"Assalamualaikum, ini pak Ahmad. Bapak, anak anda sedang tidak baik-baik saja. Bila anda mau bertemu langsung, dengan anak anda... Serahkan kepada saya 1M secepatnya, jangan banyak alasan. Ketemu di depan gedung Serbaguna"
"Apa! Apa maksud mu! Siapa kau!! "
....
Ahmad Friko, pengusaha sukses setelah ia mengadopsi anak panti asuhan, yang diberi nama Rara, pak Ahmad bekerja dengan serius sampai terkadang lupa dengan kewajibannya untuk mengurus anak. Hingga saat ia bangkrut, ia mendapat pesan dari seseorang bahwa anaknya sedang di sekap, ditawan dan dimintai uang satu milliar, yang jumlahnya tak biasa. Apa yang akan dilakukan Ahmad setelah ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bu Alisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13-Putriku, ditawan preman 1 milliar
Selamat membaca kawan-kawan ☺
Sindy berlari kembali ke kedua orangtuanya, yang saat itu Ratih baru sadar kalau anaknya baru saja pergi entah kemana, mom nya Sindy khawatir, langsung memegang lengan anaknya cepat. "Kamu habis darimana Sindy? "
"Jangan keluyuran gitu... Mom nanti ga bisa nemuin kamu kalau suka ngilang," kata Ratih, wajah penuh kekhawatiran tercetak jelas di mukanya. Sedangkan Damar hanya biasa-biasa saja. "Sudahlah ma, lagian Sindy juga sudah kembali," kata Damar, khas ucapan bapak-bapak.
Sindy mengeluarkan permen milkita dari mulutnya dan menunjukan ke mom. Kalau dirinya tadi habis diberi permen, dan tidak jauh dari pantauan atau jangkauan mom nya.
"Mom I don't go anywhere, Sindy cuma tadi tuh pengen ketemu paman Ahmad.. " ucap Sindy menunduk kecil. Ratih langsung tambah khawatir, apalagi raut wajahnya semakin mengkerut kedalam. "Nak.. No, jangan, kalau kamu pergi bilang dulu ke mom sama dad, kalau kamu kenapa-napa bagaimana?? "
"But mom, Sindy cuma ke paman Ahmad... Memang kenapa? "
"Sindy gak boleh? Tadi Sindy cuma nanya keberadaan Rara dimana, soalnya Rara gak masuk sekolah 3 harian tanpa kabar, Sindy khawatir... " ucap gadis itu merucut bibir ke bawah, padahal hanya tipuannya agar mom and dad nya percaya bahwa Sindy benar-benar anak yang baik.
Ratih langsung menggenggam kepala anaknya dalam pelukan, serasa ada sesuatu yang harus wanita itu jaga dari seseorang yang mungkin bisa jadi bahaya. Keduanya menoleh, apalagi Damar sekarang ikut menekan ludah kecil. "Sindy, kemari nak... Sini biar ayah benarkan pita rambut mu.. "
Sindy mengangguk dan berjalan ke arah dad nya, duduk di pangkuan pria itu lalu Damar melepaskan sebentar ikatan pink yang terpasang melingkar di kepala anaknya, dia lepas lalu Damar pasang lagi sesuai kreasinya. "Turuti omongan mom kamu ya sayang, kami khawatir sekali sama kamu nak... Jadi kalau mau ke mana-mana, ayah mohon beri tahu kami dulu, ya? '
Sindy menoleh kebelakang, dan mengangguk kecil. " Iya dad yes mom, sorry I'm sorry... "
Kata Sindy sopan, dia mengeluarkan permen itu lagi dari dalam mulutnya lalu ditunjukan ke kedua orangtua nya juga, "Mom... Tadi Sindy dikasih sama kakak cantik, Sindy dikasih permen sama kakak yang ada di sisi paman Ahmad..., "
"Siapa? " Ratih menoleh ke samping, melihat ke arah Ahmad dan seorang wanita yang sama-sama memakai baju formal kerja bersamaan datang kemari, "Mungkin asistennya ma." ucap Damar menggurai halus rambut panjang anaknya. Sindy mengerjap mata bulat nya terus ke arah kakak cantik yang memberikan dirinya permen.
***
Acara hampir selesai, tepat pada jam 17.20 mereka semua dibawa keluar pintu masuk hotel baru, semua menyaksikan dan merekam penutupan acara hari ini dengan pemilik hotel memotong pita merah, semua bertepuk tangan sebelum dimulai.
