Assalamu'alaikum. Wr. Wb.
Ini novel ketigaku.
Novel ini kelanjutan "Ternyata Ada Cinta"
Baca dulu "Ternyata Ada Cinta" biar nyambung...
Setelah kepergian Fariz, dunia terasa gelap gulita. Cahaya yang selama ini selalu menyinari hari serta hati Zafira padam dalam sekejap mata. Meninggalkan kegelapan serta kesunyian yang teramat menyiksa. Ternyata kehilangan seorang sahabat sekaligus suami seperti Fariz jauh lebih menyakitkan dari apapun.
Perjuangan Cinta Zafira untuk menemukan Fariz dan membawa kembali pria itu ke pelukannya tidaklah main-main. Setiap hari Zafira berjuang keras kesana kemari mencari keberadaan Fariz sampai mengorbankan keselamatannya sendiri. Namun perjuangannya tidak menemukan titik terang yang membuatnya ingin menyerah.
Hingga di titik lelah perjuangan Zafira mencari Fariz, penyakit lama Zafira kembali kambuh. Akankah Fariz sempat menyelamatkan Zafira atau justru gadis itu meregang nyawa membawa pergi cintanya yang belum terucap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rara RD, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 - Ke Kantor Fariz
"Beberapa hari ini pak Fariz tidak masuk kerja bu. Info yang saya terima dari sekretaris pak Fariz, beliau sedang cuti sakit bu. Berapa hari cuti sakitnya belum bisa ditentukan" jelas Security tersebut yang membuat raut muka Zafira berubah drastis.
Gadis itu merasa kecewa mendengar informasi dari Security tersebut. Itu artinya sia-sia dia mendatangi kantor ini karena tidak akan bertemu dengan pria yang dicarinya. Tetapi dengan cepat dia menormalkan kembali raut mukanya agar petugas keamanan yang berdiri di sampingnya tidak menaruh curiga padanya.
Cuti sakit? Fikiran Zafira menerawang ke beberapa hari kemarin. Benar. Tangan kanan Fariz sedang diperban. itu artinya Fariz sedang beristirahat untuk menyembuhkan luka di tangannya. Berapa hari dia cuti sakit tidak bisa diketahui. Gadis itu benar-benar kecewa tidak mendapatkan info akurat mengenai Fariz. Bisa saja Fariz telah memberikan perintah kepada bawahannya untuk tidak memberitahukan kepada siapa pun berapa lama dia akan mengambil cuti.
"Saya akan ke ruangan pak Fariz," ucap Zafira kemudian.
"Baik bu, akan saya antarkan ke lift. Silakan," Security itu mengangguk faham dan melebarkan telapak tangan mempersilakan Zafira berjalan di depannya.
Penjaga keamanan tersebut segera mengantarkan Zafira masuk ke dalam lift yang berada di ujung ruangan. Dia menekan tombol menuju lantai 18 dimana lantai tersebut merupakan ruangan Fariz.
"Terima kasih pak," Zafira membungkukkan sedikit tubuh yang diikuti anggukan kepala sang Security bersamaan dengan tertutupnya pintu lift.
Baru kali ini Zafira datang ke kantor Fariz. Dulu, selama mereka masih berstatus sahabat, Fariz sudah sering mengundang Zafira untuk datang ke kantornya tetapi Zafira tidak memiliki waktu luang sehingga sering mengabaikan tawaran pria tersebut.
Dan hari ini, dia terpaksa datang sendiri ke kantor ini demi bertemu dengan pria yang sudah pergi meninggalkannya beberapa hari ini yang sudah begitu dirindukannya.
Tak lama kemudian, gadis itu keluar dari lift dan matanya berputar mengawasi ruangan di hadapannya mencari dimana letak ruangan Direktur Utama. Sepatu heels nya berjalan pelan menyusuri lantai marmer. Matanya menangkap sebuah kamar yang tertempel acrilik di daun pintu bertuliskan Direktur Utama.
Zafira sekarang yakin kemana kakinya harus melangkah. Dia berjalan dengan sangat hati-hati menuju ruangan suaminya. Setiap mata langsung tertuju kepada gadis cantik yang baru keluar dari lift dan berjalan di hadapan mereka.
Para karyawan merasa asing dengan wajah itu. Bukan hanya merasa asing, semua karyawan di lantai tersebut juga merasa terpesona dengan kehadiran gadis cantik yang mengenakan kemeja panjang berwarna putih yang sengaja dilipat setengah pergelangan tangan. Dengan bawahan rok serta tas kerja berwarna biru dongker. Warna sepatu heels yang dipakainya pun senada dengan rok dan tasnya, yang menghiasi kaki jenjangnya membuat setiap mata merasa takjub menatapnya.
Rambut panjangnya ter-urai indah di pinggang dengan anak rambut dijepit sebuah aksesoris memiliki manik-manik putih mirip berlian dan berkilau menambah pesona kecantikannya. Aura serta keanggunan Zafira membuat seluruh mata di lantai tersebut enggan berkedip untuk terus mengagumi ciptaan Tuhan.
