NovelToon NovelToon
Mantan Pacarku Ternyata CEO Kaya

Mantan Pacarku Ternyata CEO Kaya

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Kaya Raya / Fantasi Wanita
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Irhamul Fikri

Prolog:

Dulu, aku selalu menganggapnya pria biasa miskin, sederhana, bahkan sedikit pemalu. Setelah putus, aku melanjutkan hidup, menganggapnya hanya bagian dari masa lalu. Tapi lima tahun kemudian, aku bertemu dengannya lagi di sebuah acara gala mewah, mengenakan jas rapi dan memimpin perusahaan besar. Ternyata, mantan pacarku yang dulu pura-pura miskin, kini adalah CEO dari perusahaan teknologi ternama. Semua yang aku tahu tentang dia ternyata hanya kebohongan. Dan kini, dia kembali, membawa rahasia besar yang bisa mengubah segalanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Irhamul Fikri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 1 Bagian 9 Hujan yang Mendebarkan

Acara sosial akhirnya selesai, dan para tamu perlahan meninggalkan ballroom. Nadia dan Lila keluar bersama, melangkah ke depan hotel untuk mencari taksi. Udara malam yang sejuk menyapa mereka, membawa sedikit rasa tenang setelah suasana formal di acara tadi.

“Gimana menurut kamu acaranya, Nad? Worth it, kan?” tanya Lila sambil memeluk tas kecilnya.

Nadia mengangguk. “Worth it banget. Aku jadi merasa lebih semangat buat terus berkembang. Walaupun, ya, ada kejutan tadi…”

Lila menepuk bahu Nadia sambil tertawa kecil. “Itu namanya bonus tak terduga. Eh, tapi sekarang kita fokus ke makan malam aja, ya. Aku udah lapar banget!”

Mereka melambaikan tangan, dan tak lama sebuah taksi berhenti di depan mereka. Supir taksi, seorang pria paruh baya dengan senyum ramah, membuka kaca jendelanya. “Mau ke mana, Mbak?”

“Ke Restoran Kayana, Pak,” jawab Lila sebelum Nadia sempat berbicara.

“Baik, silakan masuk,” balas supir itu.

Di dalam taksi, Lila memecah keheningan dengan celoteh ceria tentang makanan. “Kayana itu punya pasta yang enak banget, Nad. Kamu harus coba carbonaranya. Duh, ngomongin ini bikin aku makin lapar.”

Nadia tersenyum, mencoba mengikuti energi positif sahabatnya. “Kamu pasti sudah sering ke sana, ya?”

“Lumayan, sih. Tapi aku yakin kamu bakal suka juga. Tempatnya cozy banget, cocok buat ngobrol santai,” kata Lila.

Sementara Lila terus berbicara, Nadia melirik keluar jendela. Lampu-lampu kota berkilauan, menciptakan pemandangan yang indah namun menenangkan. Untuk sejenak, pikirannya terasa lebih ringan.

Supir taksi itu sesekali ikut berbicara, menanyakan apakah mereka baru pulang dari acara besar di hotel. Lila dengan senang hati menjawab sambil bercerita sedikit tentang acara tersebut.

Taksi berhenti di depan restoran Kayana, sebuah tempat dengan suasana hangat yang diterangi lampu-lampu kuning redup. Aroma makanan lezat menyeruak begitu mereka melangkah masuk. Restoran itu tidak terlalu ramai, cukup nyaman untuk makan malam santai.

Mereka memilih meja di sudut, dekat dengan jendela besar yang menghadap ke jalan. Lila langsung membuka menu dengan antusias. “Kamu harus coba dessert-nya juga nanti, Nad. Tiramisu mereka juara banget!”

Nadia tersenyum sambil membuka menu di tangannya. Ia memutuskan untuk memesan pasta dan jus jeruk. Lila, seperti biasa, memesan banyak makanan sekaligus, membuat Nadia tertawa kecil.

“Lil, kamu yakin bisa habisin semua itu?”

“Yakin, dong! Ini kan makan malam spesial buat kita,” jawab Lila sambil tersenyum lebar.

Ketika makanan tiba, mereka mulai menikmati hidangan dengan obrolan ringan. Lila banyak bercerita tentang rencananya untuk mencoba hal-hal baru dalam karirnya setelah terinspirasi dari acara tadi.

“Kalau kamu, Nad? Apa yang kamu dapat dari acara tadi?” tanya Lila sambil menyeruput minumannya.

Nadia merenung sejenak sebelum menjawab. “Aku merasa seperti diingatkan kalau hidup itu selalu penuh kejutan. Kadang kita enggak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya, tapi yang penting kita tetap bergerak maju.”

Lila mengangguk setuju. “Setuju banget. Lagipula, hidup ini seru karena penuh misteri, kan?”