Santo memberikan beberapa sepenggal pidato sebelum mengucapkan ikthiar doa, Santo mengusap tangannya. "Dengan ini saya menyatakan, bahwa hotel ini telah resmi saya buka dan mulai besok di hari ke satu adalah hari jadi tempat hotel ini, saya pemilik tempat membuka acara dengan Basmalah Bismillaahirrohmaanirrohiim! "
"Prok! Prok! Prok! Prok! Prok! "
Tepuk para tamu bergantian dan beriringan menciptakan irama yang selaras, di malam yang akan berkumandangkan adzan dari masjid terdekat, beberapa kembang api di nyalakan, suasana tambah meriah. Melihat percikan Oranye bagai di sembur air mancur dari atas langit sana, Sindy dan beberapa anak kecil lain yang digandeng orang tua mereka memiliki ekspresi sama. Yaitu bahagia, Anak-anak yang diberi kejutan seperti ini pasti tak akan melupakan momennya dalam hati mereka.
Namun sayang, Rara tak di ajak kemari. Pikir Shafira sambil melihat tatapan pria di samping nya menatap lurus ke depan, kornea hitam Ahmad melihat ke arah para pers dan kameramen yang menyoroti pembukaan hotel. Santo melambaikan tangan ke atas, karena dirinya akan di masukkan ke dalam tayangan televisi.
Wajah Ahmad sedikit berurat, mengepalkan tangan erat. Pria itu teringat akan ucapan Santo, si pemilik hotel baru ini. "Maaf kalau saya bicara begini, tak sopan? Tapi saya lebih menghormati pak Roma, "
"Jadi... Kalau bisa pak Ahmad jangan seperti itu lagi kepada pak Roma, karena... Kita semua-...
"Adalah keluarga... Hahaha"
Ahmad menggertak gigi-gigi tajam nya, kedua mata pria itu tak bisa lepas atau terus menatap Santo, seakan memiliki dendam pribadi.
Shafira ingin bertanya, mengapa atasan nya terus melihat ke depan, tak ada yang terpikirkan oleh wanita itu akan sesuatu tetapi... Dia ingin bertanya, tentang anak angkat pak Ahmad.
"Pak... Maaf, kalau saya bicara lancang seperti ini kepada bapak, "
"A-... Pa... Boleh? "
Tanya Shafira tergagap sendiri, padahal ingin nya bertanya tanpa tersendat-sendat, sedangkan dirinya bingung sendiri. "Maaf Pak... Saya benar-benar tak sopan, "
"Tak jadi? " tanya Ahmad, kedua matanya langsung sedikit layu saat bertatapan dengan sang asisten. Shafira menggeleng kecil, "Tidak... "
"Bicaralah, akan saya jawab. "
"Apa pertanyaanmu? "
"Itu.. Tentang... "
"Anak angkat anda, kenapa... Tak anda ajak juga? "
Ahmad menoleh ke depan lagi, sebenarnya pria itu membola mata malas karena tak dapat menebak bahwa itu yang akan ditanyakan asistennya, tapi baiklah sebagai seorang Atasan Profesional. Ahmad harus menjawab apapun itu pertanyaannya. "Begini... Sudah saya bilang tadi bukan, Rara berada di rumah saya yang lain, dia sedang di jaga baby sister saya, "
"Kalau kamu tanya mengapa tidak saya bawa, Rara tak mau saya ajak... Sudah saya ajak tadi, tapi dia tetap tak mau dan terus nempel sama baby sister nya. "
"Bagaimana, ada yang ditanyakan lagi? "
Tanya Ahmad menerima semua rasa penasaran sang asisten yang mungkin belum semua dikeluarkan. Kini Shafira mengangguk mengerti, merasa tak bisa berkata apa-apa lagi. Dirinya tak memiliki pertanyaan lain, karena satu pertanyaan seharusnya sudah cukup.
"Baik. Saya mengerti pak, tak akan saya pertanyakan lagi... Kalau itu mengganggu bapak, "
Ahmad langsung menoleh, merasa tak suka dengan jawaban wanita itu. "Kenapa? "
"Tanyakan saja kalau itu mengganjal hatimu, untuk apa guna ku kalau kau tak ada di sini? "
"Jangan malu, "
"Kita sama-sama belajar, "
Shafira menaikkan kedua alis kaget, apa? Apa yang dia dengar? Sama-sama belajar? Tapi pertanyaan Shafira tadi mencakup hal pribadi atasan nya, memang boleh? Pikir wanita itu. Mereka berdua mendongak ke langit saat kembang api meledak di atas kepala mereka, Shafira memejamkan mata erat saking kagetnya dengan suara ledakan itu.
Dor! Duar!
Beribu mercu melintas di atas wajah keduanya, "Ah.. " Shafira menutup salah satu mata. Ahmad semakin mendekat, pria itu mengangkat tangan kanan nya ke atas demi melindungi kepala asisten nya. "Tak apa? Atau kita pulang saja? "
"Ah... Em... Tak perlu pak, kita tunggu sampai selesai... Saya-"
Ahmad tanpa izin mendekatkan tangan, mengusap wajah Shafira pelan. Lalu mata yang kelilipan di tiup kecil oleh pria itu, "Whusshh... "
Hembusan nafas harum pria itu sedikit membuat dirinya terganga, bibirnya masih terkatup tapi kedua mata wanita itu tak bisa lepas dari yang namanya wajah sang atasan yang langsung membuat Shafira memerah muda.
