Bukan musuh tapi setiap bertemu ada saja yang diperdebatkan. Setiap hari mereka bertemu, bukan karena saking rindunya tapi memang rumah mereka yang bersebelahan.
Mungkin peribahasa 'witing tresno jalaran soko kulino' itu memang benar adanya. Karena intensitas keduanya yang sering bersama membuat hubungan antara mereka makin dekat saja.
Di usia Abhista Agung yang ke 31, masalah muncul. Dia ditodong untuk segera menikah, mau tidak mau, ada atau tidak calonnya, ibu Abhista tak peduli! Yang penting ndang kawin, kalau kata ibunya Abhi.
Lalu bagaimana cara Abhi mewujudkan keinginan sang ibu? Apa dia bisa menikah tahun ini meski calonnya saja belum ada?
Ikuti kisah Abhista selanjutnya di Emergency 31+
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dfe, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Buru-buru menikah
Di balik sambutan dan ucapan penuh dukungan yang diterima Deepika di kantornya, ada seseorang yang menatap tak suka dengan hati panas membara di ujung sana. Dia muak dengan senyum itu, dia benci dengan segala macam bentuk ekspresi yang diperlihatkan Deepika kala orang-orang menjadikan gadis berambut panjang itu bintang utama.
"Puas-puasin senyum-senyumnya biar makin mirip sama orang gila. Kita liat, siapa yang bakal tersenyum di akhir nanti." Celetuk Lisa sambil memainkan ponselnya.
Hari ini Deepika langsung mengisi acara pagi. Dari jam 09.00 sampai jam 11.00 siang, program pagi ceria mengudara membelah langit Purwodadi dan sekitarnya. Memang suara Deepika sangat khas dan merupakan penyiar radio kesayangan para pendengarnya, akun di media sosialnya bahkan paling banyak pengikut jika dibandingkan dengan rekan-rekan sejawatnya.
"Kenapa liatin aku gitu banget sih bang?" Kali ini Lisa menegur Harvey yang sejak tadi memperhatikannya.
"Aku nih punya mata. Mau ku ajak tengok apapun mata ku ini, suka-suka ku lah! Napa kao sewot kali ku tengok?" Ungkap Harvey.
"Aku heran, kenapa semua orang seperti meng elu-elu kan Deepi sih? Lebihnya tuh orang apa coba? Muka ya segitu-gitu aja, suara cempreng kagak ada merdu-merdunya, gayanya nggak modis nyaris kayak gembel!" Kalimat seperti itu sudah jadi kebiasaan bagi mulut Lisa untuk menjelekkan orang lain.
"Hahaha.. Lawak kali kao ni. Iri kan kao sama apa yang Deep punya?"
"Sorry ya bang. Nggak ada di kamusku iri sama orang yang levelnya jauh di bawah ku." Lisa menyunggingkan senyum saeton nirojimnya.
"Suka hati kao lah. Saran saja buat kao Lis, jika kao belum bisa mendapatkan kebahagiaan di hidup kao.. Janganlah kao rusak kebahagiaan orang lain. Setiap orang pun punya kelebihan juga kekurangan masing-masing, tapi jangan kao penuhi hati kao dengan iri dengki.. Karena selamanya kao tak akan bisa meraih kebahagiaan kao sendiri akibat terlalu sibuk memupuk kebencian dalam hati!"
Apa Lisa terketuk hatinya mendengarkan kultum dari Harvey? Tentu tidak! Dia malah asik sendiri dengan ponselnya yang diketahui sedang memilih video percintaannya dengan Sae yang direkam diam-diam tanpa sepengetahuan Sae. Pun saat Harvey pergi, dia masih asik dengan dunianya sendiri.
"Omong kosong. Iri dengki? Ngomong aja sama tembok sana. Kamu bisa ceramah sok pinter, sok bijak, sok baik, hanya karena nggak ada di posisi ku. Siapa yang mau dicampakkan setelah semuanya diberikan untuk orang yang dicintai? Aku nggak sebodoh itu bang! Misalkan akan hancur, aku memilih hancur bersama orang yang sudah merusak ku!" Lisa selesai dengan ponselnya.
