Menjalani rumah tangga bahagia adalah mimpi semua pasangan suami istri. Lantas, bagaimana jika ibu mertua dan ipar ikut campur mengatur semuanya? Mampukah Camila dan Arman menghadapi semua tekanan? Atau justru memilih pergi dan membiarkan semua orang mengecam mereka anak dan menantu durhaka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Tie tik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hamil
“Mas Arman, selamat ya mbak Mila hamil. ini tespeknya positif,”
Camila terkesiap mendengar ucapan bidan yang memeriksanya. Begitupun dengan Arman, dia termangu dengan tatapan tak lepas dari wajah bidan desa itu. Dia masih ragu dengan hasil tes yang ditunjukkan oleh bidan bernama Ummu itu.
“Bu Ummu yakin istri saya hamil?” tanya Arman.
“Iya, Mas Arman. Kalau tidak percaya besok pagi periksa ke klinik saja. Nanti diperiksa langsung sama dokter kandungan,” jelas Ummu sambil memasukkan tespek Camila ke dalam bungkusnya. “Besok bawa hasil pemeriksaannya ke sini, ya. Nanti Mbak Mila akan dapat buku KIA,” lanjut Ummu seraya menatap Camila.
Bahagia. Ya,itulah yang dirasakan Arman dan Camila setelah keluar dari ruang pemeriksaan. Tak ada sepatah katapun yang terucap. Hanya sorot mata yang menggambarkan betapa bahagianya mereka berdua atas berita bahagia ini.
Arman langsung mengajak Camila melakukan pemeriksaan di klinik dokter kandungan yang ada di kota. Rasa penasaran yang begitu besar membuat Arman tidak mau menunda pemeriksaan di hari esok. Mereka menempuh perjalanan cukup jauh. Tak ada kata yang bisa menggambarkan kebahagiaan mereka berdua karena apa yang ditunggu selama ini akhirnya datang.
Malam itu, pemeriksaan yang dilakukan di klinik bersalin berjalan lancar. Dokter kandungan pun membenarkan hasil tespek yang ditunjukkan Camila. Usia kandungan Camila masih berusia tiga minggu. Dia disarankan untuk lebih sering istirahat karena usia kandungannya saat ini rawan keguguran. Tepat pukul delapan malam, mereka telah sampai di rumah. Arman buru-buru masuk untuk memberikan kabar bahagia ini kepada kedua orang tuanya.
“Bu, Pak,” panggil Arman sambil mengetuk pintu kamar kedua orang tuanya.
Tak berselang lama, Aminah dan Pardi keluar dari kamar. “Ada apa, Man?” Tanya Aminah seraya berjalan menuju ruang keluarga diikuti Pardi.
“Ada kabar gembira untuk kita semua,” ucap Arman setelah duduk bersanding dengan Camila di sofa. “Mila hamil, Bu,” jelas Arman dengan diiringi senyum tipis.
“Alhamdulillah …,” ucap Pardi dan Aminah bersamaan. Keduanya terlihat bahagia setelah mendengar kabar dari Arman.
Kabar kehamilan Camila berhasil membuat Aminah bahagia bukan main. Toh, selama ini Aminah sangat berharap bisa menggendong cucu yang dia dapat dari Arman. Begitu pula dengan Pardi, pria lanjut usia itu hanya bisa tersenyum lebar melihat antusias istrinya.
“Semoga kalian selalu dilindungi gusti Allah ya. Kandungan Mila sehat, Mila nya juga sehat. Jangan lupa ibu yang di Surabaya dikabari. Biar mereka juga tahu,” tutur Pardi.
Suasana bahagia yang tercipta di ruang keluarga tentu berbanding terbalik dengan suasana di kamar Sinta. Sang pemilik kamar sejak tadi hanya bisa mencuri dengar pembicaraan di ruang keluarga. Entah mengapa, Sinta tidak suka jika Camila hamil.
“Kenapa harus hamil sekarang sih? Nunggu aku sampai lahiran dulu kan bisa. Kalau Mila sekarang hamil, lalu siapa yang bantu aku ngejagain Zafi?” gerutu Sinta sambil berjalan menuju tempat tidurnya.
***
Berita kehamilan Camila tersebar kepada saudara dan tetangga dekat Aminah. Apalagi, Aminah sendiri langsung membuat syukuran atas kehamilan tersebut. Dia mengundang tetangga sekitar untuk berdoa bersama di rumah. Gurat bahagia terlihat jelas di wajah wanita lanjut usia itu.
"Bu, terima kasih atas undangan dan jamuannya. Semoga Mila dan kandungannya selalu sehat ya, Bu," pamit salah satu tetangga setelah acara tersebut selesai. "Sehat, sehat ya, Mil," lanjutnya saat bersalaman dengan Camila.