Kedua pipi bening nya terlihat seperti terpanggang oven, setelah apa yang di lakukan Ahmad tiba-tiba Shafira menelan ludah cepat. "Pak... Pak... "
"Kenapa? Apa sudah tak kelilipan lagi? '
" Atau masih kurang? "
"Ah bukan begitu pak, cuma... Mata saya kotor, jangan bapak tiup sembarangan... Nanti debu nya masuk ke mulut bapak, "
Ucap Shafira terbata-bata, ia menutup matanya langsung dengan lensa kacamata kembali lalu sedikit dia kucek-kucek. Ahmad yang hanya menganggap ini biasa saja, melihat tingkah panas Shafira tanggapan para wanita bila dirinya melakukan hal seperti itu pada mereka.Pria itu dalam hati tertawa mengejek, merasa mudah mengalahkan hati lemah wanita di depannya.
"Maaf Pak.. Kalau saja saya tidak kelilipan, pasti tak membuat bapak kerepotan, "
"Tak apa. "
"Tak perlu malu, "
"Anak saya juga seperti kamu kalau ku tiup matanya, dia langsung sembunyi.. "
Shafira mengerjap mata cepat, rupanya dirinya lah yang terlalu kepedean. Ah sial, wajah wanita itu memerah tomat, malu antara salah paham dan banyak tingkah. "Ya pak... Maaf.. Dan terimakasih atas bantuannya, "
Ucap wanita itu menunduk beberapa kali, sedangkan Ahmad dalam hati pria itu sudah jengah melihat semua reaksi perempuan bila dia goda reaksi nya sama semua. 'Benar-benar wanita tolol'
****
Akhirnya acara pun berakhir juga, tak ada yang tersisa di tempat ini, di depan hotel dengan lebih dari sepuluh lantai ini, banyak orang sudah pulang ke rumah mereka masing-masing. Terkecuali Ahmad dan Shafira masih terpantau berdiri di sana setelah para pelayan membersihkan meja dan sampah, keduanya baru melangkah ke parkiran.
"Biar saya antar pulang. " ucap Ahmad membukakan pintu mobil, Shafira menggeleng cepat, merasa memiliki banyak hutang budi pada pak Ahmad. "Tidak pak... Saya di turunkan saja di kantor, "
"Ngeyel? "
"Atau bagaimana? "
"Ayo masuk, kalau tidak biar saya gendong. Mau? "
Shafira langsung kaget sejadi-jadinya, sang atasan semakin berani dan semakin terdengar menggoda. Dia yang tak mau memiliki hubungan di dalam kantor langsung masuk ke dalam sisi mobil dan mencoba menetralisir debaran jantung nya.
"Sudah? "
Shafira mengangguk, menunggu sang atasan ikut masuk ke dalam. Tetapi Ahmad tak segera masuk, dimana seperti biasa pria itu memeriksa sekitar lalu tatapan matanya lurus ke arah mobil yang ada di ujung sana, jauh tetapi bisa di lihat siapa orang yang memasuki mobil mewah itu. Roma, bersama beberapa penjaga nya yang tak bisa dihitung, memasuki mobil sebelum si penjaga di belakang Roma menutup payung hitam.
'Ck, awas aja lo Rom, gue gak bakal ngelepas elo gitu aja... '
"Pak... Apa yang bapak cari? " tanya Shafira mengetuk pikiran pak Ahmad cepat, pria itu menggeleng kecil seolah hanya melihat pemandangan garasi parkiran hotel saja, sebelum masuk dan menutup pintu mobil kencang.
Brak!
"A! " kaget Shafira, wanita itu tak menyangka sang atasan bisa menutup pintu sekencang itu. Ahmad langsung mengerjap mata, merasa bersalah, "Maaf... Maaf... Apa kamu kaget? "
"Maafkan saya ya? "
"Biar saya ulangi, " ucap Ahmad saat akan keluar dan akan menutup pintu mobil lagi tetapi lebih pelan, Shafira menggeleng kecil menyentuh tangan atasan nya pelan. "Tidak pak... "
"Saya baik-baik saja, mari kita jalan saja"
"Hm, ya sudah kalau mau mu begitu"
Kata Ahmad mulai menyalakan mobil putih nya keluar dari parkiran hampir berpapasan dengan mobil hitam Roma.
****
Seorang pria berjalan loya-loyo membawa sebotol amer di tangannya, dia berjalan melalui kolong setengah badannya lalu berhenti di depan pintu. Pria itu memandang pintu dengan pandangan linglung, wajah dan pakaiannya yang berantakan tak bisa menjelaskan bagaimana situasinya sekarang.
Dog-Dog-Dog
"BUKA WOI!! "
"HEH BUKA!!! "
"BUKA JALANG!!! "
"CEPAT BUKA!!! "
" CEPAT! "
Bersambung...