DASAR MANDUL!
6 tahun sudah, Hanabi Lyxia harus mendengarkan kalimat tak menyenangkan itu dikarenakan ia belum bisa memberikan keturunan.
Kalimat sumbang sudah menjadi makanannya sehari-hari. Meskipun begitu, Hana merasa beruntung karena ia memiliki suami yang selalu dapat menenangkan hatinya. Setia, lembut bertutur kata dan siap membela saat ia di bully mertuanya.
Namun, siapa sangka? Ombak besar tiba-tiba menerjang biduk rumah tangga nya. Membuat Hana harus melewati seluruh tekanan dengan air mata.
Hana berusaha bangkit untuk mengembalikan harga dirinya yang kerap dikatai mandul.
Dapatkah wanita itu membuktikan bahwa ia bukanlah seorang wanita mandul?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dae_Hwa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
ATM27
"Namanya Mamat, dia salah satu kru produksi tempat di mana Tuti dan Damar bekerja. Bulan lalu, Tuti juga memberikan uang yang cukup banyak pada pria itu, Han." Gavriil menyodorkan foto Mamat beserta informasi pribadi yang ia dapat melalui seorang detektif.
Hana lekas menyambar, membaca dengan cermat sampai-sampai keningnya berkerut dalam.
"Apa Tuti hamil anaknya si Mamat, Gav?" Matanya tetap bergeming, menatap lekat foto Mamat.
Pria bermata elang itu mengedikkan kedua bahu, bola matanya menatap sinis foto yang terus-terusan ditatap Hanabi. Ada yang mendidih di dalam dada, Gavriil cemburu buta.
"Entahlah," jawabnya datar.
"Apa gue gak bisa mendapatkan info yang lebih dari ini, Gav?" Hana menatap penuh harap, dengan bibir mengerucut.
Gavriil menelan ludah saat tak sengaja menatap bibir Hana.
'Sadar Gavriil, sadar! Dasar pria mesum! Ah, ini gara-gara Mama sudah merusak kepolosan ku!' rutuk Gavriil di dalam hati.
Pemilik mata elang itu menghela napas panjang. "Ada, tapi, bukan menggunakan jasa detektif."
"Terus, apaan?" Hana terlihat bingung.
"Intel, dijamin semuanya bakal terbongkar." Gavriil menyambar gelas di hadapannya dan lekas menyeruput minuman favoritnya demi melepas dahaga.
"Biayanya berapa, Gav?" Hana menggigit ujung bibirnya.
"I don't know, yang pasti ... di atas lima puluh juta," jawab Gavriil.
"What?!" Hana terbelalak.
"Santai mata lo, mau gue tampung tuh biji mata?" Ledek Gavriil membuat Hana mencebik.
"Kenapa mahal banget, sih?" keluh Hana.
"Itu karena dia terkenal dengan kemampuannya di bidang ini. Dia juga menyelesaikan pekerjaannya dengan rapi," jelas Gavriil.
Hana menghela napas berat.
"Kagak ada diskon kah?" Hana menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
"Gampang itu, bisa diatur." Gavriil mengulum senyuman.
"Seriusan? Ya udah, gue mau dong, hari ini bisa kan?" desak Hana.
"Booking dulu, Ladies! Setelah itu baru kita tunggu tuh intel datang ke Indonesia," beritahu Gavriil.
"Datang ke Indo? Dia orang luar?" Hana penasaran.
"Yaps, Aussie. -- Ya udah, ntar gue coba hubungi orangnya dulu. Ntar gue kabarin," jelas Gavriil.
Hana mengangguk, lalu menyantap makanan yang tersaji di meja.
Saat ini keduanya sedang berada di sebuah cafe, Gavriil berniat memperkenalkan Hana dengan seorang influencer yang sedang naik daun guna menjalin kerja sama.
Suara kerincing di atas pintu cafe berbunyi saat seseorang masuk ke ruangan tersebut. Gavriil dan Hana menoleh ke asal suara.
Seorang wanita cantik melangkah dengan anggun sembari menyibakkan rambutnya yang panjang terurai. Sabrina cream yang dikenakan nya, membuat wanita itu tampak begitu seksi.
"Sorry lama, Gav, macet." Tanpa sungkan, wanita itu mengecup pipi Gavriil.
Gavriil tersentak, pun Hana. Namun, wanita berbadan dua itu dapat menyembunyikan keterkejutan nya dengan baik.
"Han, kenalin, ini Vania. Influencer yang gue ceritakan." Gavriil menoleh pada Vania. "Dia Hanabi ... yang gue pernah ceritakan ke lo, Van. Influencer yang cukup terkenal pada masa nya."
Vania tersenyum lembut, sorot matanya begitu ramah menatap Hanabi.
"Hay, Cantik! Salam kenal ya!" Vania mengulurkan tangannya.
Lekas Hanabi menyambut uluran tangan wanita itu, keduanya berjabat tangan sembari menebarkan senyuman hangat.
Vania menarik kursi di sebelah Gavriil dan segera duduk di sebelah pria tampan itu.
"Karena waktu kalian udah banyak terbuang gara-gara nungguin gue doang, gimana kalau kita langsung ke topik pembicaraan?" Vania menatap Hana, menunggu respon dari wanita cantik yang duduk di hadapan Gavriil.
Hana mengangguk setuju. Tanpa membuang waktu, Hana dan Vania lekas membahas tentang kerja sama yang akan mereka lakukan. Pembagian hasil, beberapa kontrak dengan penawaran menarik, jenis konten yang akan dikerjakan dan juga saling berbagi ide. Keduanya tampak begitu semangat.
"Ok, thank you for your time, Hana. Selamat bekerjasama ...!"
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Hana menegakkan punggungnya, menguatkan pundaknya, menekatkan niatnya saat memasuki ruangan pengadilan.
Hari ini merupakan hari pertama dari sidang perceraiannya. Berkali-kali wanita yang mengenakan gamis hitam itu menghela nafas panjang. Wajahnya kentara begitu gugup, untung saja kehadiran para sahabat dapat membuat gugupnya sedikit berkurang.
Hana melangkah dengan anggun, tentu saja ia langsung disambut tatapan sinis dari Damar beserta antek-antek nya. Keluarga Damar, keluarga Hana, pun Tuti memenuhi ruangan tersebut.
'Tampaknya hari ini bakal jadi hari yang melelahkan, aku harus kuat!' batin Hana.
Setelah penggugat dan tergugat duduk di kursi masing-masing, hakim mulai membacakan beberapa perkara yang dilayangkan pada sang tergugat.
Perselingkuhan dan perzinahan, kekerasan verbal, serta pemerasan yang di lakukan oleh mertua dan ipar kepada penggugat. Membuat kedua jemari Damar mengepal erat.
"Bagaimana saudara tergugat? Apakah anda menerima semua perkara yang disebutkan?" tanya Hakim setelah selesai membaca perkara.
Damar beranjak berdiri, panjang pria itu menghembuskan nafasnya. Wajahnya tampak memelas.
"Saya Damar Satiyo, menerima tuduhan perselingkuhan dan perzinahan yang disebutkan, Pak Hakim. Namun, tidak dengan perkara kekerasan verbal dan juga pemerasan, semua itu tidak benar. Saya selaku tergugat, menolak mentah-mentah perceraian ini!"
*
*
*