NovelToon NovelToon
Nada Yang Indah

Nada Yang Indah

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Ketos / Teen School/College / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Slice of Life
Popularitas:1k
Nilai: 5
Nama Author: Evhy Ayu

Nada memiliki Kakak angkat bernama Naomi, mereka bertemu saat Nada berumur tujuh tahun saat sedang bersama Ibunya di sebuah restauran mewah, dan Naomi sedang menjual sebuah tisu duduk tanpa alas.

Nada berbincang dengan Naomi, dan sepuluh menit mereka berbincang. Nada merasa iba karena Naomi tidak memiliki orang tua, Nada merengek kepada Ibunya untuk membawa Naomi ke rumah.

Singkat cerita, mereka sudah saling berdekatan dan mengenal satu sama lain. Dari mulai mereka satu sekolah dan menjalankan aktivitas setiap hari bersama. Kedekatannya membuat orang tua Nada sangat bangga, mereka bisa saling menyayangi satu sama lain.

Menginjak remaja Naomi memiliki rasa ingin mendapatkan kasih sayang penuh dari orang tua Nada. Dia tidak segan-segan memberikan segudang prestasi untuk keluarga Nada, dan itu membuat Naomi semakin disayang. Apa yang Naomi inginkan selalu dituruti, sampai akhirnya terlintas pikiran jahat Naomi.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Evhy Ayu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 17

**

Jeno menatap wajah Nada berulang kali, sampai menyipitkan mata jika ada yang salah dengan wajah Nada.

Jeno mencoba menyingkirkan rambut Nada ke samping, dan Nada menyentak lengan Jeno.

"Jangan pegang-pegang," ucap Nada sambil memalingkan wajahnya.

"Maaf-maaf. Tapi ada yang salah sama muka Lo,"jawab Jeno.

"Muka gue enggak salah, masih sama bulat kaya donat puas?"

Jeno terkekeh dengan candaan Nada. Jeno pun memegangi wajah Nada dan menelisik setiap inci.

"Tuhkan ada yang enggak beres. Muka Lo kenapa? Dan ini tangan juga kenapa?"

Nada melepaskan lengan Jeno. "Ke jedot doang, kalau tangan ke gores biasa."

"Jangan bohong Nada! Ini udah yang ke dua kalinya muka Lo ke jedot terus, ditambah tangan Lo kaya lukanya dalem. Jawab siapa yang lakuin itu sama Lo?"

"Beneran Jen, ini ke jedot meja, tangan juga karena gue ngerasa bahagia dapet piala terus tangan gue kegores sama yang tajamnya. Guenya aja yang enggak hati-hati."

"Mau sampai kapan Lo bohongin gue Nada?"

"Ck, nyebelin Lo. Gue bilang juga gue teledor."

Jeno menghela napas. "Ayo kita obatin di UKS."

Nada menggelengkan kepala. "Enggak usah, biarin aja kaya gini. Biar estetik hehe."

"Astaga Nada! Itu harus diobati bukannya dibiarin."

"Iya nanti gue obatin, ah bawel kaya emak-emak deh."

"Serah Lo deh, gue nyerah bujuknya."

Nada terkekeh sambil mencubit pipi Jeno dengan kencang. "Jangan ngambek dong. Gue traktir mau?"

"Emang Lo punya duit?"

"Ya punya lah, Lo pikir selama ini gue enggak ada duit?"

Jeno berpikir sejenak. "Emm gue enggak percaya sih kalau Lo enggak ada duit."

"Nah itu tahu. Gimana mau enggak? Gue kan baru menang lomba kemarin."

Jeno bertepuk tangan. "Astaga Iya gue lupa, ngucapin selamat secara langsung sama Lo. Selamat ya Nada, semoga berkah selalu."

"Terima kasih bapak Jeno. Ya udah ayok ke kantin."

"Ayok!"

Jeno merangkul Nada dan itu tidak membuat Nada risih, mereka berdua memang sedekat itu jika di sekolah. Tapi Nada merasa rahasia dirinya tidak perlu diberitahukan pada Jeno, dia tidak mau membuat Jeno khawatir.

Sesampainya di kantin, mereka duduk dan memesan makanan. Beberapa saat kemudian, terdengarlah sorakan dari pintu utama kantin, siapa lagi yang datang kalau bukan geng Wolf Warrior.