Zafira memberikan senyuman ramah kepada karyawan yang tersenyum bahkan ada beberapa yang memberikan sapaan kepadanya. Dan setiap mata pun semakin terarah kepada gadis itu. Di dalam hati masing-masing, mereka berdecak kagum dengan munculnya gadis cantik secara tiba-tiba di kantor mereka yang begitu memukau pandangan.
Langkah kaki Zafira terhenti pada sebuah meja di luar tak jauh dari ruangan Direktur Utama. Zafira tersenyum kepada staff wanita yang juga telah menyambut kedatangannya dengan berdiri.
"Selamat pagi bu. Ada yang bisa saya bantu?," sapa staff tersebut tersenyum ramah dengan binar terpesona menatap Zafira.
"Selamat pagi mbak. Saya ingin masuk ke ruangan pak Fariz sebentar," ucap Zafira yang dia yakini kalau wanita yang menyapanya adalah sekretaris Fariz.
Tampak jelas keterkejutan tergambar di wajah staff tersebut mendengar perkataan Zafira yang ingin masuk ke ruangan Direktur Utama. Staff tersebut berfikir, kalau bukan orang terdekat Fariz, tidak mungkin bisa seberani ini meminta masuk ke ruangan orang nomor satu di kantor ini.
"Maaf bu. Bapak Fariz sudah beberapa hari ini cuti. Maaf bu, tidak bermaksud lancang, ibu siapanya pak Fariz?," tanya wanita tersebut dengan nada suara takut-takut, sedikit menundukkan kepala.
"Oh maaf, saya lupa memperkenalkan diri. Saya Zafira, istrinya pak Fariz. Maaf, saya dan suami saya tidak sempat memberikan kartu undangan di hari pernikahan kami beberapa waktu lalu. Karena pernikahan diadakan secara tertutup. Khusus keluarga besar saja," ucap Zafira tersenyum mencoba menutupi insiden sebenarnya saat hari pernikahan mereka beberapa minggu lalu.
"Oh, maafkan saya bu. Saya tidak tahu kalau Ibu istrinya pak Fariz" sekretaris tersebut berdiri kikuk merasa tidak nyaman.
Zafira tersenyum mengangguk.
"Karyawan di kantor ini sudah tahu tentang pernikahan ibu dan pak Fariz. Beberapa hari lalu sebelum pak Fariz cuti, pak Fariz sudah menjelaskan kepada semua karyawan di kalau acara pernikahan pak Fariz hanya dihadiri keluarga inti saja. Dan beliau meminta maaf untuk hal itu," tutur Sekretaris tersebut.
Setelah berbincang beberapa kalimat dengan sekretaris Fariz, menit berikutnya Zafira melangkah masuk ke dalam ruangan Fariz.
Setelah Zafira masuk ke ruangan Direktur Utama, para karyawan berdesakan lalu berkumpul di meja sekretaris dan berbagai pertanyaan menyerbu gadis itu. Semua merasa penasaran menanyakan siapa gadis yang masuk ke ruang atasan mereka. Dan semua memuji dan merasa terpana dengan kecantikan istri dari pimpinan mereka.
Zafira masuk kemudian menutup pintu. Tampak ruangan yang luas dan tertata sangat rapi. Meja kerja terbuat dari kaca tebal dengan panjang sekitar tiga meter, lebar satu setengah meter. Ada beberapa laci serta lemari kecil di bagian sudut dan di bawah meja.
Setapak demi setapak kaki mungil Zafira mengelilingi ruang kerja Fariz. Memandang kosong serta tatapan sedih setiap sudut ruangan.
Hatinya nelangsa menatap kursi Fariz yang tampak diam namun seolah menyapanya untuk duduk di singgasana tersebut.
Sejak pernikahan, Fariz beberapa kali mengajak Zafira agar mau datang ke kantornya dengan tujuan memperkenalkan Zafira kepada seluruh bawahannya sebagai istrinya namun gadis itu selalu menolak dengan alasan menunggu waktu yang tepat dan kesiapan dirinya.
Air mata mulai menetes. Gadis itu duduk terdiam di kursi Fariz dan termangu di sana sambil mengusap deraian air mata yang mulai semakin menderas mengingat sang suami yang telah beberapa hari menghilang dari kehidupannya.
Zafira menelungkupkan muka di meja dengan bertumpu pada kedua tangan yang terlipat. Rambutnya dibiarkan berantakan menutupi wajah.
Kini, bayangan demi bayangan mengenai pria yang kini sangat dirindukannya serta pemikiran demi pemikiran beterbangan di pelupuk mata mengganggu ketenangan jiwanya. Setiap helaan nafas seolah bersirkulasi dengan menghirup aroma tubuh Fariz yang menjelma menjadi udara memberi kehidupan dalam dirinya. Menjadi nafasnya.
...*****...