Warning bijak membaca!!!
Rangga adalah seorang pemuda yang gemar membuat syair, hingga pada suatu malam dia bermimpi dikejar oleh seseorang kakek misterius yang mengaku sebagai titisan pendekar syair berdarah, sejak itu semua syair yang tercantum menjadi sebuah mantra sakti. dilarang keras untuk mempelajari atau menghafalkan syair yang ada di novel ini, karena semua hanya imaginasi author saja
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon hafit oye, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kunai Sakti
Rangga sangat luar biasa, Wilona terkagum dalam hatinya melihat Rangga mampu mengalahkan 10 orang dengan seketika, dia semakin yakin Rangga akan bisa melindungi dirinya.
Terlihat Rangga menghampiri pria bertopeng yang sebelumnya berbicara arogan padanya, dia adalah ketua dari rombongan pria pria bertopeng itu.
" Kalian siapa? Dan apa maksud kalian menginginkan kekasihku. " Rangga menatap tajam pria bertopeng itu, nada ucapannya terdengar tenang.
Mendengar ucapan Rangga seketika saja raut Wilona merona. Dia sekarang tengah berada dibalik punggung Rangga,
" Aku sama sekali tak akan memberitahukan mu! " Walau dalam keadaan tak mampu bergerak, pria bertopeng itu masih bisa bersuara sedikit meninggi dihadapan Rangga.
" Jadi kalian memilih mati? " Rangga masih terlihat tenang, tatapannya masih tajam menatap pria bertopeng itu. orang orang disekitar terlihat kembali berkerumun, namun satuan dari kepolisian setempat belum ada yang datang.
" Sekali pun kamu membunuh kami semua, aku tak akan memberitahukan mu! " Pria bertopeng itu masih terlihat angkuh.
" Baiklah! kalian jangan menyesal... " Setelah berucap seperti itu Rangga membacakan kidung syair kematiannya, seraya membalikkan badannya, melihat Wilona yang berada dibelakangnya lalu menggenggam tangannya lalu seraya melangkah pergi meninggalkan mereka.
Seketika itu yang dalam keadaan terkulai tak sadarkan diri kesemuanya merintih kesakitan, tangan pun tidak mampu menutup telinga mereka yang seperti ada yang menusuk nusuk dibagian gendang telinga mereka, apalagi ke 6 pria yang terlihat kaku, hanya mata mereka terlihat terbelalak keatas serta telinga mengeluarkan darah dari kuping mereka.
" Ohh.. Sakitttt..!! " Raungan mulai terdengar dari mulut mereka.
" Tolong...ini sangat menyakitkan sekali, hentikan...! "
Rintihan dan raungan mereka sangat terdengar memilukan, siapa pun yang mendengar. Namun kidung itu tetap di lantunkan seraya Rangga tetap melangkah pergi dengan tetap menggandeng tangan Wilona.
" Kamu mau kemana!! Hey bebas kan ini, tolong hentikan suaramu itu, itu menyakitkan...!! Pria yang terlihat kaku terus berteriak keras. Tentunya hanya 10 orang itu saja yang merasakan sakit, tapi tidak dengan orang orang yang sedang menyaksikan mereka. Siapa pun merasa takjub dengan kehebatan Rangga.
Namun Rangga sama sekali tidak memperdulikan teriakan dan rintihan mereka, Rangga terus berjalan dengan tetap menggandeng tangan Wilona.
" Baiklah aku akan memberitahukan mu, tolong bebaskan totokan mu, hentikan suara bising mu itu, itu membuat sakit telingaku! " Pria bertopeng sebagai perwakilan mereka akhirnya menyerah karena tak sanggup merasakan sakit yang teramat di gendang telinga mereka, seperti ada jarum yang menusuk menusuk.
Rangga yang mendengar hal itu lalu membalikan badannya, seraya menghentikan kidung syair. Perlahan bergerak melangkah kearah mereka kembali.
" Kenapa kalian lebih suka menyiksa diri kalian dari pada mengaku dari awal, jadi siapa yang menyuruh kalian? " Rangga masih berdiri tenang dihadapan mereka.
