pipi Nabillah.
"Billa nggak mau makan di sini, Kak," Rengek Nabillah sambil menggoyangkan lengan Delvin.
"Loh, kenapa? Kamu nggak suka?" tanya Delvin.
Nabillah menggeleng dan melihat Delvin dengan wajah kesal. Kini giliran Delvin yang bingung.
"Aku mau pecel ayam, Kak! Ish," jawab Nabillah dengan nada kesal.
"Loh, tadi katanya terserah, makanya aku bawa ke sini."
Mendengar perkataan Delvin, Nabillah semakin kesal karena merasa Delvin tidak peka.
"Aku mau pecel ayam. Kakak udah nggak sayang aku lagi? Ya sudah, kalau begitu, aku makan sendiri saja!" ucap Nabillah sambil berusaha pergi.
Saat ingin pergi, Delvin dengan cepat memegang lengan Nabillah dan terkekeh melihat sikap Nabillah yang kesal.
"Astaga, sayang, kenapa nggak bilang dari tadi?" tanya Delvin yang menggeleng-gelengkan kepala, melihat gengsi Nabillah.
Seharusnya, dia senang jika dibawa makan di restoran mahal. Kenapa Nabillah berbeda dengan perempuan-perempuan lain di luar sana?
"Kakak nggak peka," jawab Nabillah dengan sedikit cemberut.
Delvin kembali terkekeh dan mengusap rambut Nabillah, meskipun terhalang oleh hijabnya. Lalu, ia naik ke motor dan memakai helm.
"Ayo naik, tadi katanya mau pecel ayam," ucap Delvin.
Nabillah tersenyum lalu naik ke motor Delvin dan memeluk tubuhnya sambil mencium pundaknya. Ia sangat suka dengan wangi tubuh Delvin.
Delvin tersenyum dan melajukan motornya dengan kecepatan sedang.
"Kakak, I love you," ujar Nabillah tiba-tiba, membuat Delvin salah tingkah.
"I LOVE YOU MORE, NABILLAH!" jawab Delvin dengan sedikit teriak.
Nabillah pun langsung memukul pundak Delvin sekilas, dan akhirnya mereka saling tertawa di perjalanan.
Delvin senang melihat Nabillah yang ceria seperti ini, tidak lagi menangis atau diam seperti tadi.
Nabillah kembali memeluk tubuh Delvin, lalu Delvin mencium tangan Nabillah berkali-kali.
"Tuhan, biarkan seperti ini terus," ucap Delvin dalam hati.
Akhirnya, mereka sampai di kedai pecel ayam yang Nabillah inginkan.
Delvin langsung memesan makanan, sementara Nabillah mencari tempat duduk.
Setelah memesan, Delvin menyusul Nabillah yang tidak jauh dari sana. Saat hendak duduk, tiba-tiba ada seseorang yang menyapa Delvin.
Delvin pun langsung berdiri. "Halo, bro," jawab Delvin.
"Tambah lancar aja nih, bro," ucap orang itu.
"Bisa aja lo, Bang Ardan," jawab Delvin.
Ardan adalah teman kerja Delvin, yang banyak berperan dalam hidup Delvin dan menjadikannya seperti sekarang.
Ardan melirik Nabillah yang diam saja di samping Delvin.
Delvin yang tahu lirikan Ardan pun memperkenalkan Nabillah kepada Ardan.
"Sayang, kenalan. Ini teman aku," ucap Delvin kepada Nabillah.
Nabillah berdiri lalu tersenyum kepada Ardan dan bersalaman, lalu memperkenalkan dirinya. Ardan pun membalas salam itu.
"Ardan," ucapnya.
"Jadi, kapan nih lo nikah?" tanya Ardan, yang tadi mendengar Delvin memanggil Nabillah dengan sebutan sayang.
"Lo dulu aja nggak sih, Bang?" jawab Delvin dengan bercanda.
"Doain aja. Yasudah deh, Vin, gue duluan. Kasian cewek gue lagi nungguin," ucap Ardan.
Delvin pun mengangguk, dan Ardan menepuk pundak Delvin sebelum tersenyum ke arah Nabillah. Nabillah membalas senyumannya. Kemudian mereka duduk kembali.
Nabillah menyandarkan kepalanya di pundak Delvin sambil menunggu makanan datang. Delvin pun terus mencium kepala Nabillah berkali-kali.
Beberapa menit kemudian, makanan yang mereka pesan pun datang, dan mereka makan dengan tenang.
Setelah makan, mereka pulang. Delvin mengantar Nabillah pulang terlebih dahulu.
Tapi sebelum itu, seperti biasa, mereka ke supermarket. Delvin harus membelikan Nabillah susu kesukaannya, dan Nabillah tidak menolaknya. Ia justru senang.
Tidak ada nongkrong dulu, mereka berdua langsung pulang karena jam sudah menunjukkan pukul 10, sementara Nabillah harus bekerja besok.
Setelah beberapa menit, mereka sampai di depan rumah Nabillah. Kali ini dan seterusnya, Delvin tidak menjemput dan mengantar Nabillah hingga ke gang rumahnya.
Nabillah turun dari motor, sementara Delvin melepaskan helmnya lalu tersenyum.
"Kak, terima kasih," ucap Nabillah.
"Sama-sama, sayang. Masuk gih kamu," jawab Delvin sambil menyuruh Nabillah masuk terlebih dahulu.
Nabillah mengangguk menjawabnya lalu mencium pipi Delvin sekilas.
Delvin tentu saja kaget, tapi detik berikutnya ia tersenyum melihat wajah Nabillah yang malu-malu. Ia yang dicium, tapi ia juga yang salah tingkah.
Delvin pun mengusap rambut Nabillah yang terbalut hijab dengan penuh kasih sayang.
"Sudah malam, kamu masuk ya," ucap Delvin lalu memakai helmnya.
"I love you," lanjutnya.
"I love you too, Kak. Kakak hati-hati di jalan," ucap Nabillah.
Delvin mengangguk, lalu menyuruh Nabillah masuk kembali. Nabillah pun masuk ke dalam rumahnya.
Setelah memastikan Nabillah sudah masuk, Delvin langsung menyalakan motornya dan melajukan motor menuju rumahnya.
Sementara itu, Nabillah juga langsung bersih-bersih sebelum tidur. Sepertinya malam ini akan menjadi malam yang indah bagi keduanya.
Walaupun tadi sempat ada konflik, entah kenapa, jika mereka bertemu, hati mereka merasa senang, dan beban masalah pun tiba-tiba menghilang.
Mereka boleh saja tidak setuju. Mereka boleh saja mencegah mereka bersatu. Namun, jika Tuhan punya kehendak untuk menyatukan mereka, mereka bisa apa?
TBC....