Nada melihat sekejab kedatangan Kenzo dan teman-temannya. Mereka semua duduk di meja kantin dan tak lupa ada Naomi di samping Kenzo.

Nada kembali memalingkan wajah sambil bermain ponsel.

"Nada yuhu kita makan!"

Nada tersenyum lebar. "Terima kasih Jeno."

"Sama-sama, ayo buruan mumpung masih panas."

"Tiup dulu kali Jen, main makan aja sih."

Jeno terkekeh. "Udah enggak sabar, soalnya perut gue udah laper."

Nada geleng-geleng kepala, mereka pun makan perlahan sambil sesekali mentertawakan keteledoran Nada dan berbincang mengenai kegiatan sekolah.

"Bentar lagi ada kegiatan berkemah, Lo ikut?" tanya Jeno.

"Kapan? Bukannya enggak jadi ya."

"Waktu itu memang diundur tapi kayanya buat bulan sekarang jadi deh. Selesai pentas musik di sekolah kita. "

Nada terdiam sejenak. "Pentas musik?"

"Iyah. Nenek lampir kan main piano nanti."

"Oh iya, Naomi bermain piano dan itu membuat orang tua gue bangga."

"Mereka seharusnya lihat keahlian Lo dalam melukis, baru mengomentari. Belum liat belum apa, udah ngehardik hobi Lo."

Nada terkekeh. "Biarin aja, mereka sukanya sama musik bukan sama menggambar. Ya jelasnya, mereka suka Naomi bukan gue anaknya." Nada menghela napas berat.

Jeno menepuk kepala Nada, menguatkan gadis itu untuk tetap bertahan. Dan di meja Kenzo, mata pria itu seakan memanas melihat tangan Jeno begitu mudah menyentuh kepala Nada. Dan entah kenapa membuat Kenzo marah dan tak suka.

"Makan dulu buahnya Ken. Udah gue kupas," ucap Naomi.

"Hhmm," jawab Kenzo acuh. Dia mengepalkan lengannya, melihat Jeno bersama Nada.

Bagas mengunyah makannya lalu menelan secara perlahan. "Kalau Kenzo enggak mau mending buat gue."

Naomi berdecak. "Kenapa sih, setiap gue bawa makan Lo nyamber mulu?"

"Ye gue mah baik, dari pada enggak dimakan sama Kenzo. Ya mending buat gue lah."

"Ogah enggak ikhlas gue kalau makanan ini buat Lo!"

Bagas berdecak, dan Anggara mentertawakan perdebatan tersebut.

"Udah makan yang bener, heran banget sama Lo. Makanan yang dikasih Naomi buat Kenzo selalu Lo embat," timpal Anggara.

"Bukannya belain gue, enggak asyik ah," balas Bagas sambil memanyunkan bibirnya.

"Ye ngambek kaya cewek Lo."

Kiki hanya geleng-geleng sambil fokus bermain ponsel, dia tidak suka ikut menimpali ucapan Bagas dan Anggara, karena menurutnya percakapan mereka tidak berfaedah.

"Emm Ken, pulang sekolah gue bareng lagi sama Lo ya. Soalnya bokap enggak bisa jemput."

"Gue ada latihan."

"O-oh. Gue tunggu sampai beres gimana?"

"Habis latihan, gue ada perlu. Mending Lo naik taksi aja."

"O-oke."

Berulang kali Kenzo melirik Nada sejak tadi, beberapa temannya tidak ada yang menyadari kegiatan Kenzo.

"Lo mau ke mana?" tanya Kiki saat Kenzo hendak pergi dari mejanya.

Bukannya menjawab, Kenzo malah menghampiri meja Nada dan Jeno. Pria itu berdiri di samping sambil menarik lengan Nada hingga gadis itu tersentak kaget dan membuat semua siswa di kantin menoleh.

"Eh astaga, Kenzo apa-apaan sih?" tanya Nada.

"Ikut gue," jawab Kenzo sambil menarik sampai Jeno menahannya.

"Lo mau bawa dia ke mana? Jangan kasar Lo!" tegas Jeno.

Kenzo menatap Jeno dan lengannya berulang kali sampai akhirnya Kenzo melepas lengan Jeno. Dan membawa Nada pergi dari kantin.

Semua bersorak dan terkejut dengan aksi Kenzo yang tiba-tiba sekali menarik lengan Nada.

