NovelToon NovelToon
Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Aku Istri Yang (TAK) Diinginkan : Cinta Lansia

Status: sedang berlangsung
Genre:Cinta setelah menikah / Penyesalan Suami / KDRT (Kekerasan dalam rumah tangga) / Suami ideal / Healing / Cinta Lansia
Popularitas:14k
Nilai: 5
Nama Author: Bukan Emak-Emak Biasa

Andai hanya KDRT dan sederet teror yang Mendung dapatkan setelah menolak rencana pernikahan Andika sang suami dan Yanti sang bos, Mendung masih bisa terima. Mendung bahkan tak segan menikahkan keduanya, asal Pelangi—putri semata wayang Mendung, tak diusik.

Masalahnya, tak lama setelah mengamuk Yanti karena tak terima Mendung disakiti, Pelangi justru dijebloskan ke penjara oleh Yanti atas persetujuan Andika. Padahal, selama enam tahun terakhir ketika Andika mengalami stroke, hanya Mendung dan Pelangi yang sudi mengurus sekaligus membiayai. Fatalnya, ketidakadilan yang harus ia dan bundanya dapatkan, membuat Pelangi menjadi ODGJ.

Ketika mati nyaris menjadi pilihan Mendung, Salman—selaku pria dari masa lalunya yang kini sangat sukses, datang. Selain membantu, Salman yang memperlakukan Mendung layaknya ratu, juga mengajak Mendung melanjutkan kisah mereka yang sempat kandas di masa lalu, meski kini mereka sama-sama lansia.

Masalahnya, Salman masih memiliki istri bahkan anak...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bukan Emak-Emak Biasa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tujuh

Sesuai kesepakatan, Pelangi baru akan dikeluarkan dari penjara, setelah Yanti dan Andika menikah. Keduanya akan menjalani resepsi pernikahan mewah di rumah Yanti, agar Mendung repot bantu-bantu dan pastinya ditonton semua tamu. Selain itu, Mendung juga dilarang bercerai dari Andika.

***

“Ibu Mendung ... sanggup?” tanya pak Kades ketika mendapat laporan secara langsung dari Mendung, di kantor desa.

Mendung yang sudah tampil jauh lebih rapi meski masih sangat sederhana, mengangguk-angguk. “Hanya ini yang bisa saya lakukan, Pak Kades. Ibaratnya, ... ini menjadi satu-satunya cara agar Pelangi bebas. Karena andai ikut melewati persidangan, tetap saja yang tidak punya uang yang dikalahkan.”

“Fuuuh ....” Pak Kades mengembuskan napas berat melalui mulut. Iba sungguh ia rasakan atas musibah yang menimpa warganya. Yang membuatnya tak habis pikir, apakah Andika tetap tidak ada peran membebaskan Pelangi?

“Apakah pak Andika tidak bisa melakukan sesuatu yang bisa membuat Pelangi bebas, tanpa harus membuat ibu Mendung menjadi pembantu Yanti, seumur hidup ibu Mendung?” Pak Kades menatap saksama kedua mata Mendung. Seiring pertanyaan yang ia layangkan, detik itu juga kedua mata ibu Mendung kembali sayu diliputi banyak beban. Hanya melihat itu saja ia langsung paham, bahwa pria yang Pelangi sebut ayah itu memang tidak bisa diandalkan.

“Saya tidak akan pernah berharap kepadanya lagi, Pak. Bahkan meski dunia ini kiamat, sepertinya dia tetap tidak akan pernah menyadari kesalahannya. Saya sudah menyerahkan semuanya ke Allah. Biar Allah yang balas.” Senyum kecut Mendung suguhkan sebagai wujud dari rasa kecewanya. Ia berkaca-kaca menatap pak Kades yang sampai detik ini masih menatapnya iba.

“Selain itu, kedatangan saya ke sini juga untuk meminta perjanjian resmi dengan si Yanti, Pak. Agar sewaktu-waktu Yanti ingkar dari janjinya, saya bisa menuntut!” ucap Mendung dan langsung disetujui oleh pak Kades.

