Dalam kehidupan yang dipenuhi dengan tantangan dan pertempuran, cinta sering kali menjadi cahaya yang memandu. Zayyy, seorang pemuda yang karismatik dan tak kenal takut, telah berjuang melawan musuh dan tantangan, tidak hanya untuk melindungi artefak berharga, tetapi juga untuk menjaga cintanya dengan Angelina. Namun, di tengah semua itu, ada suatu kebenaran yang tak terhindarkan: hidup adalah perjalanan yang penuh dengan keputusan sulit, pengorbanan, dan kehilangan.
Saat bayangan gelap mulai mendekat, Zayyy harus menghadapi tidak hanya musuh yang mengancam, tetapi juga perasaannya sendiri. Pertarungan untuk cinta dan harapan akan membawa Zayyy pada jalan yang penuh dengan kenangan indah dan kesedihan yang mendalam. Di sinilah kisahnya dimulai, di mana setiap detik berharga dan setiap pertempuran adalah bagian dari perjalanan yang lebih besar—sebuah perjalanan menuju pengertian sejati tentang cinta dan kehilangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mohamad Zaka Arya Wijaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9 Pengkhianatan dalam Bayang-Bayang
Hari-hari berlalu dengan cepat, dan meskipun Zayyy dan Angelina berusaha tetap fokus pada hubungan mereka, bayang-bayang ancaman yang tidak terlihat terus mengintai.
Berita tentang keributan yang melibatkan Ryan mulai menyebar di sekolah, dan meskipun tidak ada tindakan lebih lanjut dari pihak Ryan, suasana ketegangan tetap ada. Para siswa lain tampak lebih waspada, dan beberapa bahkan mulai menjauhi mereka.
Di tengah situasi yang sulit ini, Zayyy dan Angelina berusaha membangun kembali kepercayaan diri mereka. Mereka kembali ke rutinitas sehari-hari, dengan harapan waktu akan menyembuhkan luka dan menghilangkan semua keraguan. Namun, ketegangan yang menyelimuti mereka tidak pernah benar-benar sirna.
Suatu hari, Zayyy menerima pesan misterius di ponselnya. Pesan itu datang dari nomor yang tidak dikenal, dan isi pesannya singkat namun menghantui: "Hati-hati dengan siapa yang kau percayai. Tidak semua orang tulus."
Zayyy terdiam sejenak, merasakan ketidaknyamanan menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia tahu pesan ini bukan sekadar kebetulan; seseorang ingin memperingatkan atau mengancamnya.
Dia segera menunjukkan pesan itu kepada Angelina. “Lihat ini,” katanya, sambil menyerahkan ponselnya. “Aku menerima pesan aneh.”
Angelina membaca pesan tersebut dengan penuh perhatian. “Siapa ini? Apakah ini dari Ryan?” Dia bertanya, suaranya terdengar khawatir.
“Aku tidak tahu. Nomornya tidak dikenal. Tapi ini membuatku merasa curiga,” jawab Zayyy, berusaha tidak membiarkan ketakutan meresap lebih jauh. “Kita perlu berhati-hati.”
Mereka berdua memutuskan untuk tidak terlalu memperhatikan pesan itu dan melanjutkan aktivitas mereka. Mereka tahu bahwa jika mereka membiarkan ketakutan menguasai, itu hanya akan memperburuk situasi. Namun, pikiran tentang siapa yang bisa mengirim pesan itu terus menghantui mereka.
Keesokan harinya, saat mereka berjalan menuju sekolah, mereka bertemu dengan Dito dan Clara. “Hei, kalian berdua terlihat cemas. Ada apa?” tanya Dito, menyadari ketegangan di antara mereka.
Zayyy dan Angelina saling bertukar pandang sebelum Zayyy memutuskan untuk berbagi tentang pesan yang diterimanya. “Aku mendapatkan pesan ini kemarin,” dia menjelaskan. “Sepertinya ada seseorang yang ingin mengingatkan kita tentang sesuatu.”
Clara mengambil napas dalam-dalam. “Kita harus lebih waspada. Kita tidak bisa membiarkan mereka mengintimidasi kita.”
“Benar,” kata Dito. “Kita harus berusaha menemukan siapa yang berada di balik semua ini. Tidak ada gunanya bersembunyi dari masalah.”
Setelah berbincang-bincang lebih lanjut, mereka berempat sepakat untuk mulai menyelidiki. Mereka akan mencari informasi tentang siapa saja yang mungkin memiliki niat buruk terhadap Zayyy dan Angelina, terutama di kalangan teman-teman mereka.
Selama beberapa hari ke depan, Zayyy, Angelina, Dito, dan Clara mulai memperhatikan siswa-siswa lain dengan lebih seksama.
Mereka mencatat perilaku mencurigakan dan mencoba menemukan hubungan antara mereka dengan rumor yang beredar. Namun, semakin mereka menyelidiki, semakin sulit untuk menemukan petunjuk yang jelas.
Suatu sore, setelah sekolah selesai, mereka berkumpul di taman untuk berdiskusi lebih lanjut. “Sepertinya kita tidak mendapatkan banyak kemajuan,” kata Angelina frustasi, menyandarkan punggungnya ke pohon. “Siapa pun itu, mereka sangat pintar menyembunyikan diri.”
Zayyy mencoba menghiburnya. “Kita hanya perlu bersabar. Satu langkah di waktu. Mungkin kita perlu menggali lebih dalam.”
