Ailen kaget setengah mati saat menyadari tengah berbaring di ranjang bersama seorang pria asing. Dan yang lebih mengejutkan lagi, tubuh mereka tidak mengenakan PAKAIAN! Whaatt?? Apa yang terjadi? Bukankah semalam dia sedang berpesta bersama teman-temannya? Dan ... siapakah laki-laki ini? Kenapa mereka berdua bisa terjebak di atas ranjang yang sama? Oh God, ini petaka!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
~ 12
Zara berjalan mondar-mandir di depan pintu gerbang rumah Derren. Entah apa yang terjadi, tiba-tiba saja kekasihnya itu menjauhinya tanpa sebab. Bahkan tak merespon saat dia melakukan wawancara dengan beberapa anak media. Sikap Derren sangat aneh, berubah tanpa sebab yang jelas.
Drtt drrtt
"Ck, siapa sih yang menelpon. Mengganggu saja," kesal Zara sembari merogoh ponsel dari dalam tas. Dan begitu melihat id penelepon yang tertera di layar ponsel, wajahnya langsung berseri-seri. Pucuk dicinta ulam pun tiba. Orang yang sedang dia tunggu akhirnya menelpon juga.
"Halo, Derren. Kau di mana, sayang? Aku rindu. Bisakah kita bertemu?"
Tak ada sahutan dari dalam telepon. Hanya suara tarikan napas saja yang terdengar di sana. Heran, Zara kembali berbicara. Dia mencoba merayu dengan kalimat manja yang selama ini selalu berhasil meluluhkan hati Derren saat sedang merajuk.
"Tahu tidak. Ayahku marah setelah aku melakukan wawancara itu. Katanya aku tidak boleh pulang ke rumah sebelum mendapatkan maaf darimu," ucap Zara dengan suara manja yang dibuat-buat.
["Bisakah berhenti bicara dengan suara menjijikkanmu itu? Aku serasa mendengar suara anak anjing yang sedang sekarat."]
Kalimat dingin yang sangat amat menohok jantung. Zara tercengang. Benarkah yang barusan bicara adalah Derren, kekasihnya?
"Tidak mungkin!" Zara menggumam. Cepat-cepat dia menggelengkan kepala meyakinkan diri kalau sudah salah dengar. "Sayang, yang barusan bukan kau yang bicara 'kan? Kau tidak mungkin sekasar ini padaku. Iyakan?"
["Berhenti bersikap seperti orang gila, Zara. Telingamu tidak tuli. Aku baru saja menyebutmu anak anjing yang sedang sekarat."]
Lagi. Zara kembali dibuat tercengang saat Derren memperjelas ucapannya. Syok, hampir saja dia jatuh ke tanah kalau tangannya tak sigap memegang gerbang. Mustahil. Pria yang dulu begitu tergila-gila padanya, bagaimana bisa tega berkata kasar seperti itu?
"Kau kenapa, Derren? Jika aku melakukan kesalahan, tolong jelaskan. Jangan malah menyiksaku seperti ini. Tanpa ada sebab yang jelas, aku diacuhkan dan tak dianggap. Dan sekarang kau mengataiku dengan begitu kasar. Apa salahku?"
["Salahmu?"]
Dari dalam telepon Derren tak langsung menyelesaikan ucapannya. Hal ini mendatangkan rasa penasaran yang begitu besar di benak Zara. Mengapa nada suara Derren terdengar begitu sinis?
(Tidak mungkin Derren mengetahui perselingkuhanku dengan Keenan. Selama ini kami sangat hati-hati sekali dalam berhubungan. Mustahil dia tahu. Tidak, pasti bukan karena hal ini dia berubah)
Ketar-ketir sendiri, Zara tampak menggigit bibir sambil mencengkram tali tas yang dipakainya. Andai yang dia pikirkan benar, maka habislah semuanya. Keenan adalah sahabat Derren. Semua rencana mereka bisa gagal jika perselingkuhan tersebut sudah lebih dulu terekspos sebelum semuanya selesai.
"S-sayang, apa seseorang mengatakan sesuatu yang buruk tentangku padamu?" tanya Zara hati-hati sekali. Jantungnya berdebar kuat setelah melayangkan pertanyaan tersebut.
["Mari kita sudahi percakapan yang tidak penting ini. Dan untukmu wanita murahan, jangan pernah menginjakkan kaki lagi di perusahaan maupun di kediamanku. Kau tidak diterima. Jika bisa, aku sangat tidak ingin kita bernapas di kota yang sama. Kau menjijikkan!"]
Klik. Panggilan diputus begitu saja setelah Derren melontarkan kalimat yang sangat luar biasa menyakitkan. Zara yang sebelumnya tidak pernah mendapat perlakuan sedemikian rupa, merasa seperti mimpi saat ucapan Derren terngiang di telinga.