" Kami.. disuruh menculik gadis itu, kami disuruh oleh Baladewa. " Rangga menoleh kearah Wilona, seperti tahu apa yang ada dipikiran Rangga, Wilona hanya menggelengkan kepala, karena sama sekali tidak mengenal nama yang disebutkan tadi.
" Dimana dia tinggal? Baladewa itu nama atau sebuah kelompok? " Rangga masih menatap tajam kearah pria itu.
" Dia tinggal di gunung, kami ini sebuah perguruan yang bernama kunai sakti, baladewa itu ketua kami. " Ucap pria itu.
" Kunai sakti? Apanya yang sakti tak satupun kunai yang kalian lemparkan tadi mengenai tubuhku tadi. " Rangga sedikit menyombongkan diri, bersikap sombong pada pada orang yang berniat jahat, tidak ada salahnya.
Walau dalam keadaan tak bisa berkutik, mendengar ucapan Rangga seperti itu, si pria bertopeng merasa sangat panas hatinya, namun hanya sebatas lirikan matanya penuh kekesalan. Rangga menyadari ucapannya itu membuat pria bertopeng itu kesal.
" Baiklah, aku akan membebaskan kembali totokan dileher kalian, habis itu kalian cepat pergi dari hadapanku, jangan sampai aku bertemu kalian lagi, paham!! " Rangga mendekatkan wajah pada pria bertopeng itu.
Setelah itu Rangga bergerak dengan cepat seperti cahaya, dalam sekejap saja ke 6 orang terkena totokan Rangga, kembali bisa bergerak. Setelah itu Rangga menghampiri Wilona dan mengajaknya pergi meninggalkan tempat itu.
Kesepuluh pria bertopeng yang mengaku dari perguruan kunai sakti tak berani menyerang lagi, melihat kesaktian yang dimiliki pemuda itu. Mereka semua berlarian tunggang langgang, dengan niat melaporkan apa yang sudah terjadi kepada ketuanya.
" Ternyata aku nggak salah memilih pengawal. " Mata Wilona terlihat mengerjap ngerjap, melihat kearah Rangga yang sedikit lebih tinggi darinya, kedua lengannya berada dibawah punggungnya.
" Kamu terlalu memuji Wilona, sebentar, kamu benar tidak mengenal mereka? " Rangga menoleh sepintas kearah Wilona tak lama kemudian pandangannya diarahkan kedepan lagi. Wilona menggelengkan kepalanya.
" Hal ini aku ingin memberitahu papah, siapa tahu papah kenal dengan orang orang itu. " Ucap Wilona.
" Apa ini ada kaitannya dengan hilangnya mamah kamu? " Kata Rangga.
" Aku kurang tahu, bisa saja memang ada kaitannya sama penculikan mamahku. "
Sementara itu...
" Brengsek! Anak itu cukup sakti, tapi siapa dia sebenarnya? Gerakannya sangat cepat. " Ujar pria bertopeng yang kini telah membuka topengnya. Terlihat wajahnya ada sedikit bekas luka di pipinya.
" Kita harus secepatnya melaporkan hal ini kepada ketua. " Pria yang bertubuh sedikit gemuk itu terlihat sangat kesal, misi menculik putri dari Ferdinand berakhir gagal.
Setelah di ujung jalan sebuah mini bus berhenti tepat didepan mereka, 10 orang bertopeng yang kini sudah melepaskan topeng mereka langsung masuk kedalam mini bus itu, setelah semuanya naik, mini bus itu pun tancap gas lagi.
Wilona dan Rangga saat itu juga langsung menuju gedung FF Sigaret, untuk menanyakan siapa orang orang yang menyebut dirinya dengan kunai sakti itu.
Setelah berada diruangan papahnya, Wilona pun langsung menceritakan apa yang terjadi tadi, percobaan penculikan terhadapnya itu.
" Hah! Kunai sakti? Baladewa? Siapa mereka sebenarnya? papah tidak mengenal nama perguruan itu, pasti ada dalang dari semua ini, yang pastinya dalang ini dari orang orang yang bersaing dengan papah. Dalam dunia bisnis. Termasuk penculikan mamah kamu Wilona. " Ucap Ferdinand mencoba menerka dari kejadian yang telah diceritakan putrinya itu.