Tugasnya hanya menunggu reaksi orang yang sekarang sedang memamerkan kemesraan di atas sakit hatinya.
"Kita lihat saja mas, apa setelah semua orang mengetahui kebusukan mu, Kamu masih bisa tersenyum bahagia seperti itu?" Ucap Lisa dengan suara pelan.
Deepika sudah selesai siaran, lehernya terasa tegang. Sae yang tahu itu berusaha memberi pijatan lembut pada tengkuk pacarnya. Kebersamaan mereka tak ayal mengundang ledekan dari staf lain karena dinilai lebay dan pamer kemesraan itu.
"Mas, nanti aku mau ke kiosnya ibuk. Kamu bisa kan nganterin aku?"
"Bisa. Sekalian aku juga mau ngomong serius sama ibuk kamu. Menurutku lebih baik akhir bulan ini kita resmiin aja hubungan kita."
Kening Deepika berkerut. Dia belum mengerti maksud kalimat Sae. "Resmiin gimana?"
"Menikah lah. Kan tadi pagi kamu bilang juga terserah kan? Ya udah. Kita nikah aja akhir bulan ini. Gimana?"
"Nikah mas? Akhir bulan ini...? Iya aku emang bilang terserah tapi ya nggak grasak-grusuk juga mas. Semua kan harus disiapkan. Keluarga aku, keluarga kamu, belum lagi tentang tamu undangan, sewa tempat, dekornya.. Aduh.. Itu pasti ribet banget. Aku nggak bisa kalo dadakan gitu lah mas, dan ibuk pasti juga nggak setuju kalo tiba-tiba kamu bilang mau nikahi aku akhir bulan ini." Deepika sudah pusing memikirkan rencana dadakan yang disampaikan Sae.
"Kita pake konsep intimate wedding aja yank. Yang penting sah aja dulu. Cukup keluarga inti aja yang jadi saksi di pernikahan kita. Masalah lain gampang lah. Misal kamu pengen ada resepsi, kita bisa lakukan cuti bareng. Jadi liburan kita bisa lebih lama."
Deepika berusaha tersenyum. Dia senang, tapi ada perasaan di hatinya yang berkata jika Sae terlalu terburu-buru.
"Kita pacaran udah lama lho yank, mau nunggu apa lagi coba? Sebagai lelaki normal aku juga punya nafsu, dan selama ini aku selalu menjaga kamu.. Menahan diri agar nggak nyentuh kamu. Karena aku berharap bisa mendapatkan semua itu ketika kita sudah sah jadi suami istri."
Pipi Deepika bersemu merah. Jika dipikir-pikir, Sae memang tidak pernah melewati batasannya. Jangankan untuk berciuman, berpelukan saja sangat jarang mereka lakukan.
"Kamu nggak usah mikirin apapun. Biar aku yang ngomong sama ibuk kamu. Percaya sama aku, semua akan baik-baik aja, ya?"
Jika biasanya 'diam' akan diartikan sebagai persetujuan, kali ini diam nya Deepika tersirat sebuah keraguan. Bukan ragu pada perasaannya tapi, ragu akankah keputusan yang diambil dengan terburu-buru ini akan baik untuk mereka kedepannya?
___________
"Udah mau pulang Bhi?" Tisya memberanikan diri bertanya lebih dulu karena mereka berada satu arah yang sama, tempat parkir.
"Hmm." Jawab Abhi singkat.
Helaan nafas Tisya tidak melelehkan bongkahan es di dalam hati Abhi. Dia tetap pada settingan awal, cuek, tidak banyak bicara, tapi tetap berwibawa.
"Mungkin..."
Kata-kata Tisya yang digantung membuat Abhi mengurungkan niatnya untuk membuka pintu mobil. Dia menunggu lanjutan kalimat berikutnya.
"... Aku akan terima usulan orang tuaku.. Menunggu mu bukan keputusan yang tepat aku rasa.." Lanjut Tisya dengan suara pelan disertai sedikit getaran. Dia menahan tangis.