Nadia tersenyum, meski dalam hatinya ia tahu bahwa misteri yang disebut Lila lebih besar daripada yang ia bayangkan. Pertemuan tak terduganya dengan Reza tadi masih membayangi pikirannya, tapi ia memilih untuk tidak membahasnya malam ini.

Setelah makan malam selesai, mereka memutuskan untuk berjalan kaki sebentar sebelum memanggil taksi untuk pulang. Suasana malam yang tenang memberikan rasa damai setelah hari yang panjang.

“Aku senang banget kita bisa menikmati malam ini bareng, Nad,” kata Lila sambil menggandeng lengan Nadia.

“Aku juga, Lil. Terima kasih sudah selalu ada untuk aku,” jawab Nadia dengan tulus.

Saat mereka menaiki taksi untuk pulang, Nadia merasa sedikit lebih lega. Meski banyak hal yang masih belum terjawab, ia tahu bahwa malam ini ia mendapatkan momen berharga bersama sahabatnya. Itu sudah cukup untuk membuatnya tersenyum sebelum hari baru dimulai.

Taksi berhenti di persimpangan jalan kecil yang menjadi titik perpisahan antara rute Nadia dan Lila. Suasana malam yang tenang membuat momen itu terasa lebih sunyi, hanya ditemani suara deru kendaraan sesekali yang melintas.

“Ya ampun, malam ini menyenangkan banget, Nad. Tapi aku harus turun di sini, ya. Rumahku lebih dekat lewat jalan ini,” kata Lila sambil merapikan tas kecilnya.

Nadia tersenyum, meski hatinya sedikit berat berpisah. “Iya, Lil. Terima kasih ya, udah ngajak aku makan malam. Aku bener-bener butuh momen kayak tadi.”

“Selalu ada buat kamu kok, Nad,” balas Lila sambil tersenyum lebar. Ia membuka pintu taksi dan melambaikan tangan.

Sebelum Lila berjalan menjauh, ia membungkuk sedikit ke arah jendela taksi, menatap Nadia dengan tatapan penuh arti. “Oh ya, Nad, satu hal. Jangan terlalu mikirin apa yang terjadi tadi di acara itu. Kalau memang Reza ada di hidupmu lagi untuk alasan tertentu, kamu pasti tahu nanti. Sampai saat itu, nikmati saja perjalananmu.”

Nadia mengangguk, mencoba mencerna kata-kata sahabatnya. “Aku akan ingat itu. Hati-hati di jalan, ya, Lil.”

Lila tersenyum, mengacungkan jempol sebelum benar-benar beranjak pergi. Nadia memandangnya berjalan menjauh, sosoknya perlahan menghilang di antara cahaya lampu jalan.

Melanjutkan Perjalanan Pulang

Supir taksi, yang sedari tadi diam, menoleh ke Nadia melalui kaca spion. “Kita langsung ke apartemen Mbak, ya?”

“Iya, Pak. Terima kasih,” jawab Nadia sambil menyandarkan kepalanya di kursi.

Taksi melaju dengan tenang di jalanan kota yang mulai sepi. Namun, saat mereka memasuki jalan utama, awan gelap yang menggantung di langit akhirnya pecah, membawa hujan lebat yang turun tanpa ampun.

Nadia menatap ke luar jendela, memperhatikan tetesan air yang mengalir di kaca. Ia merasa ada sesuatu yang melankolis dari hujan malam itu, seolah-olah alam sedang mencerminkan perasaannya.

“Waduh, hujan deras banget, ya,” gumam supir taksi sambil memperlambat laju mobilnya.

“Iya, Pak. Semoga cepat reda,” balas Nadia pelan, lebih kepada dirinya sendiri.

Namun, belum lama mereka melanjutkan perjalanan, taksi tiba-tiba berguncang sedikit sebelum terdengar suara *dug dug dug* yang aneh. Mobil itu melambat dan akhirnya berhenti di pinggir jalan.

“Maaf, Mbak. Sepertinya ban mobil saya bocor,” kata supir itu sambil menghela napas.

Nadia menatap keluar, melihat jalanan yang mulai tergenang air. Ia sedikit panik, tapi mencoba tetap tenang. “Oh, ya ampun. Kalau begitu, bagaimana, Pak? Ada cadangan ban, kan?”

“Tenang, Mbak. Saya ada ban cadangan. Tapi... ini hujan deras banget. Saya coba lihat dulu, ya.”

Supir itu keluar dari mobil dengan payung seadanya. Nadia memandangnya dengan rasa kasihan, tapi ia juga tahu tidak banyak yang bisa ia lakukan. Hujan begitu deras hingga suaranya menghantam atap taksi seperti drum.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!