Pata hati terbesar seorang Ayana, ketika dirinya masih pertama kali mengenal cinta dengan seorang pria dewasa yang begitu membuatnya bahagia dan berasa menjadi wanita yang paling dicintai. Tapi sayang kisah cinta yang sudah berjalan lama harus berhenti karena sang kekasih yang merupakan anak dari keluarga berada, harus menerima perjodohan dengan wanita yang setara dengannya. Hal itulah yang membuat Ayana menjadi pata hati dan sulit membuka hati untuk pria lain. Tapi? Enam tahun setelah kejadian itu Ayana yang berprofesi sebagai seorang guru, harus dihadapkan dengan seorang murid yang pendiam dan murung tidak seperti murid lainnya, sejak saat itu pula Ayana mulai mendekati anak tersebut dan tanpa di sadari anak perempuan itu merupakan anak dari sang mantan. Apakah kisah cinta mereka akan bersemi kembali??? Temukan jawabannya hanya Manga Toon
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31
Retno pun mulai mondar-mandir ke sana ke mari, wanita paruh baya itu begitu gelisah memikirkan masalah yang saat ini tengah dia hadapi, awalnya dia merasa mampu menghadapi semua namun kenyataannya tidak segampang yang di pikirkan.
"Ayo Retno kamu harus cari cara, agar orang-orang pemalas itu tidak memanfaatkan mu terus-menerus," ucapnya menyemangati dirinya sendiri.
*******
Satu bulan yang lalu, Ibu Retno dan para teman-temannya sedang menghadiri suatu acara, seperti biasa setelah acara selesai mereka ngobrol-ngobrol manja ala mereka sendiri.
Dan di situ teman Retno yang bernama Neni, iseng-iseng membuat sebuah challenges, berupa makanan, yang bisa menghabiskan makanan dalam waktu lima menit maka lolos dari hukuman dan yang tidak bisa maka akan mendapat hukuman, dan pada saat itu para teman-teman Ibu Retno sudah menyepakati kalau hukumannya itu menyetir.
"Ini sudah dile ya, siapa yang bisa menghabiskan makanan ini dalam waktu lima menit maka akan terbebas dari hukuman," terang Neni yang sudah di sepakati bersama.
"Baiklah," sahut Nita teman Retno juga.
Semua sudah setuju, dan permainan pun di mulai, dalam waktu lima menit ketiga teman Retno yang bernama Neni, Nita, dan juga Wulan. Berhasil menghabiskan semua makanan itu, dan tinggal Retno saja, jadi mau tidak mau dirinya harus mengikuti peraturan tersebut.
"Wiiih, berarti sekarang kita di setirin sama Retno dong," ucap Lami dengan bahagia.
"Iya, dong. Kan sudah lama kita tidak pergi bareng-bareng seperti dulu lagi," sahut Nita.
"Eh ngomong-ngomong Retno masih jago gak? Bawa mobilnya entar yang ada malah jadi masalah, enggak deh lebih baik aku nyerah saja gak ikutan," timpal Wulan yang memang sedikit penakut di antara ketiga temannya.
"Wulan kau meremehkan ku?" tanya Retno yang mulai tidak suka di remehkan oleh teman sejawatnya itu.
"Iya, ya! Nggak, kalau begitu aku ngikut saja," ucap Wulan yang takut dengan tatapan tajam Retno.
Singkat cerita para nenek-nenek yang masih terlihat cantik di usianya yang sudah tidak muda lagi itu, mulai menaiki mobil dan menyuruh sopir pribadinya untuk menunggu dulu di tempat ini.
"Pak, tunggu dulu ya di sini, kita mau keliling kota dulu sebentar," ucap Retno.
"Tapi nyonya, apa tidak bahaya?" tanya Pak supir yang merasa khawatir.
"Nggak apa-apa tenang saja, aku ini jagonya nyetir pada waktu muda dulu," jelas Retno sambil membusungkan dada.
"Tapi nyonya ...." Belum selesai Pak supir itu berbicara tapi omongannya sudah di potong oleh Retno.
"Sudah Pak, gak usah kebanyakan tapi-tapi," ucap Retno sambil mengambil kunci mobil tersebut dari tangan supirnya.
"Ayo Retno! Cepetan aku sudah tidak sabar ingin mengulang masa-masa muda dulu!" teriak Neni sari dalam mobil.
"Ok, tunggu sebentar," sahut Retno.
Retno pun mulai menghidupkan mesin mobilnya, kemudian wanita paruh baya itu mulai melajukan dengan kecepatan sedikit tinggi, meskipun usianya sudah tua namun Retno masih hafal betul dalam membawa mobilnya hanya saja sedikit kaku karena tidak setiap hari seperti dulu yang kemana-mana harus bawa mobil sendiri.
"Wih Ret, ternyata kau masih jago juga ya," puji Neni.
"Iya dong Retno di lawan," sahutnya sambil menatap jalanan di depannya.
Musik pun mulai di nyalakan para nenek-nenek mulai ikut hanyut kedalam alunan musik yang begitu mengasyikkan, begitu juga dengan Retno yang mulai ikut hanyut, hingga membuat fokusnya berkurang dan tiba-tiba saja mobil menabrak seorang anak yang sedang menyebrang.
"Awas ...!" teriak Retno dan para teman-temannya namun bocah itu tidak mendengar apapun.
"Bruuuugh." Tubuh kecil itu terpental ke jalanan aspal.
******
Sejak saat itu Retno di hadapkan dengan masalah yang cukup besar apalagi sekarang orang tua dari anak tersebut selalu memeras dirinya, sejak satu bulan lalu keluarga dari anak yang dia tabrak itu tiada henti memintai dirinya uang dalam jumlah yang begitu besar, seperti sekarang ini bahkan mereka nekat mendatangi rumah Retno.
