“Ale, kakek cuma minta satu permintaan kekamu. Menikahlah dengan gadis yang difoto ini, namanya Olivia Gumolily dia gadis baik, dia anak teman Papa Mama mu dulu. Kakek titip Olivia ke kamu sayangi dia” - Wasiat kakek Axel Caprice Alessandro Caprice merupakan pewaris kerajaan bisnis yang memiliki campuran darah Italia, dia merupakan boss dari mafia besar de’Mons yang terkenal dengan keganasannya. Ale adalah seorang dengan wajah tegas dan dingin, tidak ada kata perempuan dihidupnya selain mediang ibunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Savana Yolanda JM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
LA-Bab 35 First Kiss?
Ale dan Olivia sudah sampai dirumah, Ale memanggil salah satu pelayan untuk mengantar Olivia ke kamar untuk berisitrahat.
“Istirahatlah” – Ale mengeluus lembut punggung Olivia, setelah itu dia berjalan menuju ke ruang kerja miliknya bersama Sam.
Olivia masih berdiri ruang keluarga, dia tidak berniat kekamar sekarang.
‘Untuk apa aku kekamar aku tidak ngantuk, mending aku buat cemilan aja deh’ – pikiran Olivia saat ini.
Dia berjala kearah dapur dengan kruknya. Pelayan yang dipanggil oleh Ale heran karena perintah tuannya bukan kearah dapur melainkan kamar
“Nona, anda mau kemana?” – pelayan
“Aku mau membuat camilan, aku mau buukan roti, kue dan puuding, tolong dibantu ya” – Olivia tersenyum ramah
“Saya saja yang membuat, nona silahkan istirahat. Saya takut dimarahin tuan nantinya” – pelayan takut Ale akan marah jika melihat ini
“Tidak tenanglah, bantu aku saja untuk membuat semua ini” – Olivia memaksa dan mau tidak mau pelayan menurutinya.
Olivia dengan langkah tertatih-tatih mengecek semua bahan dan menimbang-nimbang jajanan apa yang akan dibuat.
“Bisa tolong ambilkan aku pena dan kertas?” – Olivia meminta tolong
“Ini nona” – pelayan tersebut memberikan kertas tersebut. Olivia langsung menulis bahan apa saja yang akan dia gunakan dan meminta pelayan untk menyiapkan. Dia dibantu oleh pelayan untuk membuat makanan yang dia inginkan.
“Siapa namamu?” – Olivia bertanya
“Saya Rara nona” – Pelayan tersebut
“Aku Olivia Ra, kalau hanya kita berdua panggil aku Oliv saja” – Oliv mencoba akrab dengan Rara
“Maaf nona tidak sopan” – Rara menolak, Olivia awalnya memaksa tapi ujungnya Rara juga tidak mau akhirnya membiarkan saja.
Sudah 2 jam mereka membuat kue dan puding. Puding sudah didinginkan dan pasti sudah jadi sekarang, sedangkan kue dan Roti juga baru saja matang.
Mereka memasukkan dalam wadah untuk disimpan dan bisa dikonsumsi kapan saja.
“Tolong hidangkan dipiring ya Ra” – Olivia meminta tolong. Olivia dengan sigap membuat kopi untuk Ale dan Sam yang berada diruang kerjanya.
Olivia mendorong troli makanan dengan kesusahan. Dia mengetuk ruang kerja Ale dan ijin untuk masuk.
“aku Cuma mau mengantar ini” – Olivia mendorongnya dan dengan sigap Sam membantu.
Ale masih berbicara dengan karyawannya seccara virtual, dia melirik kearah Olivia sesekali.
Setelah mengantar itu Olivia keluar, dia tidak bermaksud mengganggu kerja Ale saat ini.
Olivia keluar berniat akan menikmati udara sore di taman belakang. Dia membawa kuenya kedalam kantung untuk dinikmatinya.
“Bunganya mekar” – Olivia melihat kearah taman, bunga yang dia tanam dengan beberapa pelayan disana saat ini mekar dengan indah.
Olivia menghampirinya, berniat memerik beberapa tangkai untuk hiasan dikamarnya.
Dia sekarang duduk digazebo menikmati semilir angin, dia juga menikmati kue yang dia buat sendiri.
‘apa suasana seperti bisa bertahan lebih lama?’ – pikirnya.
Langit mulai menghitam menandakan hari mulai malam, Olivia tidak berniat berpindah dari tempatnya sekarang. Dia masih bertahan gazebo dengan membaringkan badannya di sofa outdoor panjang. Dia mengecek ponselnya ada pesan dari Eliz yang mengajaknya untuk mengecek gedung. Eliz juga memberitahu jika undangannya sudah di kirim kealatan kantor Ale.
Olivia mengucapkan banyak terima kasih ke Eliz dan meminta maaf karena kejadian beberapa hari yang lalu membuatnya dibentak oleh Ale. Saat asik dengan ponselnya betapa kagetnya Oliv karena Ale sudah berdiri disampingnya.
