Dihamilin Om Dokter

Dihamilin Om Dokter

EPISODE 1

KOTA MILAN, REGIONE LOMBARDIA. ITALIA.

Ditengah malam nya kota Italia yang begitu luas ada

Seorang perempuan muda yang masih mengenakan pakaian sekolah lengkap dengan Hoodie hitam yang menutupi seluruh wajah dengan tudungnya dan mengamalkan rok nya dengan rok lapisan hitam juga, remaja itu menyusuri lorong rumah sakit memperhatikan setiap pria yang memakai jaz putih berlogo rumah sakit. 

Sudah hampir 1 jam setengah dirinya berdiri dan menyusuri setiap lorong dan koridor rumah sakit belum juga menemukan seseorang yang dicari sejak tadi, wanita muda itu hampir menyerah dan akan mencari kembali di ke esok kan harinya, walaupun dirinya harus membolos lagi demi bisa bertemu dengan orang yang dicarinya. 

Wanita muda itu terus melangkahkan kaki nya berkeliling rumah sakit besar tersebut, kalau memang tidak ketemu dalam 2 jam terakhir sebelum pukul 23.00 wanita muda itu akan menyerah. 

Wanita bernama Jillian Amberly seorang gadis-ah ralat wanita berusia 18 tahun yang masih duduk dibangku kelas 12 Sekolah Tingkat Akhir yang sebentar lagi akan melaksanakan ujian terakhir dalam 4 bulan kedepan. 

Kakinya kembali menyusuri tanpa henti walaupun mulai terasa pegal matanya tanpa sengaja menangkap sosok laki-laki yang dicari nya sejak tadi, tak mau kehilangan jejak. wanita itu berlari menghiraukan orang-orang yang tidak sengaja ditabraknya. 

Sedangkan lelaki itu, menghadap kearah sebaliknya membuatnya tidak mampu melihat seorang wanita muda yang mengejar langkahnya yang tegap. 

" DOKTER!!!" sekali dokter itu tidak mendengar.

" OM DOKTER!!! " teriak lagi Jillian tidak mampu terdengar oleh dokter itu.

" DOKTER MATA EMPAT!!! " teriak Jillian menaikan oktaf suaranya dan semakin melajukan langkah besarnya. 

Tak sia-sia, yang dipanggil akhirnya menolehkan kepalanya yang tampak bingung sampailah ia paham ada seorang wanita muda berhoddie hitam dan bertudung kepala menghampirinya lelaki itu mengerutkan keningnya bingung menatap tampilan wanita dihadapan nya yang cukup pendek dari nya, kira-kira sejajar dengan dada bidangnya saja. 

Nafas Jillian tersengal-sengal di seka nya keringat yang berada diwajahnya sesaat matanya tertuju pada Name Tag Alfred Dario Garfield, di jas putih yang dikenakan pria profesi dokter itu.

" Om Dokter kenal aku? " tanya Jillian menunjuk dirinya sendiri. 

" Sepertinya saya pernah melihat kamu tapi dimana? " pikir Dokter itu mengingat kembali. 

" Yang di Clubbing Malam. " jawab Jillian membantu pria itu mengingat lagi. 

" Ah ya! kamu wanita waktu itu! " ucap Dokter pria itu berhasil mengingat kejadian satu bulan yang lalu. 

" Ada yang mau aku sampaikan Dok. " ucap JIllian mempersiapkan dirinya.

Entah kenapa perasaan Lelaki yang biasa dipanggil Dario itu tampak kacau dan resah, seperti akan ada bencana besar yang disampaikan wanita dihadapannya yang mampu merubah kehidupannya dalam sekejap mata. 

" Ada apa? bukannya urusan diantara kita sudah selesai satu bulan lalu? " ucap Dario. 

" Emm... say- ham- " ucap Jillian cepat tanpa jeda. 

" Hah? kamu bicara apa? saya tidak mengerti? " ucap Dario kesal. 

" Aku hamil. " ucap Jillian pada akhirnya. 

" Hamil? oh keluarga kamu ada yang hamil, bagus kalau begitu selamat ya. " ucap Dario manggut-manggut. 

" Bukan Dok. " jawab Jillian menggelengkan kepalanya. 

" Lalu siapa yang hamil? Ibu kamu? " tanya Dario tidak sabaran. 

" S-saya hamil. " cicit Jillian menunjuk dirinya sendiri pelan.

" Kamu! " respon Dario membuat dirinya sendiri terdiam beberapa saat mencerna 8 huruf kata yang terucap di bibir wanita dihadapannya. 

Raut wajah lelaki itu berubah setelah berhasil menguasai dirinya dan keadaan sekitarnya. 