"Oh jadi dia lebih milih Nada. Apa jangan-jangan Kenzo suka sama Nada?" tanya Bagas.

"Enggak boleh!" jawab Naomi sambil berteriak dan itu membuat satu kantin menoleh kepadanya.

"Eh buset kaget gue." Bagas mengelus dadanya.

"Kenzo milik gue, enggak boleh ada yang milikin kecuali gue!"

"Lah, ya serah Kenzo lah. Lagian Lo bukan pacarnya."

Naomi menghentak kakinya dan pergi dari kantin dengan kekesalan yang sedang menumpuk di dadanya.

"Aw, aw jangan kenceng-kenceng tariknya. Tangan gue sakit," keluh Nada.

Kenzo berhenti dan melihat lengan Nada dengan garis luka yang cukup besar. Pria itu menatap lengan Nada dengan seksama.

"Kenapa dengan tangan Lo?"

"Ha? Emm, enggak kenapa-kenapa. Keteledoran gue aja sih."

Kenzo menghela napas lalu membawa Nada ke UKS. Di perjalanan Nada meracu meminta untuk dilepaskan namun namanya Kenzo dia menulikan pendengarannya.

Kenzo menduduki Nada di kursi kosong, pria itu cekatan mengambil P3K lalu mengobati lengan Nada dengan perlahan.

"Aw perih tahu."

Kenzo masih fokus memberikan obat merah di tangan Nada sambil membungkusnya dengan perban.

"Kasih tahu gue kalau ini kelakuan Naomi."

Nada tercengang lalu dia terdiam sejenak. "Ini salah gue. Kenapa sih, pada nyalahin Naomi?"

"Pertanyaan bodoh!"

Nada menelan salivanya susah payah, dia membungkam mulutnya tidak menjawab ucapan Kenzo.

"Mulai dari sekarang dan seterusnya, Lo milik gue! Enggak ada yang boleh nyentuh Lo dari atas sampai ujung kaki."

Nada mengerjapkan matanya saat mendengar ucapan Kenzo yang tidak masuk akal baginya.

"Hah? Gimana? Bentar, Lo ngomong apa tadi?"

"Enggak ada kalimat ulang."

Kenzo menatap Nada dengan lekat, dan dia melihat luka di kening Nada yang sudah membiru. Dia cekatan memberikan obat dan menutupinya dengan kasa.

Sejak tadi Nada masih mencerna ucapan Kenzo, yang tidak dapat dimengerti oleh pikirannya.

'Ini orang sakit jiwa apa? Tiba- tiba banget ngomong kaya gitu,' batin Nada.

"Nyokap gue nyuruh Lo ke rumah pulang sekolah."

"Hah?" sudah berapa kali Kenzo memberikan informasi yang membuat Nada terkejut.

"Gue tunggu pulang sekolah di parkiran." Kenzo mengusap kepala Nada dengan lembut.

Sejak tadi pula Kenzo tidak memberikan sedikit ruang bernapas untuk Nada. Sampai Nada merasa sesak karena rasa terkejut dari ucapan Kenzo yang benar-benar di luar pikirannya.

1
DISTYA ANGGRA MELANI
Dasar si naomi gk nyadar diri dah dipungut kok seolah " dy berkuasa kaya anak kandung... Smg cepet kebongkar tu sifat jhat nya.. Biar nyesel no bpk ma ibu kandung nada.. Smngt trus berkarya
Evhy Ayu: enggak akan selamanya yang jahat itu selalu menang☺
DISTYA ANGGRA MELANI: Tp gak selamanya dy menang kan pasti nada yg menang.. Naomi itu ibarat kacang lupa kulit nya..
total 3 replies
Sumintiari Widiastuti
Luar biasa
Evhy Ayu: Terima kasih Kak^^
total 1 replies
Sucyyy♥️
bagus ceritanya menarik 😍😍😍
Evhy Ayu: Makasih Kak❤❤
total 1 replies
zhouzhou_zz
Ceritanya bikin nggak bisa berhenti baca, lanjutkan thor!
Evhy Ayu: Masyallah, terima kasih. Oke siap ☺☺
total 1 replies
foxy_gamer156
Setiap kata-kata terasa seperti lukisan di pikiran.
Evhy Ayu: Terima kasih, komentarnya Kak. ^^
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!