Ketika mereka berbicara, mereka tidak menyadari bahwa seseorang mengawasi mereka dari jauh. Liana, gadis yang sebelumnya memberi tahu mereka tentang rumor di sekolah, sedang duduk di bangku taman, terlihat cemas. Dia tampak ragu-ragu untuk mendekati mereka.
Setelah beberapa saat, Liana memberanikan diri untuk menghampiri mereka. “Hei, aku melihat kalian berkumpul di sini. Apa yang sedang kalian bicarakan?” tanyanya, menatap dengan cermat.
“Kami mencoba mencari tahu siapa yang mencoba merusak hubungan Zayyy dan Angelina,” jawab Dito. “Ada banyak rumor dan ancaman yang muncul.”
Liana mengerutkan dahi. “Aku mungkin tahu sesuatu,” katanya pelan. “Aku mendengar beberapa siswa berbicara tentang Zayyy dan Angelina. Mereka tampak sangat bersemangat untuk menjatuhkan kalian.”
Zayyy dan Angelina saling memandang, merasakan ketegangan yang semakin meningkat. “Siapa mereka?” tanya Zayyy, suara penuh harap.
“Aku tidak tahu semua nama mereka, tapi aku bisa memberi tahu kalian tentang beberapa orang yang terlibat. Mereka berkumpul di belakang kelas setelah sekolah,” jawab Liana.
“Bisa kau tunjukkan tempatnya?” Angelina bertanya, ingin memastikan bahwa mereka tidak melewatkan informasi berharga.
Liana mengangguk dan memimpin mereka ke belakang kelas. Mereka berempat berjalan dengan hati-hati, berusaha tidak menarik perhatian.
Saat mereka mendekati area tersebut, mereka mendengar suara-suara dari belakang. Dalam keremangan, mereka bisa melihat sekelompok siswa berkumpul.
“Lihat! Itu mereka!” bisik Dito, menunjuk ke arah kelompok itu.
Zayyy, Angelina, Dito, dan Clara saling memandang. Mereka merasakan ketegangan di udara dan tahu bahwa mereka harus berhati-hati. Mereka berusaha mendekat dengan tenang dan mendengar pembicaraan yang terjadi.
“Aku tidak percaya mereka masih bersama,” salah satu dari mereka, seorang siswa bernama Adi, berkata dengan nada sinis. “Kita harus memastikan mereka tidak bisa terus seperti ini.”
“Bagaimana kalau kita mulai menyebarkan lebih banyak rumor?” seorang siswa lain menambahkan. “Kita bisa membuatnya tampak lebih buruk daripada sebelumnya.”
Zayyy merasa kemarahan menyala di dalam dirinya. “Jadi ini yang mereka rencanakan,” gumamnya. Dia menahan diri agar tidak langsung muncul dan menghadapi mereka, menyadari bahwa mereka perlu merencanakan langkah selanjutnya dengan hati-hati.
“Ini bukan hanya sekadar rumor. Mereka berusaha menghancurkan kita secara emosional,” kata Angelina, merasa terluka. “Kita tidak bisa membiarkan mereka menang.”
Dito mengangguk. “Kita harus mencari cara untuk melawan balik. Kita tidak bisa hanya menjadi target.”
Ketika mereka mendengar lebih banyak tentang rencana siswa-siswa itu, Zayyy merasa frustrasi. “Mereka harus dihentikan. Kita tidak bisa membiarkan mereka terus melakukan ini,” ucapnya.
Setelah mendengarkan cukup banyak, mereka berempat memutuskan untuk mundur dan merencanakan strategi. Ketika mereka menjauh dari kelompok itu, Liana memandang Zayyy dan Angelina dengan rasa ingin tahu. “Apa yang akan kalian lakukan selanjutnya?”
“Kami akan melawan. Kita tidak bisa terus bersembunyi dari masalah ini,” jawab Angelina dengan semangat.
Namun, saat mereka berempat bersiap untuk pergi, seseorang mendekati mereka dengan cepat. Ryan muncul dengan tatapan menantang, membuat mereka terkejut. “Kau pikir kalian bisa melawan? Aku sudah memberi peringatan. Ini hanya permulaan.”
“Ryan, kami tidak tertarik dengan permainannya,” kata Zayyy, berusaha tetap tenang. “Kami akan menghadapi semua ini dengan cara kami sendiri.”
Ryan tersenyum sinis. “Sangat mudah untuk berbicara, tetapi kita akan melihat siapa yang bertahan lebih lama. Semua orang sudah mulai meragukanmu, Zayyy. Semoga kau siap untuk konsekuensinya.”
Dengan kata-kata itu, Ryan berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan keempatnya dalam keadaan bingung. “Kita perlu segera melakukan sesuatu sebelum semuanya semakin buruk,” Dito berkata, jelas gelisah.
Angelina mengangguk setuju. “Kita tidak bisa menunggu lebih lama. Kita harus melindungi hubungan kita dan menunjukkan bahwa kita tidak akan menyerah.”
Mereka berempat berkumpul untuk merencanakan langkah berikutnya. Meskipun suasana di sekitar mereka terasa menegangkan, mereka tahu bahwa mereka tidak bisa membiarkan ketakutan menguasai. Mereka akan melawan dengan berani, siap menghadapi pengkhianatan yang mengintai di bayang-bayang.
Dengan tekad yang baru, mereka memutuskan untuk merencanakan langkah-langkah konkret untuk mengungkap siapa pun yang terlibat dan menghentikan semua kebohongan yang mengancam hubungan mereka. Dalam kegelapan, mereka bersatu, siap untuk menghadapi setiap tantangan yang akan datang.