"Ting tong!" Denting bel mulai berbunyi.
"Wiiih ternyata itu si nenek tua rumahnya besar juga, jadi gak salah kita jadikan mesin ATM," ucap salah satu seorang wanita di depan pintu Ibu Retno tersebut.
Pintu pun di buka oleh Asisten rumah tangganya. "Mbak-mbak ini mau cari siapa ya?" tanya Jumi.
"Eeemb, Ibu Retno nya ada," sahut wanita yang bernama Lita itu.
"Memangnya sudah melakukan janji terlebih dahulu karena majikan kami hari ini tidak menerima tamu," sahut Jumi yang tahu jadwal majikannya hari ini.
"Heh, Pembantu! Emang iya gitu bertamu di rumah orang harus janjian dulu gitu? Banyak gaya amat itu majikan lu suruh dia datang bilang saja ada aku Lita," ungkapnya begitu sombong.
"Maaf Mbak, Ibu saat ini sedang istirahat tidak bisa di ganggu,kalau mau datang tunggu 2 atau 3 jam lagi, Mbak-mbak ini baru boleh kembali," ucap Jumi dengan sopan.
"Heh, pembantu! Gak sopan banget sih! Ada tamu kok malah di suruh pergi, cepetan panggil majikanmu, enak saja orang mau ketemu main suruh-suruh pergi saja!" bentak Lita, sedang di situ ada sang keponakan yang bernama Shana merasa khawatir kalau Bibinya ini akan di usir karena di nilai sudah lancang.
"Tante sudah deh, kita balik saja jangan coba-coba deh, melawan orang berada," ucap Shana yang merasa ketakutan.
"Sudah kau tenang saja, jadi orang kok songong sekali, kita ini jauh-jauh datang ke sini masak di suruh balik begitu saja ya enggak mau lah," tolak Lita yang memang cukup keras kepala.
"Ini ada apa sih ribut-ribut," ucap Retno yang merasa terganggu dengan kebisingan yang ada.
"Oh, itu dia orangnya," sahut Lita dengan nada yang begitu tinggi.
"Kau! Mau apa kau datang ke rumah saya," cetus Retno dengan tatapan tajamnya.
"Heh! Ibu Retno yang terhormat, kami datang kemari ingin meminta biaya pengobatan Deril yang akhir-akhir ini anda mangkir dari itu semua," ucap Lita dengan nada lantangnya.
"Aku tidak mangkir, tapi uang yang sudah masuk ke saldo mu itu sudah cukup lebih dari pengobatan Deril, kamu jangan coba-coba ya, memeras saya, semua bukti transaksi semua ada di saya, dan itu cukup menjadikan bukti," ancam, Retno.
"Ya, tapi kan anda sudah menabrak keponakan saya, dia itu anak yang suka membantu perekonomian keluarga, dan ketika anak itu engkau tabrak penghasilan kita jadi berkurang kan," sahut Lita.
"Dasar ya, kalian ini orang tua tidak tahu diri, anak sekecil itu kau suruh bekerja, sampai-sampai tidak memikirkan bahayanya di jalanan sana," sungut Retno.
"Heh, Ibu Retno yang terhormat, kita itu bukan orang kaya seperti anda jadi wajar dong kalau kita memperkerjakan anak-anak kita, toh itu untuk di makan sendiri," ungkap Lita.
"Pokoknya aku tidak mau memberikan uang kepada mu, Dalam waktu satu bulan ini, saldo yang masuk ke rekeningmu sudah melebihi 50 juta dan aku tidak mau di jadikan ATM berjalan untuk kalian, dasar pemalas! Memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan sendiri," cibir Retno.
"Apa anda bilang! Pemalas memanfaatkan situasi ini, heh Ibu Retno, uang segitu tidak ada apa-apanya di bandingkan kaki keponakan saya yang sekarang menjadi lumpuh dan itu gara-gara anda, jadi kalau anda tidak mau kasih uang kepada kita maka siap-siaplah nama baik anda akan hancur," ancam Lita.
"Silahkan saya tidak takut dengan ancamanmu itu!" gertak Retno yang tidak gentar sama sekali.
Lita pun mulai kelimpungan sendiri, dia tidak tahu lagi harus menggunakan cara apa agar Retno mau memberikan uang kepadanya.
"Baiklah besok kita akan datang lagi ke sini dan mengadukan semua ini kepada anak anda kalau ibunya sudah menabrak seorang anak kecil sampai lumpuh," ancamnya kembali.
Kali ini Retno mulai gentar pasalnya dia tidak mau kalau sampai orang lain dulu yang memberi tahukan hal ini kepada anaknya, itu bisa membuat sang anak kecewa hingga pada akhirnya wanita itu memilih jalan aman.
"Baiklah aku mau membantu pengobatan Deril bahkan saya menjamin sampai kakinya sembuh total, tapi dengan syarat biar Deril saja yang tinggal di sini, dan kalian tidak usah khawatir dengan keadaan Deril karena saya yang pastikan sendiri anak itu akan di tangani dengan baik," ucap Retno memberikan jalan tengah.
"Baiklah kalau begitu," sahut Lita. Yang akhirnya di sepakati bersama.
'Heeemb kau pikir aku segampang itu Nenek tua,' batin Lita.
Catatan penulis:
Maaf ya konflik ini menceritakan tentang Bu Retno dulu next bab selanjutnya pasti ada scene Aya dan juga Andre.
Jangan lupa ya untuk memberi dukungan Author melalui like komen dan Vote 🙏🙏🙏❤️❤️❤️❤️
siapa ya yg coba memeras Bu Retno