“Harus itu, Ibu Mendung. Harus! Karena aroma ingkar dari ibu Yanti, sudah terendus kuat. Apalagi jika melihat caranya bersikap, ... kita harus pintar-pintar atur strategi!” ucap pak Kades.

Beres mengurus keperluan di kantor desa, Mendung juga memboyong sang kades ikut dengannya. Mereka ke rumah Yanti untuk mengurus surat perjanjian yang dilegalisasi secara langsung oleh pak Kades. Beberapa perangkat desa juga turut hadir.

“Apaan sih? Dikit-dikit rame, dikit-dikit boyong pasukan!” kecam Yanti dengan suara lirih, meski sebenarnya, ia sudah sangat geregetan kepada Mendung.

Mendung masih tetap tenang, meski sebenarnya ia juga tak kalah geregetan. Apalagi jika melihat sang suami yang selalu menjadi satelit Yanti. Tentunya, Mendung paham kenapa itu sampai terjadi. Karena Yanti dengan uang dan kuasanya, membuat Andika rela melakukan apa pun asal suaminya itu mendapatkan pundi-pundi penghasilan. Masalahnya, bukan Mendung apalagi Pelangi yang akan menikmati hasil pundi-pundi Andika. Melainkan keluarga Andika yang ketika Andika menjadi mayat hidup, tak sedikit pun dari mereka yang peduli.

Kebersamaan di depan gerbang rumah Yanti, terjadi dengan sangat tidak nyaman. Yanti yang berdalih sedang sangat sibuk, tak mengizinkan rombongan Mendung masuk ke dalam rumahnya. Menandatangani surat perjanjian saja, Yanti melakukannya dengan enggan.

“Itu surat sudah aku tanda tangani. Cepat masuk dan beres-beres di dalam!” hardik Yanti kepada Mendung.

Selain kompak menghela napas pelan sekaligus dalam, pak Kades dan rombongan, juga refleks geleng-geleng pada kelakuan Yanti.

“Hari ini saya akan mengurus Pelangi dulu,” ucap Mendung mendadak ragu memanggil Yanti dengan sebutan apa.

“Panggil aku nyonya! Gitu saja enggak ngerti. Ketahuan banget enggak pernah makan bangku sekolahan!” sergah Yanti yang lagi-lagi menghardik Mendung.

Alih-alih jadi terhormat dan membuat mereka yang menyaksikan segan. Ulah Yanti malah membuat mereka makin muak.

“Boleh saya mulai kerjanya besok saja, Nyo-nya? Saya ingin menjenguk Pelangi dulu. Saya—”

“Kenapa malah kamu yang ngatur? Di sini saya yang bos kamu! Cepat masuk!” Selain sampai berteriak, kedua mata tajam Yanti juga seolah nyaris loncat kemudian mengobrak-abrik Mendung yang menjadi alasannya murka.

Karena iba kepada Mendung dan Pelangi, ditambah lagi Andika tetap tak peduli. Aparat desa di sana sengaja mengambil alih kunjungan Mendung ke Pelangi.

“Saya ingin masak juga buat Pelangi, Bapak-Bapak. Takutnya Pelangi belum makan!” Mendung benar-benar memelas. Demi Pelangi yang ia khawatirkan makin ketakutan karena masih ditahan, ia sungguh akan melakukan segala cara. Termasuk itu mengorbankan nyawanya.

“Urusan itu, biar kami yang urus, Ibu Mendung. Kami paham, suami Ibu Mendung sudah MATI, hingga Kami juga akan berusaha melakukan yang terbaik untuk Pelangi. Ibu Mendung tidak usah takut. Karena Meski otak Ibu Mendung sudah jadi taaai, kami akan selalu memperjuangkan nasib Ibu Mendung dan juga nasib Pelangi!” tegas pak Kades mewakili aparat desa yang ada di sana.

Tak beda dengan Yanti yang cuek pada tanggapan nyelekit pak Kades, Andika juga masa bodo. Andika sudah terbiasa disindir bahkan dihina hanya untuk mendapatkan tujuannya.