"Iya. Jangan membuang waktumu dengan menungguku Sya. Kamu berhak mendapatkan lelaki yang lebih baik dari ku."
Lalu pria itu pergi tanpa menoleh ke belakang sama sekali. Lebih baik seperti itu, Abhi tidak ingin membuat Tisya terus berharap padanya. Berharap akan sesuatu yang tidak akan pernah terjadi. Karena untuk seorang Abhi, Tisya hanya lah rekan kerja. Tidak lebih dari itu.
Kepergian Abhi membuat bendungan air mata yang sudah susah payah Tisya cegah justru mengalir deras membasahi pipinya. Ada yang patah.. Ada yang kecewa, tapi hidup harus terus berjalan.. Tisya melanjutkan tangisnya di dalam mobil. Merenungi kisah kasih tak sampainya.
Di jalan, Abhi mendapat kabar dari sang kakak dengan rentetan pesan yang dikirimkan jika nanti malam kedua keponakannya akan datang berkunjung. Kedua keponakan Abhi itu sudah menodongnya dengan meminta fried chicken makanan kesukaan mereka. Sambil berkendara, mata Abhi memindai adanya tempat yang menjual ayam goreng tepung pesanan kedua bocah hasil perkembangbiakan antara abang dan kakak iparnya.
"Ayam sepuluh tanpa nasi. Bungkus." Pesan Abhi setelah menemukan tempat yang dimaksud.
"Mau bagian paha, dada, atau sayap, mas?" Tanya si penjual dengan ramah.
"Paha."
"Ukuran biasa atau jumbo?"
Belum juga menjawab, dari dalam kios itu muncul orang yang Abhi kenal.
"Ngaco kamu! Pernikahan itu bukan permainan yang bisa seenaknya kamu putuskan gitu aja! Apalagi dalam waktu sesingkat itu, nggak Deep. Ibuk nggak setuju." Ucap Sani keluar dari dapur sambil melepas celemek yang menempel di pinggangnya.
Mata Sani membola terkejut melihat adanya Abhi di sana, begitu juga dengan Deepika dan Abhi sendiri. Lelaki tinggi itu bahkan tidak tahu jika tempat makan di pinggir jalan ini adalah milik Sani.
"Mas Abhi." Sapa Sani tersenyum menyembunyikan kegondokan hatinya.
"Iya tant."
"Ini mas Abhi udah dilayani belum mbak?" Tanya Sani kepada pegawainya.
"Belum bu, kebetulan mas nya belum menentukan ukuran ayam yang akan dipesan." Jawab pegawai itu jujur.
"Oowh, mas Abhi mau pesan ayam ukuran apa? Di sini ada yang biasa, ada juga yang ukuran jumbo."
Sani bahkan tak mengindahkan kehadiran anak dan pacar anaknya yang ada di belakangnya. Fokusnya kali ini tertuju pada lelaki yang menentukan pilihan ukuran ayam goreng yang dia pesan untuk dibawa pulang.
Suasana kios yang tidak terlalu ramai dimanfaatkan Deepika dan Sae untuk membicarakan rencana mereka tapi rupanya hal itu tidak sedikitpun membuat Sani menyetujui keputusan mereka. Dia pernah gagal dalam berumah tangga dan itu menjadi pertimbangan untuk dirinya mengambil keputusan yang menyangkut masa depan anaknya.
Abhi hanya menyaksikan sekilas perdebatan antara ibu dan anak yang terlihat alot, dengan ditonton lelaki yang berstatus sebagai pacar dari sang anak yang bahkan tidak melakukan apa-apa untuk melerai ketegangan di antara ibu dan anak itu. Tentu saja setelah mendapat pesanannya Abhi langsung pergi dari kios itu. Dia tidak tertarik mengurusi masalah orang lain, meski pekerjaannya memanglah 'mengurus masalah orang'. Tapi kali ini jelas berbeda.
Deepika kembali diam. Dia tahu ini tidak akan mudah.
'Tadi dia bilang semua akan baik-baik aja, giliran di dini malah aku yang disuruh jelasin ke ibuk. Kok kesannya kayak aku diperalat gini sih!'
