Berkisah tentang perjalanan panjang seorang pendekar tingkat tinggi dari dunia persilatan. Dia mengalami pertempuran antara hidup dan mati melawan para pendekar dari dunia persilatan.
Kisah ini berawal dari beberapa tahun silam ketika dia menemukan sebuah kitab suci legenda dan pedang pusaka. Kitab suci itu dipercayai mampu mengubah takdir dan hidup seseorang.
Dan akhirnya para pendekar dari berbagai kalangan mulai dari aliran putih, netral dan hitam bekerja sama membuat jebakan untuk mengkapnya.
Mari kita ikuti petualang Feng Xuan atau Lan Xuan Yu dalam perjalanan hidup barunya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tasya anam, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
9. Babak semifinal II
"Peserta nomor 4 Shue Ling dan Liang Hua silahkan naik ke atas panggung."
Dua gadis cantik berjalan maju ke atas panggung. Setelah wasit memanggil dua peserta untuk naik ke atas panggung.
Keduanya memiliki paras yang cantik, tetapi aura dan pesona yang berbeda. Shue Ling berparas cantik namun tomboi sehingga terlihat maskulin. Sementara Liang Hua berparas cantik dan lembut namun memiliki karakter tegas sehingga terlihat menggoda.
"Aku yakin kali ini pemenangnya saudara Shue Ling."
"Aku setuju dengan pendapatmu. Saudara Shue Ling kekuatannya sekarang sudah ada di puncak pendekar ahli."
"Tidak. Kali ini aku yakin yang akan menjadi pemenangnya saudara Liang Hua. Karena aku pernah melihat sendiri. Saudara Liang Hua berlatih dengan saudaranya Liang San beberapa hari yang lalu. Ilmu pedangnya sangat tinggi."
"Benar saudara Liang Hua adalah idola murid sekte Gunung Awan. Dia memiliki bakat tinggi, cantik, putri salah satu tetua sekte terbaik jadi tidak perlu diragukan kemampuannya."
Murid sekte mulai banyak membicarakan dua gadis yang ada di atas panggung. Setelah wasit mengumumkan pertandingan di mulai.
Keduanya langsung saling serang. Kedua gadis itu sama sama mengunakan senjata pedang. Gerakan Liang Hua sangat lincah namun lembut terlihat sepintas seperti melakukan gerakan tarian pedang.
Disisi lain Shue Ling cepat dan tajam. Disetiap gerakannya mengandung tenaga dalam yang tidak sedikit. Itu alasan kenapa setiap serangannya terlihat tajam dan mematikan.
Jika dilihat sepintas saja Shue Ling ini ahli tenaga dalam, karena dapat mengontrol penggunaan tenaga dalam tanpa membebani tubuhnya.
Sebab jika seseorang tidak bisa mengontrol penggunaan tenaga dalam dengan benar. Maka dia akan cepat kelelahan dan tenaga dalamnya cepat terkuras.
Sabetan pedang Shue Ling mulai tidak bisa di hindari. Ada beberapa kali serangannya mengenali tubuh liang hua. Meskipun tidak fatal namun setiap luka yang dialami akan berpengaruh dalam setiap gerakannya.
Liang Hua dengan cepat menghentikan pendarahan di tubuhnya mengunakan tenaga dalam. Saat ini tubuhnya sudah dihiasi beberapa luka akibat tebasan pedang Shue Ling.
Mata Liang Hua menyiratkan api kemarahan ketika menatapnya. Namun gadis yang ditatap itu tidak terpengaruh sedikit pun.
Saat ini Shue Ling justru memprovokasi dengan mulai menyerang bagian atas tubuh Liang Hua. Dia sama sama seorang gadis jadi dia tahu bagian atas tubuh merupakan area terlarang terutama wajah.
Liang Hua yang wajahnya mulai di jadikan sasaran pedang menjadi sangat geram. Dia mengerahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya menyerang Shue ling tanpa perhitungan lagi.
Melihat Liang Hua sudah berhasil terprovokasi, selanjutnya gadis itu melanjutkan strategi selanjutnya yaitu dengan meningkatkan pola serangan untuk mengecoh.
Ketika seseorang dalam keadaan emosi meledak maka mereka cenderung memperlihatkan sedikit celah yang tidak di sadari. Begitu juga dengan Liang Hua titik lemahnya bisa di lihat Shue Ling.
Tanpa aba aba terlebih dahulu Shue Ling langsung memberikan serangan tendangan mematikan dan sasarannya kali ini pinggang Liang Hua. Karena saat itu pertahanan Liang Hua terlihat lemah di bagian itu.
Dhuak... Dhuak... Dua kali tendangan bersarang di pinggang Liang Hua.
"Argh...." Gadis itu spontan menjerit karena bagian tubuhnya terhantam lawan.