" Kamu! kamu hamil!!! " tanya Dario wajah nya sudah pias tidak karuan jantungnya seakan copot dati tempatnya tanpa terkendali. 

Dia menatap tampilan wanita muda yang tidak dia ketahui namanya ama sekali dihadapannya dari atas sampai bawah fokusnya hanya tertuju pada perut wanita itu. 

" Jangan bilang kalau itu... " tanya Dario tergagu. 

" Iya, ini anaknya Om Dokter. " 

Jawaban Jillian membuat Dario ingin pingsan ditempatnya, tidak ada angin atau hujan tiba-tiba petir menyambar seperti pohon tumbang yang menimpanya. sekarang apa yang harus dilakukannya saat ini, kalau memang benar-benar yang dikandung nya adalah anaknya. 

" Om mau tanggung jawabkan? ini anaknya Om dokter! sekarang aku sudah ham- " ucapan Jillian terhenti saat lelaki itu membekap mulutnya mengisyaratkan untuk diam. 

Dilihatnya sekelilingnya helaan nafas terdengar dari bibir lelaki itu, untung saja keadaan rumah sakit sudah mulai sepi tidak begitu banyak orang dan kawan sekerja berlalu lalang untuk sekarang. 

Kalau sampai ada yang mendengar berita tentang ini, bisa gawat! karirnya yang dibangun selama 12 tahun ini akan hancur berantakan hanya karena satu kesalahan yang tidak sebanding dengan predikat kebaikan dan prestasinya.

" Kita bicarakan di luar saja. " ucap Dario memegang pergelangan tangan Jillian menuju parkiran rumah sakit yang tampak sepi.

Suara seruan seseorang menyadarkan Dario dan juga Jillian, Dario melepaskan tangan Jillian dari genggaman nya saat rekan kerja nya berjalan menghampiri nya. 

" Kau mau kemana? bukan nya ini belum jam pulang kerja mu? " tanya dokter lelaki itu bernama Hadwin. 

" Oh! dan siapa gadis kecil ini? kau lucu sekali Dek, siapa namamu? " tanya Dokter Hadwin menyadari keberadaan JIllian dibalik punggung tegap Dario. 

" Aku JIli-" 

" Kenapa kau tanya namanya? " potong Dario cepat. 

" Ck, kau posesif amat! dia adek mu ya? " tanya dokter Hadwin menaik turunkan alisnya berniat menggoda sahabat nya yang sudah memasang wajah bete dan kesal.

" Bukan urusan mu, intinya dia kerabat keluargaku. " ucap Dario melanjutkan langkahnya. 

" Tapi kau mau kemana? dan dia ada urusan apa? " tanya Dokter Hadwin mencegat langkah Dario. 

" Dia hanya mengantar kan dokumen yang ku minta dari Mama. " ucap Dario mencari alasan yang masuk akal untung saja Hadwin tidak curiga. 

" Oh, lalu sekarang kau mau mengantarnya gitu? " tanya dokter Hadwin menatap mreka bergantian. 

" Iya, sudah malam tidak baik anak gadis pulang sendirian kan. " ucap Dario lagi membuat Jillian menatap lelaki itu sesaat. 

" Oh ya sudah, jangan lama-lama takutnya ada pasien darurat. rumah mu dari sini kesana kan butuh waktu setengah jam. " ucap Dokter Hadwin seger pergi meninggalkan mereka. 

Dario melepaskan genggaman tangan nya dari tangan Jillian sambil menghela nafas lelah, dilihatnya wanita di belakangnya masih menundukkan wajahnya. 

" Kita bicarakan disini saja, dan sepertinya saya tidak bisa berlama-lama membahasnya saya masih dalam jam kerja, jadi berikan saja nomor ponselmu. " ucap Dario mengambil ponselnya dari saku jasnya. 

" Aku tidak ingat. " jawab Jillian jujur. 

" Yang benar saja! apa kau tidak membawa ponselmu? " tanya Dario tidak habis pikir. 

" Tidak, ponsel ku tertinggal dirumah. " jawab Jillian jujur. 

" Lalu kau disini sama siapa dan bagaimana kau bisa pulang dan datang? " tanya Dario beruntun. 

" Aku menggunakan telepon umum, berikan saja nomor Om aku akan menghubungimu. " ucap Jillian menyodorkan tangan nya meminta secarik kertas nomor ponsel. 

" Hal begini saja kau bisa lupa heh? bagaimana kau bisa ingat kalau kita pernah tidur bersama? " sindir Dario yang tidak bermaksud menyinggung perasaan wanita hamil didepannya.

Hanya saja Dario belum menyadari ucapan nya barusan yang bisa saja membuat perasaan Jillian terluka, Jillian tampak menghela nafas tidak ingin memancing keributan ditengah malam.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!