“Akh!!... Tuhannn!! Kenapa kau tak bersuara” – Olivia kaget
Seperti biasa tidak ada jawaban apapun dari Ale. Olivia mengubah posisinya menjadi duduk dan Ale duduk disamping Olivia.
Beberapa saat mereka duduk bersama tidak ada yang mengeluarkan suara saat ini. Tenang hanya menikmati angin.
“Ayo masuk, udara semakin dingin” – Olivia berniat berdiri. Ale lebih dulu berdiri dan menggendong Olivia dengan gaya koala seperti anak kecil
“Kruk ku bagaimana?” – Olivia menunjuk kruk yang ada di dekat tempat duduknya
“Biarkan” – Ale. Olivia melingkarkan tangannya keleher Ale dan menenggelamkan wajahnya dilehernya.
“Apa aku tidak berat?” – pertanyaan Olivia yang tidak dijawab oleh Ale
Saat masuk kekamar, Ale tidak menurunkan Olivia dia hanya diam, Olivia menjauhkan mukanya dari leher Ale berniat untuk melihat Ale. Tanpa aba-aba Ale langsung menempelkan bibirnya ke bibir Olivia.
“Cupppp…” bibir mereka masih menempel lama, hingga Olivia sedikit menjauhkannya. Dia memegang bibirnya dan bergumam ‘Ini first kiss ku’ gumam yang masih bisa terdengar oleh Ale.
‘Ini bukan yang pertama’ – suara hati Ale.
Ale melanjutkannya dia melahap bibir Olivia, tangannya menahan pinggang Olivia yang masih dalam gendongannya dan tangan satunya menahan kelapa Olivia agar tidak menjauh darinya.
“Ceckk….. hmmmm..hmm” – Olivia mulai menikmati permainan bibir Ale hingga dirinya kehabisan nafas. Ale terpaksa melepaskannya karena tau Olivia sudah kehabisan nafas
“Bernafaslah” – Ale mengelus bibir Olivia lembut. Olivia yang dipandang Ale dengan posisi yang sangat dekat membuatnya malu. Dia menyembunyikan mukanya dibalik badan Ale.
Dia menetralkan nafasanya, sedangkan Ale hanya mengelus punggung Olivia dengan lembut.
Ale meletakkan Olivia dengan lembut ke kasur miliknya. Dia mencium kening Olivia lama dan pergi meninggalkan Olivia kekamar mandi.
“Tuhan jantungku” – dia memegang jantungnya yang berdetak sangat cepat.
Ale keluar dari kamar mandi hanya dengan boxer hitamnya saja. Dia mengangkat Olivia dan meletakkannya ke kloset. Dia meninggalkan Olivia di kamar mandi. Setelah mandi dan ganti baju Olivia keluar dari kamar mandi merayap dengan bantuan dinding disana.
Ale yang melihat langsung mengangkatnya dan meletakkanya kekasur. Olivia sudah siap untuk tdur sekarang, Ale pun sama. Ale selalu menemani Olivia tidur setelah itu meninggalkannya saat lelap untuk mengurus pekerjaanya yang lain.
“Ale, aku besok akan pergi bersama Eliz untuk melihat gedung. Kata Eliz undangannya sudah ada dikantormu, boleh aku minta beberapa undangan untuk teman-temanku?” – Olivia
“Heem ambilah semaumu” – seperti Ale biasanya
Keesokan paginya Eliz sangat pagi sudah berada di kediaman Ale. Mereka bertiga sarapan bersama sekarang.
“Aku pinjam Olivia dulu ya” – Eliz meminta ijin ke Ale
“Jangan macam-macam” – nada peringatan Ale
“Tidak akan” – Eliz
Eliz dan Olivia berangkat bersama setelah makan, dia juga melihat Ale memasuki mobilnya untuk berangkat kekantornya.
Eliz dan Olivia menuju kesalah satu gedung yang memiliki ballroom megah
“Apa ini tidak berlebihan?” – Olivia merasa pertunanganya sangat berlebihan untuknya
“tidak ini wajar” – Eliz tersenyum
‘Kenapa orang kaya selalu menghambur-hamburkan uang?’ – Olivia tidak habis pikir
“Bagaimana sudah pas?” – Eliz meminta pendapat dari Olivia
“Menurutku sudah, untuk panggungnya apa bisa lebih direndahkan, biar lebih intimate ke para tamu” – Olivia berpendapat
“hah betul… aku cari orangnya terlebih dahulu, kau duduklah disini” – Olivia duduk dan memainkan ponselnya menunggu Eliz saat membuka ponselnya ada kabar dari media online yang membuatnya kaget
‘Model cantik bernama Eve hamil, diduga Anak pengusaha Alessandro Caprice’
semangatya nulisnya Thor 💖