"Iya, Bu. Terima kasih sudah hadir," balas Camila dengan diiringi senyum tipis.
Setelah semua tamu undangan pulang, Camila membantu Aminah membereskan peralatan sisa-sisa acara. Tak hanya Camila, kedua saudara perempuan Aminah pun ikut membantu. Mereka sangat bahagia setelah tahu Camila hamil.
"Mil, jangan angkat-angkat piring kotor. Sebaiknya duduk saja. Biar Bude yang ngurusi semua ini," ucap Sinah saat menghampiri Camila yang sedang membereskan piring kotor.
"Iya, Mil. Sebaiknya kamu istirahat saja. Biar Bulek yang membantu ibumu," sahut Siti yang baru datang dari dapur. "Eh, Sinta. Tolong bantu bawakan ini ke dapur," teriak Siti tatkala melihat Sinta berjalan menuju dapur.
Camila memalingkan wajah ke arah lain setelah melihat wajah kesal kakak iparnya itu. Dia memilih pergi ke tempat lain daripada mendengar kata-kata pedas yang mungkin dilontarkan Sinta kepadanya.
"Dek Mila,"
Benar saja praduga Camila, baru saja dia membalikkan badan, suara Sinta terdengar dari ruang keluarga. Camila menoleh dan menatap heran kakak iparnya itu. "Ada apa, Mbak?" tanya Camila.
"Tolong jaga Zafi sebentar ya. Aku mau bantu-bantu di belakang," ucap Sinta seraya menyerahkan putranya kepada Camila.
"Zafi ikut Mbah kung saja ya. Kita lihat kambing di lapangan." Tiba-tiba saja Pardi datang menghampiri kedua menantunya. Lantas, dia mengambil Zafi dari gendongan Camila.
Wajah kalem Sinta berubah murung karena semua orang lebih peduli kepada Camila. Rasa cemburu itu hadir dan semakin menumbuhkan rasa iri di hatinya. Tanpa pamit, Sinta pergi begitu saja meninggalkan Camila.
"Pasti kesel banget tuh! Menyala gak tuh kepalanya," batin Camila saat menatap kepergian kakak iparnya.
Tak berselang lama, terdengar suara motor Arman berhenti di depan rumah. Camila segera menyambut kedatangan suaminya dengan wajah ceria. Apalagi, setelah melihat beberapa kantong kresek yang ditenteng Arman.
"Aku bawakan somay bandung yang ada di depan tugu UKS nih. Kamu pasti suka, Sayang," ucap Arman seraya menyerahkan kantong tersebut kepada Camila.
"Wah ...makasih ya, Mas. Tahu aja kalau aku lagi pengen makan ini." Camila tak henti tersenyum saat menatap Arman. "Aku bawa ke belakang dulu ya, Mas. Sekalian aku siapkan untuk kita nikmati bersama. Tunggu di ruang keluarga, Mas," ucap Camila sebelum berlalu dari hadapan Arman.
Setelah berada di dapur, Camila membagikan beberapa porsi makanan tersebut kepada Aminah dan beberapa orang yang ada di sana. Sinta pun kebagian satu bungkus somay, ya ... meski menerimanya dengan wajah murung.
Camila kembali ke ruang keluarga dengan membawa somay bandung yang sudah tertata di atas piring. Sepasang suami istri itu menikmati makanan tersebut sambil berbincang ringan. Sesekali Arman melontarkan candaan hingga membuat Camila tertawa bahagia. Tak hanya itu, Camila pun mendapat perhatian lebih dari Arman.
"Minum dulu, Sayang," ucap Arman seraya menyodorkan gelas berisi es kelapa muda saat Camila tersedak.
Momen bahagia yang tercipta di ruang keluarga itu tak luput dari pengamatan Sinta yang sedang berada di ruang makan. Sendok yang ada dalam genggaman tangannya pun menjadi pelampiasan. Sinta kesal melihat Arman perhatian kepada Camila.
"Mereka pasti sengaja manas-manasin aku. Untuk apa coba mesra begitu di ruang tengah? Andai mas Yudi seperti Arman, pasti aku bisa romantis-romantisan seperti mereka!" batin sinta.
...🌹TBC🌹...
...Yaelah iri mulu si Sinta...
Pasti bu Aminah sama saudari2nya ghibahin Arman Camila karena ngontrak
Atau si Sinta ikut pak Pardi selamanya,,kan habis ketipu
Meli harusnya ngikut Riza pindah alam,,jahat banget
Buat semua pasutri memang g boleh menampung wanita/pria yg usia sudah baligh takutnya ada kejadian gila kyk gini..
Banyak modus lagi,,mending Riza di antar keluar dari rumah Arman
Sekarang Camila bisa lega karena bebas dari orang toxic
G ada hukumnya anak bungsu harus tinggal sama ortu kecuali ortu.nya sudah benar2 renta..