"Dia menyebutku wanita murahan? Apa ini artinya hubungan kami sudah berakhir?" Zara tersentak. Wajahnya seketika berubah pucat saat tersadar ke arah mana makian tersebut ditujukan. "Brengsek! Aku harus segera menghubungi Keenan. Sepertinya Derren benar-benar sudah mengetahui perselingkuhanku dengan dia. Argggh!!"
Tanpa Zara sadari, sejak tadi ada sebuah mobil yang mengawasinya dari kejauhan. Dan orang yang duduk di dalam mobil tersebut adalah Derren dan Julian. Mereka sengaja menepi di sana karena tak ingin bertatap muka dengan wanita tak tahu diri itu.
"Apa Ayah dan Ibu merespon berita di media?" tanya Derren sambil mengawasi mobil milik Zara. Akhirnya pergi juga. Sempat terpikir untuk meledakkan mobil wanita itu saat melihatnya terparkir di halaman depan gerbang rumahnya.
"Untuk saat ini masih belum ada respon apapun dari mereka, Tuan. Namun, saya tak menjamin keheningan ini tidak akan berlangsung lama. Ayah Nona Zara pasti akan membuat mereka segera mengetahui kalau hubungan kalian sedang tidak baik-baik saja," jawab Julian.
"Hmmm, sungguh bodoh. Kenapa aku baru menyadari kebusukan mereka setelah sekian lama ya?"
"Namanya juga cinta. Kata orang, cinta bisa membutakan mata dan hati seseorang. Dan saya rasa Anda mengalami hal ini saat sedang bersama Nona Zara dulu."
"Lihatlah betapa lancang mulutmu bicara, Julian. Tidakkah kau merasa takut aku akan menjahitnya?"
"Saya minta maaf,"
"Hmmm,"
Derren mengendurkan ikatan dasi. Sedetik kemudian, bibirnya tiba-tiba tersenyum saat teringat Ailen yang merajuk karena kesal terus-menerus digoda olehnya. "Tetapi ucapanmu ada benarnya juga. Cinta membuat seseorang menjadi buta. Kalau bersama Zara, itu adalah suatu kebodohan. Namun, Ailen pengecualian. Kali ini yang buta bukan hanya mata dan hatiku saja, tapi segalanya. Aku ingin dia, Julian."
"Kita bahkan baru kembali dari rumah sakit tempat Nona Ailen bekerja, Tuan. Haruskah kembali lagi ke sana?"
(Ayolah, Tuan Derren. Jangan buat saya ikut merasakan kebucinan Anda. Ada pekerjaan penting yang harus segera kita selesaikan. Tolong kembalilah pada stelan awal di mana Anda sangat bertanggung jawab terhadap loyalitas pekerjaan)
"Apa kau keberatan jika aku memintamu untuk kembali ke rumah sakit?"
"Tentu saja tidak. Akan tetapi ada baiknya jika sekarang kita kembali ke perusahaan setelah mengambil berkas yang tertinggal. Tuan Keenan ... kita memiliki kerjasama bisnis dengannya. Juga tentang kebakaran gudang tempo hari. Saya menerima informasi kalau Tuan Keenan ada hubungannya dengan kejadian itu."
Raut wajah Derren langsung berubah begitu Julian membahas tentang Keenan, sahabatnya yang telah berkhianat. Tak lagi memikirkan Ailen, dia seketika serius membahas pekerjaan. Mengambil berkas yang tertinggal di rumah, lalu kembali lagi ke perusahaan guna membahas masalah tersebut.
"Berapa total kerugian yang harus perusahaan keluarkan jika memutus kontrak sepihak dari perusahaan milik b*jingan itu?" tanya Derren seraya menampilkan mimik wajah yang sangat serius.
"Cukup besar, Tuan. Tetapi saya jamin itu tidak akan membuat Anda jatuh miskin."
"Apa tidak ada jawaban yang jauh lebih baik dari ini?"
"Tidak ada. Karena sudah menjadi fakta umum adalah satu kemustahilan keluarga Montana bisa jatuh miskin. Hanya ketika Tuhan sendiri yang menginginkan, hal tersebut baru akan terjadi," ucap Julian dengan penuh berani.
Satu seringai tipis muncul di bibir Derren setelah mendengar ucapan Julian. Sembari mengusap bibir bawah, dia memberikan titah untuk segera memutuskan seluruh hubungan kerja dengan perusahaan milik Keenan.
"Kita mungkin pernah menjadi teman. Tetapi jika pengkhianatan dihadirkan di tengah kedekatan kita, maka jangan harap kau masih bisa bertatap muka denganku. Cihhh!"
***
suka kali aku part ini 😁😂😂