Deepika menggerutu di dalam hati karena Sae hanya plonga-plongo tanpa melakukan apapun untuk membuat Sani luluh serta merestui rencana mereka untuk menikah secepatnya.
"Apa yang bikin kamu pengen cepet-cepet nikah? Kamu nggak lagi hamil kan?" Sani geram sampai berprasangka buruk pada anaknya.
"Astaghfirullah buk. Ya enggak lah buk! Aku nggak lagi hamil, dan nggak pernah lakuin hal bejat kayak gitu. Ibuk ini mikirnya kejauhan." Deepika membela diri.
"Lha terus kenapa mau buru-buru nikah hah? Akhir bulan ini? Kamu pikir ini tanggal berapa? Gila! Bahkan ngurus surat-surat nikah aja butuh proses dan waktu!" Kembali Sani menaikkan nada bicaranya.
"Kita bisa nikah di bawah tangan dulu buk. Kalau memang mengurus itu semua butuh waktu." Kali ini Sae yang bicara.
"Apa??" Suara Deepika dan Sani bersamaan.
"Tadi bukannya kamu bilang kalo kita nikah pake konsep intimate wedding dulu. Yang penting sah dan dihadiri keluarga inti, kok sekarang beda lagi ceritanya mas??" Deepika ikut frustasi oleh apa yang barusan Sae katakan.
"Lho sama aja kan yank, intimate wedding sama nikah di bawah tangan itu sama-sama cuma ngundang sedikit orang. Kita nggak perlu ribet dan yang pasti hubungan kita bisa jelas, sah di mata agama. Nanti kita bakal nikah secara hukum bareng resepsinya, kan simpel." Tutur Sae dengan kepercayaan diri tinggi.
"Heh! Deepika itu anak ku satu-satunya! Susah payah aku besarin dia seorang diri, aku didik, dan aku sekolahkan dia biar pinter! Tapi setelah kenal sama kamu, dia jadi goblok! Jadi bego nggak ketulungan! Cukup ya Sae, kamu bawa pengaruh buruk buat Deepika! Apa itu nikah di bawah tangan? Mau kawin siri kamu hah? nggak modal banget kamu jadi laki?! Sana cari perempuan yang bisa kamu kawinin pake modal minimalis! Tapi bukan anakku!! Belum jadi suami aja udah kebangetan pelit mu, manipulatif,ngambil keputusan sepihak! Egois!" Lantang Sani tanpa lagi memperdulikan sekitarnya.
"Buk.." Deepika ingin menangis.
"Maksud ku nggak gitu buk.. Kan aku sama Deepika pacaran udah lama, nggak enak kalo sampai ada orang yang ngomongin Deepika atau mempertanyakan keseriusan ku untuk menghalalkan dia. Jadi aku pikir lebih baik kami nikah siri dulu, kami juga nggak akan takut dosa jika sampai kebablasan dalam berhubungan."
Kali ini meja itu menjadi korban oleh gebrakan tangan Sani yang geram mendengar penuturan Sae.
"Pergi dari sini kamu Sae. Pergi! Darah tinggi aku lama-lama ngadepin kamu! Dan kamu Dee, kok bisa kamu betah pacaran lama sama orang modelan gini?! Udah dikasih apa kamu sama dia? Luar biasa begonya kamu kalo masih mau nerusin hubungan sama dia!!"
inget gak kata Abhi, kamu bakal cemburu hanya dg mendengar nama Abhi disebut sama ciwik lain 😌
skrg keknya terbukti deh, dah betmut kan kamu?! 😅🤣
astaghfirullah minal khotoyaaaa
gak capek?!
misal nih ya, misaaaaallll kamu bisa bersama dg Abhi pun, kamu gak akan bahagia lho.. wong di hati Abhi gak ada kamu samsek..
seumur hidup itu lama woy.. mau kamu buang sia² waktu yg ada hanya utk mengemis cinta dari lelaki yg melirikmu pun ogah
kurang kah bukti yg sudah ada?? 😏