Ferdinand tentunya sangat bersyukur putri kesayangannya bisa selamat, tentunya dia semakin merasa bangga dan yakin terhadap Rangga.
" Anak muda, Baladewa itu disuruh oleh orang bernama Federico, dia itu pengusaha dibidang rokok juga, tapi ada beberapa jenis narkoba yang diselundupkan bersama rokok itu. Dia juga yang menculik orang tuannya Wilona, sekarang " Tiba tiba saja suara kakek misterius itu terdengar kembali. Rangga tak merespon ucapan kakek misterius itu, takut nantinya disangka orang gila, karena kakek itu tidak juga menampakan dirinya.
" Pah, apa papah kenal dengan nama Federico? " Selanjutnya Rangga bertanya tentang nama itu kepada Ferdinand.
" Hah! Dari mana kamu tahu nama itu? " Ferdinand sedikit terkejut mengetahui Rangga mengenal nama yang disebutkannya tadi.
" Bukannya dia pengusaha brand rokok yang terkenal, sama halnya dengan papah? " Rangga seperti punya ide, untuk menjawab alasan kenapa Rangga mengenal orang itu. Dia tidak ingin Ferdinand mengetahui jika hal itu diketahuinya karena ada bisikan dari kakek misterius.
" Lalu kaitannya dengan percobaan penculikan Wilona apa? " Ferdinand terlihat menatap Rangga serius.
" Aku belum bisa menjawab hal itu pah, perlu pembuktian yang cukup kuat. Kalau yang bernama Federico itu dalang dari percobaan penculikan tadi. Iya termasuk hilangnya istri papah. "
" Maksudmu Federico itu dalang dari percobaan penculikan Wilona, sepertinya itu tidak mungkin Rangga, dia itu sahabat kecilku. Dulu sama sama merintis dari pedagang tembakau kiloan. Lagi pula sekarang dia tinggal di Amerika. " Ucap Ferdinand penuh dengan keyakinan jika nama yang disebut Rangga bukan musuh dalam selimut.
" Iya semua memang perlu adanya pembuktian pah, kalau diijinkan aku ingin menyelidiki tentang dia pah. Kalau sudah ada bukti aku baru bisa menyimpulkan jika dialah dalang dari penculikan ini. "
" Tapi bagaimana kalau setelah aku camp, aku mau ikut bersama kamu. " Seperti biasa Wilona memasang muka memelas.
" Iya semua aku serahkan urusan ini padamu Rangga, bawa Wilona kemana pun kamu pergi, karena aku sudah mempercayaimu. Satu lagi dengan segala kehebatanmu, tolong cari istriku sampai bisa diketemukan. Aku yakin dia masih hidup. "
Ini akan merepotkan jika harus membawa seorang wanita, Rangga menggerutu dalam hatinya.
" Jadi pah! Aku boleh ikut bersama Rangga? " Wilona
" Ya, aku akan selalu mengkhawatirkan kamu Wilona, disini kamu tidak mau sama sekali dikawal, jadi lebih baiknya kamu pergi bersama Rangga, itu jauh membuat papah lebih tenang. " Ferdinand membalikkan badannya kemudian duduk dikursi mewah yang biasa dia duduki sehari hari.
" Baiklah, aku akan mengajak Wilona pah untuk menyelediki tentang orang bernama Federico dan menemukan istri papah. " Ucap Rangga.
" Sepertinya aku harus kembali, sebelumnya aku mau antar Wilona sampai kerumah. " Rangga meneruskan ucapannya.
Ferdinand terlihat mengangguk. Seterusnya Rangga meninggalkan ruang Ferdinand diikuti oleh Wilona yang menggandeng tangan Rangga. Melihat hal itu Ferdinand terlihat mengangguk anggukan kepalanya.
Apa mungkin dalam dari semua ini sahabatku sendiri Federico, Pikir Ferdinand dalam hatinya.
Jika kamu berhasil menemukan istriku, aku akan menikahkan kamu dengan Wilona, Rangga. Janji Ferdinand didalam hatinya.