Dengan dua kali tendangan bersarang di tubuhnya. Keseimbangan tubuh Liang Hua menjadi sedikit goyah. Kesempatan itu tidak disia-siakan oleh Shue Ling. Dengan cepat Shue Ling mengarahkan pedangnya di ujung tenggorokan Liang Hua. Ketika ujung pedang Shue Ling hampir mengenali lehernya. Liang Hua langsung berteriak, "Aku mengaku kalah!!"
Dengan demikian maka pertandingan di menangkan oleh Shue Ling. Setelah mengumumkan pemenang wasit langsung memanggil peserta lainnya.
"Peserta nomor 5 Tang Yue melawan Lin Hao. Silahkan naik ke atas panggung."
Tang Yue mengunakan senjata tombak sementara Lin Hao mengunakan senjata golok. Keduanya memiliki kekuatan yang seimbang karena sama sama di tingkat ahli tahap menengah.
Setelah mendengar suara peluit keduanya pun langsung maju dan saling menyerang.
Tring... Trang...
Tring... Trang...
Dentuman suara senjata terus beradu dan tidak ada yang mau mengalah sedikitpun. Jurus demi jurus mereka keluarkan semua. Karena pertarungan ini menentukan untuk bisa masuk ke babak final.
Jadi tidak ada satupun dari mereka yang ingin menyia-nyiakan kesempatan yang ada. Setelah melewati waktu 15 menit keduanya masih sama sama berimbang.
Namun setelah 30 menit pertarungan keduanya mulai kelelahan dan nafasnya mulai tidak stabil. Karena merasa membutuhkan jeda beberapa saat keduanya menarik diri ke belakang. Keduanya sama sama mengatur pernafasannya yang sudah tidak stabil.
Setelah beristirahat selama 5 menit, keduanya memulai kembali permainan. Kali ini strategi dan pola serangan mereka jauh berbeda dari awal permainan.
Tang Yue mengunakan tombaknya berusaha terus menerus menyerang area vital lawan yaitu jantung. Sementara Lin Hao yang area vitalnya terus menerus menjadi sasaran. Berusaha untuk menghindari kadang juga menepisnya.
"Argh...." Lin Hao menjerit ketika tombak Tang Yue menusuk bahunya saat berusaha menepis pedang lawannya. Meskipun tidak parah namun memberikan rasa sakit yang luar biasa sehingga menganggu konsentrasinya.
Karena konsentrasinya sudah mulai menurun akibat menahan rasa sakit Lin Hao tidak bisa menghindari tendangan Tang Yue yang mengarah ke dadanya.
"Argh..." Jerit Lin Hao wajahnya mulai pucat.
Uhuk... Uhuk... Uhuk...
Lin Hao terbatuk batuk dan mengeluarkan seteguk darah dari mulutnya. Melihat kondisi Lin Hao yang sudah terluka. Maka dengan cepat wasit mengumumkan Tang Yue sebagai pemenangnya. Agar pertarungan cepat berhenti sehingga tidak melukai Lin Hao lebih parah.
Pertandingan babak semifinal pun berakhir. Dan menyisakan lima orang pemenang diantara adalah Zhang Xin, Bai Liu, Lan Xuan Yu, Shue Ling, Tang Yue.
Aturan untuk babak final ini. Kelima peserta akan memiliki Empat kali pertarungan. Sebagai contohnya Zhang Xin melawan Bai Liu, Zhang Xin melawan Lan Xuan Yu, Zhang Xin melawan Shue Ling, Zhang Xin melawan Tang Yue begitu seterusnya. Bagi setiap peserta yang memiliki kemenangan terbanyak maka akan masuk ke babak final.
Begitu pengumuman kelima calon peserta babak final selesai di umumkan. Hari pun sudah gelap acara latih tanding di bubarkan dan akan dilanjutkan esok harinya.
Banyak murid sekte Gunung Awan yang mendiskusikan hasil dari pertandingan hari ini. Mereka tidak menyangka orang orang yang tadinya di jagokan menjadi calon juara justru gugur. Namun orang yang tidak pernah di perhitungkan keberadaannya justru memenangkan pertandingan bahkan lolos ke babak final.
Dunia persilatan sungguh sangat tidak terduga, karena menyembunyikan bakat bakat muda di dalamnya. Ini baru di dalam sekte Gunung Awan lalu bagaimana dengan dunia persilatan di luar sana.
Kejadian hari ini bisa membuka wawasan murid sekte Gunung Awan. Yang tadinya berbangga diri karena bisa meraih prestasi tinggi di usia mereka yang rata rata 15 - 20 tahun berada di tingkat pendekar ahli.
Namun hari ini mereka seperti mendapatkan tamparan keras ketika melihat pertarungan Lan Xuan Yu melawan Zhao Feng. Zhao Feng adalah jenius muda yang berusia 17 tahun. Tidak banyak yang bisa menandingi prestasinya. Namun hari ini dia harus menelan kekalahan ditangan Lan Xuan Yu yang masih berusia 8 tahun.
Saya hanya berharap semoga pembaca bisa menerima karya saya tanpa harus menghakimi.