***

Satu minggu berselang, Mendung masih menjadi kacung di kediaman Yanti. Selama itu juga, Mendung hanya disuruh bekerja dan melakukan semua perintah Yanti. Termasuk itu, duduk berlutut di lantai dan menyaksikan Yanti bercum bu mesra dengan Andika di sofa. Yanti dan Andika terus pamer kemesraan, padahal keduanya belum terikat dalam pernikahan.

Yanti pikir, Mendung akan cemburu. Mendung akan gi la karena caranya melukai mental istri sah pria yang ia cintai. Padahal, satu-satunya yang Mendung pikirkan hanya Pelangi, Pelangi, dan kewarasan putrinya itu. Sebab selama itu juga, Mendung belum diberi waktu untuk menemui Pelangi oleh Yanti.

“Jangan lupa makan,” ucap Andika ketika Mendung sedang mencuci gerabah di wastafel. Ia memberikan sepiring nasi lengkap dengan lauk pauk. Namun, jangankan menerima, melirik saja tidak.

“Cepat habiskan. Sebelum Yanti tahu!” sergah Andika masih berbisik-bisik. Sesekali, ia melirik ke arah pintu, memastikan Yanti tak datang. Karena andai sampai datang, yang terjadi tentu seperti yang baru saja ia katakan.

“Lebih baik aku mati kelaparan, daripada makan makanan pemberian pria zalim sepertimu!” ucap Mendung tetap tak sedikit pun melirik Andika.

“Stttt, ... kamu ya! Terserah lah!” kecam Andika.

Andika sengaja membiarkan makanan yang ia siapkan secara khusus untuk Mendung, di dekat wastafel Mendung mencuci gerabah. Meski tentu saja, ia menyiapkan itu tanpa sepengetahuan Yanti. Bisa kacau kalau Yanti tahu. Bisa-bisa ia dan Mendung sama-sama diamuk. Sempat berpikir Mendung akan memakannya asal ia meninggalkannya karena istri pertamanya itu terlalu gengsi. Nyatanya dugaan Andika salah. Sebab Mendung lebih memilih berdzikir tanpa memakan makanan pemberiannya. Meski Andika yakin, bahwa sebenarnya Mendung sudah sangat kelaparan

1
Sonya Kapahang
Kakinya Mendung kena cairan gatel lagi.. Ada obatnya ga ya si Salman..
Sonya Kapahang
Mudah²an Andika yg kalah bogem dey.. Jgn smp Salman..
Sartini Cilacap
Semoga mendung tidak kenapa napa
Sartini Cilacap
Semoga Salman tidak kenapa napa
W_E_N_A
Aduh si Mendung terkena cairan itu... gimana dong...
W_E_N_A
Dilema...
Asyatun 1
lanjut
Fani Indriyani
tuh kan bener itu bkn anaknya Salman...semoga berhasil mendung,ini istrinya Salman nyebelin apa2 ancam bunuh diri,yo wis om Salman ga ush diladeni biar saja mati kalo emang dia mau mati
Cahaya Cita
kak rositi kalau bikin karya selalu menguras emosi..jedag jedug rasane/Smile/
Sonya Kapahang
Mudah²an misinya berhasil.. tp kok ya deg²an sm istrinya Salman.. ngeri ngamuk ke Mendung sm Pelangi..
Sonya Kapahang
Ini makhluk kuning siapa..? Kok tetiba jd inget Paojan.. Mana pake tas gendong bulu juga lagi.. 🤣🤣🤣
W_E_N_A
Lanjut Mb... g sabar baca kelanjutannya
W_E_N_A
Waaaoooo siapa tuh makhluk kuning... apakah satu spesies dengan Kak Ojan.... 🤣
Sartini Cilacap
Semoga berhasil misinya
Sartini Cilacap
Penasaran siapa pria berbaju kuning mungkin kah suruhan dayatri
Sartini Cilacap
Wah jangan sampai mendung diamuk oleh dayatri
Sartini Cilacap
Miris banget pelangi sampai trauma terhadap bapaknya sendiri
Asyatun 1
lanjut
Sonya Kapahang
Aku ngeri si Mendung diamuk sm istrinya Salman.. 😖😖😖
Sonya Kapahang
Ya Allah Andika.. gara² kamu, anakMu jd begitu.. emng dasar bapak ga ngotak.. 🤬🤬🤬
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!